Pada Mulanya adalah membaca
Dua hari kemarin mengikuti pelatihan Reading di Parung. It's so inspiring..
Ternyata angka membaca di negara kita masih memprihatinkan. Ternyata jumlah judul buku yang keluar di negara kita setiap tahunnya jauuuh lebih sedikit dibanding negara lain, bahkan dibanding dengan vietnam! Ternyata membaca adalah kegiatan yang paling banyak merangsang kerja otak dibanding kegiatan lain misalnya menonton televisi!
Huhu..jadi merasa bersalah, jadi merasa ibu paling menyedihkan karena kadangkala membiarkan si kecil menonton televisi supaya dia tidak rewel atau supaya dia mau makan atau supaya badan ini bisa rehat sejenak sepulang kerja.
Ada cerita sang trainer Reading yang membuat saya cemburu. Beliau punya 'waktu romantis' bersama keluarga yaitu mulai pukul 8 malam ke atas. Biasanya beliau menggunakan waktu tersebut untuk membaca buku bersama anak-anak dan suami. Salah satu buku pavorit mereka adalah 'Muhammad Teladanku'.
Pada satu kesempatan, giliran sang anak yang membacakan buku tersebut. Baru beberapa saat, sang anak berhenti dan menangis, tidak sanggup melanjutkan membaca karena rasa haru mendengar kisah Rasulullah tersebut. Pada kesempatan lain, mereka mencoba membaca kembali buku tersebut, dan kembali tangis mereka meledak.
Mm..kapan ya kita punya waktu romantis bertiga untuk membaca buku??
Ada kisah menarik di Amerika tentang seorang bayi bernama Jennifer yang dilahirkan tahun 1984. Dia dinyatakan positif menderita down-syndrome, suatu jenis keterbelakangan mental yang ditandai dengan rendahnya IQ. Pada usia dua bulan Jennifer hampir mengalami buta, tuli, dan menjalani bedah korektif karena gangguan jantung!
Sang ibu, Marcia Thomas memberikan terapi kepada anaknya agar otaknya memperoleh rangsangan sehingga kecerdasannya meningkat dan fungsi indranya kembali atkif. Caranya? Diet membaca! Marcia membacakan 11 buku setiap hari kepada anaknya yang masih bayi. Hasilnya, IQ Jennifer melonjak tajam ketika dites pada usia 4 tahun yaitu 111!
Oleh karena itu, Amerika menjadikan pembelajaran sejak dini sebagai strategi membangun sumber daya insani yang berkualitas tinggi sejak bayi. Ayoooo..kita jangan kalah!
Ternyata angka membaca di negara kita masih memprihatinkan. Ternyata jumlah judul buku yang keluar di negara kita setiap tahunnya jauuuh lebih sedikit dibanding negara lain, bahkan dibanding dengan vietnam! Ternyata membaca adalah kegiatan yang paling banyak merangsang kerja otak dibanding kegiatan lain misalnya menonton televisi!
Huhu..jadi merasa bersalah, jadi merasa ibu paling menyedihkan karena kadangkala membiarkan si kecil menonton televisi supaya dia tidak rewel atau supaya dia mau makan atau supaya badan ini bisa rehat sejenak sepulang kerja.
Ada cerita sang trainer Reading yang membuat saya cemburu. Beliau punya 'waktu romantis' bersama keluarga yaitu mulai pukul 8 malam ke atas. Biasanya beliau menggunakan waktu tersebut untuk membaca buku bersama anak-anak dan suami. Salah satu buku pavorit mereka adalah 'Muhammad Teladanku'.
Pada satu kesempatan, giliran sang anak yang membacakan buku tersebut. Baru beberapa saat, sang anak berhenti dan menangis, tidak sanggup melanjutkan membaca karena rasa haru mendengar kisah Rasulullah tersebut. Pada kesempatan lain, mereka mencoba membaca kembali buku tersebut, dan kembali tangis mereka meledak.
Mm..kapan ya kita punya waktu romantis bertiga untuk membaca buku??
Ada kisah menarik di Amerika tentang seorang bayi bernama Jennifer yang dilahirkan tahun 1984. Dia dinyatakan positif menderita down-syndrome, suatu jenis keterbelakangan mental yang ditandai dengan rendahnya IQ. Pada usia dua bulan Jennifer hampir mengalami buta, tuli, dan menjalani bedah korektif karena gangguan jantung!
Sang ibu, Marcia Thomas memberikan terapi kepada anaknya agar otaknya memperoleh rangsangan sehingga kecerdasannya meningkat dan fungsi indranya kembali atkif. Caranya? Diet membaca! Marcia membacakan 11 buku setiap hari kepada anaknya yang masih bayi. Hasilnya, IQ Jennifer melonjak tajam ketika dites pada usia 4 tahun yaitu 111!
Oleh karena itu, Amerika menjadikan pembelajaran sejak dini sebagai strategi membangun sumber daya insani yang berkualitas tinggi sejak bayi. Ayoooo..kita jangan kalah!
Comments
Post a Comment
Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.