Celoteh Anak
Suatu malam menjelang tidur, sulungku berkata, "Mi, kakak pengen cepet-cepet ke surga.'
"Adtaghfirullah" aku sedikit kaget juga. Tapi namanya juga anak kecil selalu penuh kejutan. "Kalau mau ke surga, orang harus meninggal dulu kak. Nanti kakak tidak ketemu ayah dan umi dong"
"Abis..ayah dan umi tidak baikan sama kakak..."
"Masa sih?" Tanyaku sambil membungkukkan punggung ke arahnya.
"Eh tapi kalau umi pernah minta maaf.."
Ya Allah, tiba-tiba ada rasa sedih menyusup di sudut hati ini. Sebegitu sakitkah hatimu nak saat suara umi meninggi karena kamu gangguin adik, karena kamu tidak mau baca buku, karena kamu nonton TV terlalu dekat, karena kamu teriak-teriak kencang sekali, karena kamu susah sekali mandi, karena ini karena itu.
Padahal kamu hanyalah anak kecil yang masih berusia 6 tahun. Sebagaimana kata bijak yang diungkapkan Ali RA: tujuh tahun pertamamu adalah raja, tujuh tahun kedua kamu adalah tawanan (dalam pendidikan), tujuh tahun ketiga kamu adalah teman. Raja...yang dilayani, dicintai, dimanja.
Kamu adalah manusia yang sama seperti kami orang dewasa, yang ingin dihargai dan diajak bicara dengan baik. Kadang umi lupa. Kadang umi terlalu terpaku dengan jadwal. Jam segini harua begini dan begitu sehingga melupakan satu hal, RASA. Ya, seperti kata salah satu penulis dalam buku La Tahzan for Mothers nya Asma Nadia, anak itu bukan matematika yang bisa ditambah, dikurang, dibagi. Tapi dia adalah manusia yang juga punya rasa.
Terimakasih Rabb Kau ingatkan hamba. Lalu kucium pipimu, "Maafkan umi yaaa.." sulungku tersipu, sedikit senyuman terpajang di wajahnya. InsyaAllah umi akan terus memperbaiki diri. Jadi teringat perkataan seorang bunda, jika anak memiliki kenangan buruk tentang orangtuanya maka tutupilah dengan sebanyaknya kenangan indah. Wallahualam.
celoteh anak juga serng bikin sy ngikik tp kadang bikin sy "tertampar". :)
ReplyDeleteIya ya mba.ada ungkapan, anakmu adalah gurumu..memang betul ya :)
Delete