Ainun Habibie Kenangan Tak Terlupakan di Mata Orang-Orang Terdekat
Judul: Ainun Habibie, Kenangan Tak Terlupakan di Mata Orang Terdekat Penulis: A. Makmur Makka, dkk Penulis: Penerbit Edelweiss
Tahun: 2012
Tebal: xxiv + 170 halaman
ISBN: 978-602-8672-50-4
Tanggal 22 Mei 2010 kita dikejutkan dengan berita meninggalnya Ibu Hasri Ainun Habibie, istri Presiden RI ketiga, Prof. Dr. Ing Bacharuddin Jusuf Habibie. Indonesia berduka dan doa-doa mengalun di langit negeri.
Ibu Ainun telah mengenal pak Habibie sejak SMP karena ibu mereka berteman. Mereka juga bersekolah di SMA yang sama dan sering sekali dijodohkan oleh guru mereka, karena sama-sama pintar dan berperawakan kecil. Saat ibu Ainun menjadi asisten dokter dan Pak Habibie pulang ke Indonesia dari study di Jerman, mereka bertemu, saling jatuh cinta dan menikah.
Tahun-tahun pertama mereka lalui dengan penuh kesederhanaan di sebuah paviliun tiga kamar di kota Aachen, Jerman. Ibu Ainun mengurus sendiri semuanya. Mereka harus berhemat dan menabung karena penghasilan pak Habibie terbatas. Tapi Ibu Ainun tak pernah mengeluh. Kondisi itu malah mempererat hubungan mereka. Seperti kata beliau, "Waktu itu, kami tidak punya banyak, tetapi kami memiliki masing-masing" (halaman 21).
Tahun demi tahun karir pak habibie mengalami peningkatan. mereka pindah ke kota hamburg. ibu ainun pun sempat bekerja dan membantu suami membeli tanah dan rumah di kakerbeck. namun, dengan peningkatan karir pak habibie dan sering mengadakan tur, ditambah dengan anak keduanya yang sedang sakit, ibu ainun memutuskan untuk kembali mengurus keluarga. sampai satu saat ketika ibu ainun dan pak habibie akan mengadakan perjalanan, ibu ainun memeriksakan kesehatannya. sejak saat itulah ibu ainun dirawat di sebuah rumah sakit di jerman. dua belas kali operasi sudah dilakukan dan menjelang operasi ketiga belas, petistiwa memilukan ini terjadi. ibu ainun telah kembali pada ilahi.
Buku ini menceritakan kenangan tentang Ibu Ainun dari orang-orang tetdekatnya. "Di balik keberhasilan suami ada peran istri yang kuat" (halaman 14), begitu Pak Habibie mengenang Ibu Ainun. Beliau sangat bersyukur Allah SWT telah mempertemukan dan menyatukan mereka. Beliau bersyukur menjadi pendamping Ibu Ainun. Seringkali Pak Habibie berkata, "Kamu dilahirkan untuk saya dan saya untuk kamu" (halaman 14). Kini beliau lebih mengerti mengapa ibunya berkeyakinan bahwa Ainun adalah jodoh terbaik.
Toeti Adhitama, ketua redaksi Harian Umum Media Indonesia, mengenang Ibu Ainun juga sebagai sosok yang mendukung penuh suaminya. Ibu Ainun rela meninggalkan karirnya sebagai dokter dan kembali mengurus keluarga sepenuhnya, apalagi waktu itu anaknya sedang sakit. "Dalam satu rumah tangga, tidak bisa ada dua kapten" (halaman 135), kata beliau dalam wawancara dengan Toeti. Ibu Ainun juga orang yang sangat santai menghadapi kekurangan pasangan. Seperti saat Pak Habibie menguap lebar di restoran karena lelah, Ibu Ainun berkata pada Toeti sambil tertawa, "Just like one of my boys.." (halaman 139).
Buku ini sarat makna tentang kehidupan berumah tangga, pengorbanan, kerja keras, keikhlasan dan cinta kasih. Ada tawa dan tangis saat membacanya. Kenangan tentang orang yang baik memang selalu membawa haru, namun juga membawa hikmah. Betapa kekuatan cinta dan kesetiaan suami kepada istri atau istri kepada suami akan berpengaruh hebat, bukan saja pada mereka berdua, tapi juga lingkungan sekitar. Wallahu 'alam.
Ibu Ainun banyak menginspirasi kaum perempuan terutama dalam hal kesetiaannya.
ReplyDeleteNice review mbak Kania ^_^
Iya mbak mudah2an jadi inspirasi untuk kita semua
Deleteada kenangan orang2 sekitar yang menjadi saksi bahwa bu ainun memang orang baik ya, mba. semoga jadi pembelajaran buat kita juga agar bisa sehebat beliau :)
ReplyDeleteAmiiiin
Delete