Terimakasih...^^
Semalam masakan saya tidak laku, hiks. Sedih, karena akan ada makanan yang terbuang. Kesal, karena masaknya gak pinter-pinter. Untungnya kalau anak-anak sedikit protesnya tentang makanan. Asal disuapi, makan dengan apa saja mereka mau.
Saya berjalan ke kamar kakak Zaidan setelah memasukkan makanan ke dalam kulkas yang entah bisa dimakan lagi esok atau tidak. Dia sedang bercanda dengan adiknya, joget-joget dan bernyanyi nggak jelas. Saya ajak si kakak belajar English karena besok ada oral test. Satu kali tidak digubrisnya. Dua kali, dia bilang nanti. Tiga kali dia malah menyediakan punggungnya untuk si adik yang ingin naik kuda.
Saya meletakkan buku kakak Zaidan begitu saja lalu rebahan di kasur sambil memegang perut saya yang mules seharian ini karena kedatangan 'tamu'. Belum lagi gigi tiba-tiba ikut senut-senut. "Ya sudah kakak nggak usah belajar ya". Kata saya. Padahal bisa saja saya mendampingi dia belajar sambil dia bermain. Tapi entahlah semalam seperti ada badai di hati saya. Hiks..
Melihat saya diam saja, setelah beberapa lama kakak Zaidan mendekati saya dan berkata. "Mi..ayo belajar.."
"Maaf..umi sedang marah, tidak semangat lagi. Jangan bicara sama umi dulu ya nanti Zaidan kena marah." Lalu saya diam dan pura-pura tidur untuk menahan gejolak yang ada di hati.
"Oh..jadi dilamain dulu ya mi" saya mengangguk. Mungkin maksudnya saya membiarkan dulu semuanya sampai bersemangat lagi.
Lalu kakak Zaidan keluar kamar dan minta ayahnya menyalakan pintu kamar mandi -biasanya minta tolong saya-. Setelah gosok gigi dan berwudhu, dia membantu adiknya kumur-kumur. Dia buka baju adiknya yang basah sambil tertawa-tawa karena kepala si adik nyangkut di baju. Hampir saja aksi diam saya batal. Sampai akhirnya ayahnya anak-anak datang dan menolongnya membuka baju adik Raissa dan memakaikannya baju lain yang bersih.
Melihat saya yang terdiam saja, si ayah mematikan televisi, mengajak kakak shalat Isya lalu membujuk anak-anak supaya tidur. Lama setelah itu...senyap. kesenyapan ini justru membuat saya terbangun. Eh..udah pada tidur ya. Tak ada rusuh karena hati umi sedang galau. Sudah hukum alam kan ya jika ada energi negatif di rumah akan menyebar ke yang lain. Ahh...semalam ada sebongkah syukur diantara pening kepala akibat sakit gigi. Terimakasih untuk tidak turut terpuruk dalam kegalauan...keluarga kecilku. Teruslah memasang senyum di wajah kalian...galau umi tak kan lama.
Saya berjalan ke kamar kakak Zaidan setelah memasukkan makanan ke dalam kulkas yang entah bisa dimakan lagi esok atau tidak. Dia sedang bercanda dengan adiknya, joget-joget dan bernyanyi nggak jelas. Saya ajak si kakak belajar English karena besok ada oral test. Satu kali tidak digubrisnya. Dua kali, dia bilang nanti. Tiga kali dia malah menyediakan punggungnya untuk si adik yang ingin naik kuda.
Saya meletakkan buku kakak Zaidan begitu saja lalu rebahan di kasur sambil memegang perut saya yang mules seharian ini karena kedatangan 'tamu'. Belum lagi gigi tiba-tiba ikut senut-senut. "Ya sudah kakak nggak usah belajar ya". Kata saya. Padahal bisa saja saya mendampingi dia belajar sambil dia bermain. Tapi entahlah semalam seperti ada badai di hati saya. Hiks..
Melihat saya diam saja, setelah beberapa lama kakak Zaidan mendekati saya dan berkata. "Mi..ayo belajar.."
"Maaf..umi sedang marah, tidak semangat lagi. Jangan bicara sama umi dulu ya nanti Zaidan kena marah." Lalu saya diam dan pura-pura tidur untuk menahan gejolak yang ada di hati.
"Oh..jadi dilamain dulu ya mi" saya mengangguk. Mungkin maksudnya saya membiarkan dulu semuanya sampai bersemangat lagi.
Lalu kakak Zaidan keluar kamar dan minta ayahnya menyalakan pintu kamar mandi -biasanya minta tolong saya-. Setelah gosok gigi dan berwudhu, dia membantu adiknya kumur-kumur. Dia buka baju adiknya yang basah sambil tertawa-tawa karena kepala si adik nyangkut di baju. Hampir saja aksi diam saya batal. Sampai akhirnya ayahnya anak-anak datang dan menolongnya membuka baju adik Raissa dan memakaikannya baju lain yang bersih.
Melihat saya yang terdiam saja, si ayah mematikan televisi, mengajak kakak shalat Isya lalu membujuk anak-anak supaya tidur. Lama setelah itu...senyap. kesenyapan ini justru membuat saya terbangun. Eh..udah pada tidur ya. Tak ada rusuh karena hati umi sedang galau. Sudah hukum alam kan ya jika ada energi negatif di rumah akan menyebar ke yang lain. Ahh...semalam ada sebongkah syukur diantara pening kepala akibat sakit gigi. Terimakasih untuk tidak turut terpuruk dalam kegalauan...keluarga kecilku. Teruslah memasang senyum di wajah kalian...galau umi tak kan lama.
Comments
Post a Comment
Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.