Luruskan Lagi Niat Menulis


….Innamal a’maalu binniyat wa likullimriin maa nawa…
“…Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya…”
(HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Menurut Ustadz Marwan Hadidi, S.Pd.I, maksud hadist Rasulullah di atas adalah bahwa niat merupakan tolok ukur suatu amalan. Diterima atau tidaknya tergantung niat. Banyaknya pahala yang didapat atau sedikit pun tergantung niat. Niat adalah perkara hati yang urusannya sangat penting. Seseorang bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan karena niatnya.

Saya jadi diingatkan kembali niat awal menulis. Dulu, sejak semasa gadis, saya suka menulis nonfiksi (cerita pendek dan novel). Saya berjanji akan menulis yang baik saja, yang bisa diambil hikmahnya oleh semua orang. Dan Alhamdulillah saya sudah menerbitkan tiga buku antologi dan dua buah novel. Walaupun sepertinya tidak terlalu ‘kenceng’ penjualannya, saya bersyukur pernah mendapatkan kesempatan itu.

Sekarang saya menulis di blog. Niat awal saya membuat blog ini adalah untuk mengabadikan momen indah dan momen tumbuh kembang dua buah hati saya, serta berbagi catatan parenting dengan orangtua lain di dunia maya. Namun, setelah bergabung dengan komunitas, saya juga berniat menjalin silaturahim dengan teman-teman komunitas di dunia maya.

Kegiatan blogwalking membuat saya banyak belajar dari blog teman-teman komunitas. Saat ini saya tergabung di tiga grup yaitu KEB, WB, dan BAW –walau tak aktif banget juga sih-. Saya membaca lalu tergerak menulis. Seringkali menulis menjadi pemberontakan saya dari tugas rutin di rumah seperti menggosok toilet, melayani keluarga, memasak, mengepel, dan yang lainnya. Niat saya berkembang menjadi belajar menulis dan melepaskan penat.

(Sumber gambar dari sini)

Ketika banyak lomba blog atau giveaway yang diadakan, saya pun turut serta. Niat awalnya mungkin hanya berpartisipasi dan untuk update blog. Lama-lama, ada keinginan di sudut hati untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah yang bisa membantu ekonomi keluarga. Namun, kadang-kadang kesibukan riset dan menulis melupakan tugas utama saya sebagai istri dan ibu. Astaghfirullah!

Catatan ini adalah pengingat untuk saya sendiri, untuk mengingat tugas utama saya. Kondisi tiap orang tentu berbeda. Ada yang menjadikan menulis sebagai mata pencaharian, karena kondisi mereka menuntut seperti itu. Ada yang menjadikan menulis sebagai hobi, kegiatan selingan, aksi sosial, dan sebagainya.

Lalu, apakah niat di atas salah? Rasanya sih tidak. Mengabadikan kenangan manis, silaturahim, belajar menulis, relaksasi, dan mencari nafkah, semuanya kegiatan yang baik. Saya hanya perlu diingatkan untuk selalu menyertakan Allah SWT setiap menulis, di atas niat-niat yang lain. Menulislah dalam rangka ibadah pada-Nya, menulislah dengan niat mencapai ridha-Nya. Jika ikhlas, semoga Dia berkenan melimpahkan pahala-Nya dan yang kita lakukan tak sia-sia. Wallahua’lam. 

Sumber referensi: muslim.or.id

Comments

  1. Alenia terakhir itu mengena banget :-)
    Semoga kita tetap bisa menulis dan membagikan pengalaman kepada orang2 yg membaca tulisan kita

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Perhatikan Hal Ini Sebelum Bermain Badminton

Bermain Kartu UNO

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)