Tukang Roti Pertama
Siapa yang tak suka roti. Makanan berbahan tepung dengan isian macam-macam ini sudah akrab dengan kita. Konon, sejarah roti berawal dari Mesir dan Mesopotamia. Roti
ditemukan saat mereka mencari cara lain untuk menikmati gandum. Gandum yang
awalnya dikonsumsi langsung ternyata dapat dilumat bersama air sehingga
membentuk pasta. Pasta yang dimasak di atas api kemudian mengeras dan dapat
disimpan beberapa hari.
Bagi sebagian orang terutama di negeri barat roti adalah makanan pokok. Di negeri kita Indonesia, seringkali roti dimakan sebagai cemilan. Belum makan nasi, belum lengkap. Demikian kita bilang (saya bilang maksudnya hihi). Semua roti dengan rasa apapun saya biasanya suka. Alhamdulillah, bisa makan roti kadang-kadang. Walau kita anggap cemilan, harganya masih lebih mahal dibanding kue-kue jajanan pasar yang biasa saya beli di tukang sayur. Kalau Zaidan biasanya suka roti sosis, pizza, coklat, dan kadang keju. Raissa lainlagi, seringkali dia maunya roti yang berbentuk seperti donat.
Ada lebih dari tiga tukang roti yang lewat depan rumah. Kebanyakan lewat setelah jam 6 pagi. Namun akhir-akhir ini ada tukang roti yang lewat lebih pagi selepas Subuh. Kok saya bisa tahu? Ya, kadang-kadang kalau stok snack bekal sekolah untuk Zaidan habis, saya mengandalkan roti yang lewat depan rumah atau kue-kue tradisional di tukang sayur yang mangkal tak jauh dari rumah.
Sumber gambar dari sini
Seperti pagi itu saat stok snack habis. Tak mungkin saya 'lari' ke ruko atau minimarket karena mereka baru buka pukul 7 pagi. Sementara jam 7 kurang Zaidan sudah dijemput supir sekolah. Maka pilihan saya jatuh pada roti yang lewat depan rumah. Lepas Subuh, tukang roti pertama lewat dengan iringan lagu yang khas. Saya segera keluar dan menghentikannya. Seorang wanita bertopi dan bercelana jeans menghentikan motornya. Di pangkuannya seorang bocah 4 tahun-an turut serta. Dia turun dan melayani saya. Saya beli dua buah roti, satu untuk Raissa dan satu lagi untuk Zaidan.
Tukang roti yang ini baru pertamakali saya lihat karena kebanyakan tukang roti yang lewat adalah laki-laki. Ssya sempat terkesima sebentar melihatnya. Namun saya bisa menguasai diri dan berfikir, sekarang sudah biasa kok semua pekerjaan bisa dilakukan oleh siapa saja. Tapi sambil membawa anak kemana-mana tentu saja membuat saya makin berfikir. Bagaimana dia bisa melakukan itu, mengasuh sambil berjualan. Mengatasi emosi ketika lelah atau anak rewel, dan sebagainya. Ah tentu saja, konon perempuan sudah ditakdirkan dapat melakukan berbagai hal (multitasking). Ibu saya juga melayani pembeli di warung kecilnya sambil mempersiapkan keempat anaknya sekolah. Saya juga seringkali memasak sambil menunggu cucian dibilas di mesin cuci. Hanya saja, saya memang tidak lagi ikut mencari nafkah untuk keluarga.
Setiap orang berjuang demi kehidupan dengan berbagai cara. Wanita ini berjuang dengan menjadi tukang roti, sambil membawa anaknya kemana-mana. Dia menjemput rejeki, menjajakan rotinya, pagi-pagi sekali. Waktu dimana orang-orang keluar bergegas mencari rejeki. Waktu dimana udara masih terasa segar dan membuat kita semangat bekerja. Waktu pagi telah dido'akan khusus oleh Nabi SAW. Dari Sahabat Sokhr Al Ghomidiy, Rasulullah SAW bersabda, "Ya Allah berkahilah ummatku di waktu pagi."
Syukur alhamdulillah karena harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, saya seringkali bisa bangun sebelum Subuh. Jika lelah sedikit di siang hari, saya istirahatkan badan dengan tidur sebentar atau sekedar berbaring.Tak terbayangkan mereka yang banyak bekerja di luar rumah. Kepada para pahlawan keluarga, saya hanya bisa berdoa untuk mereka. Semoga kalian ikhlas dan kuat. Semoga lelahmu menjadi ladang amalmu.
Sumber referensi:
salut banget sama ibu itu ya Mbak...
ReplyDeletemakanya bibir ini tidak lelah untuk selalu bersyukur, insyaAllah :)
iya mudah2an kalau kita bersyukur makin ditambah rejekinya ya mba..
DeleteTuhan suka manusia yang tangannya kasar karena bekerja keras.
ReplyDeleteSaya juga suka roti sebagai makanan pengganti jika malam hari nggak makan nasi
Salam hangat dari Surabaya
Iya praktis ya pakde. Mkasih kunjungannya...
Deletesaya suka roti, jadi membangkitkan memory tentang roti pertamaku ^^
ReplyDeleteSaya malah lupa mak roti pertama saya yang kayak gimana ya???
Deletewanita memang perkasa ya mak... mereka bisa melakukan apapun, bahkan pekerjaan laki2 sekalipun.
ReplyDeleteIya..dalam kejadian tertentu Mereka bisa kuat seperti halnya laki-laki..
DeleteBerjuang demi keluarga memang tidak ada tandingan keindahannya, sehingga hilang rasa penat dan lelah. Semoga rezeki Mbak tukang roti itu bertambah berlimpah dari Allah SWT. Aamiin.
ReplyDeleteJaman saya duduk di bangku SD dahulu (Era taon 1980 an), tukang roti yang sering lewat depan rumah adalah Roti Tan EK Tjoan. Maaf kalau saya salah tulis. Saya suka dengan ROTI TAWAR nya
ReplyDeleteWah masih ada ngga tuh pa.sekarang?
ReplyDeleteDuh, hebat sekali sih ibu-ibu penjual roti itu ya mbak...
ReplyDeleteKagum sekali aku inih :)
Mudah2an beliau dilancarkan rejekinya yah :)
Aamiin..
DeleteSebenernya nyari nafkah itu tugas suami tapi kadang keadaan yang memaksa kaum hawa untuk nyari nafkah, yah semoga di mudah dan lancarkan segala urusannya ya mak
ReplyDeleteAamiin..
Delete