Belajar Menyetir Mobil Menggunakan Toyota Rush di Jalan Raya

Gadis kelas 6 SD itu menaiki sepedanya di depan rumah. Goyang kiri, goyang kanan. Namun dia antusias dan terus melaju. Ia termasuk telat belajar sepeda. Saat teman-temannya sudah melaju kencang dengan sepeda roda duanya, ia masih goyang-goyang seperti bebek.

“Aduh, aduh, udah-udah nanti jatuh.” Ibunya dengan wajah cemas menyuruhnya turun dan berhenti naik sepeda. Ibunya tidak ingin melihat satu-satunya anak perempuannya terluka. Dengan sedikit kecewa gadis kecil itu pun turun dari sepedanya. Sejak saat itu tak ada keinginan dalam hatinya untuk belajar berkendara, baik sepeda maupun sepeda motor.

Gadis kecil itu kini sudah menjelma menjadi wanita dewasa. Ia sudah menikah dan mempunyai dua anak. Setiap hari, ia mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah dengan menaiki angkot. Setelah anak kedua lahir, anak pertamanya harus naik mobil jemputan ke sekolah. Mahal memang, dan tiap tahun biaya antar jemput naik, tapi apa boleh buat. Wanita itu ingin anaknya tak kepanasan dan kehujanan ke sekolah. Wanita itu ingin anaknya mandiri. Wanita itu tak ingin jatuh sakit karena kecapean antar jemput, di rumah pun masih harus mengurus bayi dan rumah.

Wanita itu pun berniat belajar naik motor. Dia sudah berguru pada suaminya. Namun, ia tak bisa konsentrasi dan sering memicu gas dengan kecepatan tinggi. Dia juga berguru pada asisten rumah tangga (saat itu dia masih punya asisten rumah tangga). Namun ia tak juga mahir. Ia begitu ketakutan saat sepeda motornya bergoyang ke kanan dan ke kiri, tak stabil. Ia takut menabrak orang atau kendaraan orang lain sehingga harus mengganti dengan kerugian materi. Belum apa-apa, pikirannya sudah membayangkan yang buruk-buruk. Memorinya juga langsung tertuju pada masa kecil saat ia belajar naik sepeda dan dilarang ibu. 

“Sudahlah, nanti kamu langsung belajar mengendarai mobil saja!” Kata ibunya. Dalam hatinya ia meng-amin-kan perkataan ibu. Kata-kata adalah doa. Mudah-mudahan saja memang terwujud apa yang ibunya bilang. 

Suatu hari, wanita itu memelototi layar komputer lalu tertawa. Tepatnya, tertawa dalam hati, menertawakan diri sendiri. Di layar komputer itu tertulis:

“Kegiatan Eskstrim Apa Yang Akan kamu lakukan menggunakan mobil Toyota Rush?” 


Sumber gambar dari sini

Walau pertanyaan itu bukan ditujukan untuk dirinya, namun dia seperti tertampar. Lucu banget nih pertanyaan, orang dia tak bisa mengendarai mobil. Ya tentu saja, KEGIATAN EKSTREM YANG AKAN IA LAKUKAN MENGGUNAKAN TOYOTA RUSH ADALAH BELAJAR MENYETIR MOBIL LANGSUNG DI JALAN RAYA!!!

Bagi orang lain, menyetir di jalan raya mungkin sudah biasa. Bagi wanita yang seumur-umur mengendarai sepeda motor pun tak bisa, menyetir mobil di jalan raya tentu saja kegiatan ekstrim yang memacu adrenalinnya. 

Wanita itu pun mulai berimajinasi. Ia bayangkan ia berdiri di depan Totota Rush yang berpenampilan sportif dan agesif. Mobil berwarna perak itu seolah-olah melambai padanya. Pelan-pelan ia masuk ke dalam mobil. Ia duduk di bangku depan, di belakang kemudi. Seorang instruktur wanita sudah duduk manis menunggunya. Ia mengenalkan berbagai perangkat di dalam mobil pada wanita itu. 

“P untuk posisi parkir ya bu, D untuk jalan maju, R untuk jalan mundur, N itu netral untuk posisi diam. Ini yang di belakang kemudi, di sebelah kanan, kalau ibu tarik ke bawah untuk lampu send ke kiri, tarik ke atas untuk lampu send ke kanan, tarik ke depan dan belakang kalau ingin memberi tanda pada teman yang lewat. Coba sekarang ibu nyalakan mobilnya, lalu stabilkan gasnya dulu. Bla bla bla bla…”

Wanita itu hampir tak bisa menangkap semua ocehan sang instruktur yang lumayan cerewet. Untung ia sudah baca-baca sedikit di internet tentang spesifikasi dan cara mengendarai mobil matic seperti Toyota Rush ini. Wanita itu mencoba konsentrasi, walau jantungnya sebenarnya berdetak kencang. Tenang, sabar, percaya diri. Tenang, sabar, percaya diri. Berkali-kali ia katakan 3 hal tersebut di dalam hati.

 Sumber gambar dari sini

“Sekarang, mari kita melaju di jalan raya!” Kata sang instruktur akhirnya. Wanita itu mengubah posisi P ke D dan menurunkan rem tangan. “Bismillah” bisiknya dalam hati dengan hati berdebar. Pelan-pelan gas diinjaknya dan Toyota Rush pun melaju ke jalan raya. 

“Lampu merah, kurangi kecepatan!” Teriak sang instruktur, membuat wanita itu kalap saja sehingga ia mendadak menginjak rem. Mereka berdua pun dengan sukses nyusruk ke depan. Untung saja memakai safety belt. Terdengar sumpah serapah dari mobil di belakang mereka yang hampir bertubrukan karena rem mendadak. 

Ketika lampu hijau menyala, wanita itu malah lupa apa yang harus ia lakukan karena masih sedikit shock dengan yang barusan terjadi. Sang instruktur pun berkicau lagi. Bunyi klakson mobil lain bersahut-sahutan di belakang mereka. Keringat membanjiri wanita itu, tanda ia sangat grogi. Wanita itu berusaha mengikuti apa yang dikatakan sang instruktur dan akhirnya mereka bisa melaju melalui lampu merah. 

Belum reda deg-degan dari insiden di lampu merah, wanita itu kembali hampir disemprot pengemudi mobil di belakangnya karena lupa mengirim lampu send saat akan belok ke kanan. Untung sang instruktur segera mengingatkan. Tentu saja, dengan teriakannya yang membuat wanita ini jadi makin deg-degan. Wanita itu belajar melalui jalan yang menurun dan mendaki. Hampir saja ia menabrak gerobak tukang gorengan. Untung, lagi-lagi sang instruktur sigap mengingatkan. Tak jarang ia harus berebut setir dengan sang instruktur saat ia melakukan kesalahan. 

Saat semuanya selesai, wanita ini merasa badannya lemas sekali., tapi puas karena sudah merasakan menyetir menggunakan Toyota Rush yang keren.

“Hari ini ibu hebat, sudah melalui latihan menyetir dengan tenang walau banyak insiden di jalan. Itu yang utama.” Tak disangka, instruktur yang cerewet memuji wanita itu. “Ah, anda tak tahu saja bu instruktur. Sebenarnya jantung saya mau copot.” Bisik wanita itu.

Sumber gambar dari sini

“Umiiiii, kakaknya nakaaaal.” Wanita itu tersentak dari imajinasi liarnya karena mendengar teriakan Raissa, anak bungsunya. 

Wanita itu tiada lain adalah saya. Ya, saya. Ternyata saya masih di sini, di rumah, menghadapi keriuhan yang ditimbulkan dua anak, menghadapi rumah yang tiap hari berantakan, menghadapi pekerjaan rumah tangga yang rasanya tiada habis. 

Imajinasi tentang Toyota Rush menimbulkan tanya di hati saya, benarkah saya benar-benar mampu belajar menyetir menggunakan Toyota Rush di jalan raya?

Tulisan diikutsertakan dalam Adrenalin Rush Blogging Competition

Comments

  1. Kl pake toyota rush dijamin cepet lancar deh. Sukses ngontesnya mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ya mak, kan matic. ya Alloh semoga, semoga. makasih udah mampir


      Delete
  2. pengen ikutan juga tapi ga ada ide... semoga menang mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. tadinya saya juga ga akan ikutan mak, kan gabisa nyetir. tapi tiba2 aja jadi ini tulisan karena yg terbayang di kepala saya pengen banget belajar menyetir

      Delete
  3. naik motor takut...tapi nekat nyetir mobil Rush..walau cuma imajiner....
    selamat berlomba..semoga menjadi salah satu yang terbaik....
    keep happy blogging always....salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
  4. Imajinasimuuuu.... sama dengan imajinasiku. Aku juga gak bisa nyetir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus meminggirkan ketakutan dulu sblum belajar ya mba..dan tentu siapin dompet n isinya untuk kursus :(

      Delete
  5. saya belom bisa nyetir mobil mak, lha mobilnya aja belom ada, in syaa Allah klo kreditan rumah udah beres nyusul mobil hehe *ealah malah curcol

    ReplyDelete
  6. Imajinasi pa, melamun dulu mudah2an jadi kenyataan :)

    ReplyDelete
  7. Kaan ga mesti kita yg nyetir mak kania...namanya jg diajak ngayal yaa...jd bebas sesuai hayalan kita ya mak hihihi.
    Hmm buat yg ga ba nyetir kayak sy latihan nyetir juga ekstrin ya nak hihihi pasti bikin adrenalin meningkat...idenya keren mak....
    Sukses yaa...aju jg ikutan...klo ngayal mah dijabanin hahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi iya mak..ngayal kan gratis de el besok mak ayo ngebuuut

      Delete
  8. saya jg pgn blajar nyetir mobil nih mak...
    tp udah stres duluan ngebayangin motor2 yg menggila :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mak, saya juga blm apa2 udah membayangkan yg enggak2...tapi kan harus dicoba ya..

      Delete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Perhatikan Hal Ini Sebelum Bermain Badminton

Bermain Kartu UNO

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)