Dampak Positif dan Negatif Main Game Buat Anak
Sejak usia taman kanak-kanak, Zaidan sudah diperkenalkan dengan komputer oleh saya dan ayahnya, biasanya untuk menonton CD atau memainkan game edukatif. Sejak itulah Zaidan jadi suka sekali main game.
Saya sendiri tidak terlalu suka dan mengerti kalau main game. Zaidan lebih sering bertanya pada ayahnya jika ingin main game ini dan itu. Tapi kadang-kadang karena ingin tahu apa yang disuka anak, suka nyoba-nyoba juga game yang dimainkan Zaidan.
Menurut mbak lala, praktisi homeshooling, di tulisannya yang berjudul Game sebagai Alat Belajar, ada seorang ibu yang mengeluh padanya bahwa anaknya terlalu banyak main game dan jadi malas belajar. Ah, saya banget. Saya pernah mengeluhkan Zaidan yang suka sekali main game dan jadi malas membaca buku (lagi). Namun menurut mbak Lala, game bisa dimanfaatkan sebagai alat belajar. Karena melarang anak main game adalah hal yang mustahil. Semua anak pasti suka main game.
Sekarang, Zaidan sedang suka main game minecraft dan plants versus zombies. Minecraft itu permainan menyusun balok-balok seperti lego. Minecraft sudah dimainkan lebih dari 100 juta anak-anak dan dewasa dari seluruh dunia. Bahkan, dalam tulisan mbak Lala berjudul Menggunakan Minecraft Sebagai Alat Belajar, sudah banyak pendidik yang menggunakan minecraft sebagai alat belajar. Semua anak-anak mbak Lala suka minecraft. Mbak Lala menantang salah satu anaknya mengadakan kelas minecraft untuk teman-temannya, agar kegiatan main game lebih produktif.
- Belajar bahasa Inggris. Kebanyakan game disajikan dalam bahasa Inggris, otomatis kalau ada yang tidak mengerti Zaidan bertanya pada saya. "Mi, bahasa inggrisnya anu apa?". Kalau bisa, saya jawab. Kalau tidak, saya harus buka google translate.
- Lebih kreatif. Game seperti minecraft memerlukan kreatifitas saat anak akan membangun gedung atau rumah dari balok-balok. Dia bisa memilih balok warna apa yang diinginkan, bentuk gedungnya bagaimana, dan sebagainya.
- Membantu mata pelajaran komputer di sekolah. Karena sudah sering berinteraksi dengan gadget, Zaidan umumnya tidak kesulitan dengan mata pelajaran ini.
- Menurunnya penglihatan. Seringkali Zaidan melihat gadget dan buku dalam jarak dekat. Di sekolah pun dia harus maju ke depan agar jelas ke papan tulis.
- Emosi saat game yang dimainkan tidak sesuai harapan.
- Mengurangi jam main gadgetnya dan hanya boleh main gadget jika pekerjaan utamanya sudah selesai, misalnya sudah mandi, makan, baca buku dan alqur'an, baru boleh main gadget.
- Terapi vitamin A dengan berbagai vitamin dan minum jus wortel setiap hari.
- Ikut terlibat main dengan anak sehingga mengalihkan perhatiannya dari gadget. Misalnya main badminton di lapangan, main catur dan ular tangga bersama, dan sebagainya.
"Ini ceritaku menjadi ibu dalam kompetisi "A Mom's Story" yang disponsori oleh
KUPU BEDDING (www.KupuBedding.com)
ARILEXSHOP (www.ArilexShop.com)
BUTIK BOCAH (www.Instagram.com/butikbocah)
NIKMA BASYAR (www.NikmaBasyar.com)
LADONA INDONESIA (www.Ladonaku.com)"
Iya Mbak ya .. harus diikuti dengan tindakan kita untuk mengurangi dampaknya ...
ReplyDeleteLomba ya Mbak ... tapi ... banyak amat link ke luar yang diminta ya?
Sukses ya Mbak :)
iya nih mak, sponsornya kali ya
DeleteSukses ya mbak.. btw, iya link nya banyak ya...
ReplyDeletemakasih mba:)
DeletePeduli anak lebih baik :)
ReplyDeleteya, setuju
Deletekalau bikin jus wortel berapa wortel yang dijus? ini pake blender atau juicer?
ReplyDeletepake blender biasa mba nanti disaring. anak saya minum jus wortelnya sekali sehari siang aja, kalo wortel impor satu cukup. kalo wortel biasa 2-3 buah. pagi sorenya dia inum vitamin. vitaminnya lumayan besar utk anak kecil, herbal.
DeleteSaya nggak pernah melarang anak main games, dg alasan spt yg emak tulis itu. Cukup sy batasi saja kapan mereka boleh main. :)
ReplyDeleteiya mak, semua anak suka main games ya
DeleteAnak laki2 mmg lebih fokus ya. Blogwalking..
ReplyDeletefokus pada apa???
Deletekalo di control ngegame pasti ada untungnya...
ReplyDeletekarna kata orang, apapun yang berlebihan biasanya gak bagus...
Memang benar ada positif dan negatifnya, tapi sekarang tab-nya Ismail rusaaak gara-gara dimainan terus :((
ReplyDeletejadi Ismail gak main game lagi dong..
DeleteMenurut aku, semua yang berlebihan pasti hasilnya ga baik. Katanya anak jadi ga fokus, anti sosial, dsb. Kalau Zaidan efeknya ke mata ya? Shaina juga sama tuh, kalau kalah/salah, dia suka frustasi marah2 hihi.
ReplyDeleteAnak main gadget selama masih dalam pantauan orangtua harusnya aman. Gadget bisa kok kita install dengan aplikasi2 positif. Ga melulu harus game yg negatif efeknya, banyak educating games yg bisa dipilih. Anakku waktu kecil banyak belajar soal warna, binatang, dll dari gadget juga.. :D
Iya mba, Zaidan juga belajar bahasa inggris dari game. Tapi ya itu karena kurang menjaga jarak penglihatan mungkin jadinya matanya begitu deh. Kita parno aja orangtuanya. Soalnya saya dan suami pakai kacamata..kasian kalo masih anak-anak pakai kacamata, nanti ga leluasa main :)
DeleteJaman sekarang, lihat anak kecil megang gadget itu sudah nggak lagi. Tapi sayang, mereka sibuk sama gadget-nya aja. Beda dengan jaman dulu yang anak-ank sangat active bermain
ReplyDeleteiya...gadget semakin murah, bikin anak anteng, tapi kalau berlebihan bisa bahaya
Delete