Ibu Pemulung Yang Murah Senyum
Tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Pagi tadi, saya menyempatkan mengirim SMS pada ibu tercinta, memohon maaf padanya karena tak pernah sempurna berbakti dan mengucapkan selamat hari ibu padanya.
Bagi saya, setiap hari adalah hari ibu. Ada darah ibu dalam tubuh saya. Ada air susu ibu yang telah membantu saya tumbuh. Mengingat kebaikan ibu dan berbakti padanya adalah kewajiban saya sebagai anak. Walau kini saya tinggal jauh dari ibu, saya berusaha untuk menyempatkan menelepon atau mengirim SMS pada ibu.
Dalam rangka hari ibu, Kumpulan Emak Blogger (KEB) mengadakan gerakan menulis serentak tentang ibu. Syaratnya, tulisan yang dibuat bukan tentang ibu kandung. Mm, siapa ya. Banyak banget yang menginspirasi saya untuk menjadi ibu yang baik selain ibu kandung. Ada ibu mertua, kakak-kakak ipar, ibu penjual sayur, ibu pemulung yang tiap pagi lewat depan rumah, ibu ustadzah pengisi majelis taklim, ibu 2 anak perempaun teman dekat saya, dan masih banyak lagi yang lain. Karena diminta menuliskan satu sosok ibu saja, saya akan menuliskan tentang sosok ibu pemulung.
Ibu pemulung ini tiap pagi lewat depan rumah saya. Kadang lepas Subuh saat masih gelap, kadang saat matahari baru muncul. Kadang, saat anaknya libur sekolah, dibawanya sang anak yang duduk di bangku SD berkeliling mencari barang bekas di sekitar komplek perumahan.
Dibanding pemulung lainnya, dia itu ramah sekali. Dengan pakaian kumuhnya dan karung yang ditentengnya kemana-mana. Dia menyapa saya yang sedang menjemur baju di teras atau saat berpapasan di tukang sayur. Dia juga menyapa bapak-bapak tetangga saya yang tiap pagi joging keliling blok. Dia tak peduli mungkin saja penampilannya orang tak mau balas menyapa. Dia bahkan menyapa duluan! Saya saja kalau masih bau keringat sehabis kerja di dapur, mungkin tidak akan sepercaya diri begitu saat keluar rumah.
Mungkin karena keramahannya itulah, paka tetangga saya juga kadang suka menyapa duluan. Mungkin karena keramahannya juga, tetangga saya yang lain suka menyimpan banyak botol dan kardus bekas untuk dia bawa. Karena keramahannya juga, saya tak ragu untuk memberikan barang bekas layak pakai padanya agar bisa ia bagikan juga pada saudara dan tetangga.
Saya belajar satu hal darinya. Dalam kondisi apapun, tampakkan senyuman. Kita tak pernah tahu dari pintu mana dan lewat siapa, rejeki akan datang.
Selamat #hariibu
Sumber gambar dari sini
Ibu pemulung juga pahlawan ya, Bu. Pahlawan lingkungan :)
ReplyDeleteBetul banget mba...
DeleteKeramahan membuat banyak orang suka ya, Mbak :)
ReplyDeleteBetul banget pa, coba kalau manyun kayaknya ga ada yang mau dekat-dekat
DeleteDi mata banyak orang ia terlihat susah tapi buat dirinya, kehidupannya biasa ya Mak ....
ReplyDeleteJadi mendatangkan pelajaran karena ia bisa tersenyum setiap harinya
Ia mak, senyum membuat langkahnya ringan...
DeleteSubhanallah, semoga si ibu diberkahi banyak rejeki dan diberi kesehatan aamiin..
ReplyDeleteaamiiinn
Deletekadang kita harus belajar dari org2 seperti itu ya mak... seorang ibu yg tegar
ReplyDeletebetul mak, setiap orang itu istimewa
Deletehanya orang2 yang ikhlas yang bisa tersenyum dalam kondisi terpahit sekalipun. Dan kita harusnya banyak belajar dari mereka
ReplyDeleteikhlas itu....terkadang susah ya mak. Tapi harus diccoba...
Deletesenyum memang ibadah mak...dan Sang Kuasa pun membukakan rizki untuknya...serta belajar untuk selalu bersyukur..selamat hari Ibu ya mak..
ReplyDeleteBetul bgt mak...selamat hari ibu :)
DeleteMasya Allah, karungnya gede amat ya? Semoga rejeki berlimpah untuk ibu itu. Aamiin.
ReplyDeleteMaaf mak itu ilustrasi aja..saya ga punya foto yg sebenarnya..
DeletePerjuangan hidupnya dihadapi dengan senyum, ikhlas bener ya ibu itu...:)
ReplyDeletekeliatannya seperti itu mak..mudah2an memang apa yg ditampakkan itulah yg dirasakan..
Deletesalut deh buat ibu pemulung yang selalu sabar dan ikhlas menjalani kehidupannya,patut di contoh ya mbak :)
ReplyDeleteIya mak...kalo lihat ke 'bawah' membuat kita terus bersyukur
DeleteAduh, ibu itu bawaannya banyak banget ya :'( Salut banget ya mak, meski hidupnya terlihat gak mudah tapi beliau masih bisa tetap ramah pada dunia :)
ReplyDeleteItu gambarnya srbenarnya ilustrasi mak. Sy sering ketemu si.ibu karungnya masih kosong karena masih pagi. Tp kalo udah siang ya sebesar itu karungnya
Deletebener Mbak, satu senyuman itu bisa mengurangi sati beban kehidupan... keep smile hehe
ReplyDeletetypo mbak :( *sati=satu
DeleteIya mak sy harus beljar dr ibu itu karena saya orangnya ekspresif..kalo lg sedih atau marah pasti kliatan
DeleteJadi ingat masa kecil Mak. Pernah sama teman pura-pura jadi pemulung, demi nenek pemulung. Ganti baju, ngambil barang bekas dan memberikan ke si Nenek. Pengennya membantu, malah ditolak, buat neng aja katanya. Habis itu, sama tetangga belakang rumah dikasih bambu ga terpakai. Lah kita dikira pemulung beneran..hihihi..
ReplyDeleteHihi...ko sampai kepikiran.gitu mak
DeleteHebat..kecil2 udah ada pemikiran bantu orang lain:)