Belajar Mencintai dan Menerima Diri Sendiri Apa Adanya
Sejak gadis, muka saya berminyak dan berjerawat. Saya bolak
balik ke dokter kulit dan gonta ganti kosmetik perawatan kulit. Saya sempat
merasa tidak percaya diri. Saya mengeluh kenapa wajah saya tak kunjung sembuh. Ibu
saya tak lelah mengantar saya ke sebuah klinik kecantikan di luar kota setiap
bulan. Sekali periksa, bisa menghabiskan ratusan ribu rupiah. Pada suatu saat,
saya mendapati kulit wajah saya merah-merah dengan kondisi jerawat yang lebih
parah dari sebelumnya. Kemudian saya menyadari bahwa saya salah memakai cream
yang diberikan dokter. Seharusnya saya mengoleskannya hanya pada jerawat. Ini malah
saya oleskan ke hampir seluruh permukaan wajah. Cukup! Cukup sudah saya dengan
semua ini. Saya tak meneruskan perawatan mahal itu. Saya biarkan wajah saya
dirawat seadanya dengan sabun pembersih dan bedak saja. Tak perlu ada lagi
cream-cream yang malah memperparah jerawat saya. Saya belajar mencintai dan menerima
diri sendiri apa adanya.
Beberapa bulan lalu saya memeriksakan mata saya ke dokter mata
dan mendapati minus mata saya sangat besar. Saya berkacamata sejak kelas 4 SD. Awalnya cuma
minus 2 dan 4, sekarang, 8 dan 16!!! Saya sempat shock. Bagaimana kalau
penglihatan saya semakin lama semakin berkurang? Tapi, saya tak bisa melakukan
apapun untuk mengembalikan mata saya menjadi normal. Mustahil. Retina mata saya
tipis, operasi lasik pun tak mungkin dilakukan. Ah, siapa juga yang mau lasik.
Uang darimana? Saya hanya bisa menjaga kesehatan mata dengan pola makan yang
sehat dan menjaga jarak pandang. Saya berusaha mencintai dan menerima diri
sendiri apa adanya.
Setelah melahirkan anak pertama, perut saya tak kembali
langsing seperti saat gadis. Melahirkan anak kedua, tambahlah perut saya maju
ke depan. Dulu, ada saja orang yang berpapasan lalu bertanya, “lagi isi ya bu?”
Saya jawab tidak sambil berusaha tampak biasa saja. Dulu saya suka gusar. Duh,
diapain ya ini perut. Saya hampir tiap hari pakai korset dan senam sit up.
Tapi memakai korset hanya tahan beberapa jam saja, eungap kalau dalam bahasa
sunda mah. Susah bernafas. Kakak saya suka menghibur, “Yah, namanya juga pernah
melahirkan, pasti perutnya gendut.” (Tuh, para suami, dengar ini ya). Selain karena
faktor melahirkan, kata dokter perut buncit saya ini kemungkinan karena gejala
maag yang saya alami yang menyebabkan perut kembung. Apalagi saya suka bandel
minum kopi, tambahlah rasa kembung di perut ini. Tapi, sekarang sudah mending
sih, berkurang minum kopinya. Akhirnya saya biarkan saja. Kalau sudah kembung
sekali dan susah BAB, saya baru minum obat pelancar BAB. Saya berusaha
mencintai dan menerima diri sendiri apa adanya.
Menuliskan ini, saya tersadar. Saya begitu beruntung, Ya
Allah. Walau saya berjerawat, jauh dikatakan cantik, namun suami saya telah
memilih saya sebagai istri dan ibu anak-anaknya. Walau minus mata saya besar,
saya masih bisa melihat wajah orang-orang yang saya sayangi. Wajah orangtua,
suami, anak-anak, keluarga besar. Walau perut saya buncit, tapi dari
dalamnyalah dua buah hati saya lahir ke dunia. Ya Allah, fabiayyi alaa
irabbikuma tukadziban. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
penerimaan terhadap diri lengkap dengan kelebihan dankekurangan, terkesanm udah ya Mak. Tapi tidak semudah itu dalam realisasinya dikehidupan nyata. Beruntung orang yang sudah bisa menerima dirinya sendiri, dan mencintai hal tersebut. sukses GAnya ya
ReplyDeleteiya mak, prakteknya itu berkelok-kelok :) makasih ya mak
Deletehihihihi... masalah ibu - ibu yang setelah melahirkan ini juga dialami Mbakku sendiri, tambah melar ke mana - mana, tapi tetap berbangga diri aja, toh sudah diberi kenikmatan yang luarrr biasa, yaitu jadi seorang Ibu :D
ReplyDeleteiya mak, alhamdulillah nikmat jadi ibu:)
DeleteHihiiii, iyalah semuanya adalah ibadah, mengandung dan melahirkan...apapun yang ada di tubuh kita, itu adalah bukti cinta Allah kepada kita yo Mak, disyukuri ****hihiii astin...baca tulisanmu yaak...
ReplyDeleteiya mak alhamdulillah *sambil elus-elus perut :p
Deleteberati kalo ntr punya anak bisa langsing seperti gadis ya mbak dan kalo udah anak ke2 bisa jebul lagi nih kancing baju...hahaha..tapi aku pengen seperti gadis terus deh...
ReplyDeletesebenarnya kalo niat mau olahraga trus makannya banyak buah sayur, mungkin bisa langsing kaya gadis ya mak..tapi ya itu deh..niatnya kurang kuat kali ya
DeleteBetul banget, Nia. Hal sekecil apa pun dalam hidup kita harus disyukuri. Aku pun masih suka ngeluh daripada bersyukur :'(
ReplyDeleteiya memang kadang harus disentil biar bersyukur :)
Deletebiar perut ga langsing2 tapi kan bahagia ada anak dan suami ya...
ReplyDeleteSuka heran kl liat wanita yg abis lahiran lgs langsing..kok bisa ya..he he
Sukses Ganya ya
makasih mak, mereka rajin dan niat mungkin mba. ngga kaya saya :(
DeleteMak, izin copas kata-katanya yaaa ...
ReplyDeleteYa Allah. Walau saya berjerawat, jauh dikatakan cantik, namun suami saya telah memilih saya sebagai istri dan ibu anak-anaknya. Walau minus mata saya besar, saya masih bisa melihat wajah orang-orang yang saya sayangi. Wajah orangtua, suami, anak-anak, keluarga besar. Walau perut saya buncit, tapi dari dalamnyalah dua buah hati saya lahir ke dunia. Ya Allah, fabiayyi alaa irabbikuma tukadziban. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Hihihiiiii, saya banget ini, ceritanya nyaris ris ris sama banget ...
Semangat dan bersyukur pokoknya ... :)
iya mak, alhamdulillah..alhamdulillah...bersyukur
DeleteMenurut saya Mak Kania manis ah. Swer.
ReplyDeleteSuka sama tulisannya. Memang sebenarnya dari beragan ketidakenakan mestinya ada hal yang bisa disyukuri. :)
alhamdulillah kalo gitu mak, bisa mengurangi konsumsi gula di rumah hihi
DeleteYang penting bersyukur apa yang didapat ALHAMDULILLAH. boleh merubah asal tidak berlebihan dan indikasi yang tepat
ReplyDeletesetuju pa...
DeleteMak, sy juga jerawatan parah pas gadis.
ReplyDeleteSekarang sesekali.
Mak, suami sy jg minusnya banyak, tapi ga sebanyak Mak Kania.
Coba aja Mak minum jus wortel dicampur tomat atu yang lain. Minum seminggu 2-3 kali.
Saya menerapkan itu ke suami, katanya sih matanya enakan.
iya mak, saya juga ke anak diminumin jus wortel tiap hari thanks tipsnya ya
Deletewaah postingannya bagus sekali nih mbak bisa mengingatkan juga betapa pentingnya kita bersyukur.bagaimanapun kondisi fisik kita harus senantiasa bersyukur ya mbak :)
ReplyDeleteiya mak, bersyukur dan Allah akan tambah lagi nikmat-Nya
DeleteKulit wajah saya juga berminyak Mak Kania. Jerawat betaaah banget di wajah saat usia remaja dulu. Hehehe.
ReplyDeletesama kita ya mak :)
DeleteAh sama mak... dl sy yg tubuhnya langsing skrg hrs melebar kedepan belakang kanan kiri, kr seringnya minum obat utk kandungan yg rata2 mempengaruhi hormon tubuh... tp semua sy nikmati dg penuh rasa syukur terlebih suami jg gak begitu cerewet dg itu semua... alhamdulillah...
ReplyDeleteIya ya mak, nikmati saja ...alhamdulillah:)
DeleteParagraf terakhir itu benar-benar ngena mbak.. Saya suka tulisan ini... Mengalir.
ReplyDeleteBtw, Semoga menang GA nya ya mbak!
Makasih mba :)
ReplyDeleteBetul mak, nikmat mana yang kita dustakan? Allah sayang hamba-hambanya
ReplyDeleteSukses ya GAnya
makasih mak:)
Deleteponakan saya baru nambah minus jadi minus 8. saya kaget. lha ini minus 16 maaak? masya Alloh. ah tapi mak Kania masih bisa mensyukurinya...subhanalloh...
ReplyDeleteiya mak...mata kanan...kalo ga seimbang pemakaian kacamatanya bisa juling
DeleteApapun itu, akan selalu ada hal-hal yang masih bisa kita syukuri :))
ReplyDeleteaamiin, betul mba :)
DeleteSaya suka mengeluhkan mata saya yg minus 5, baca postingan ini jadi merasa kurang bersyukur banget.
ReplyDeleteSaya juga suka mengeluhkan perut yg udah kayak tas pinggang, eeehh ternyata ada juga temannya. Laaahh lalu kenapa saya suka mengeluh ya? Harus banyak memperbaiki diri nih.
saya juga masih memperbaiki diri terus mba
DeleteHatinya kan cantik ya mbak
ReplyDeleteaamiiin mba
Deletefabiayyi alaa irabbikuma tukadziban-
ReplyDeletebenar ya mak :")
btw aku juga beberapa kali ikutan pake korset..--"
eungappp juga hihihi sama
*toss mak
makasi ya dah ikutan :*
sama-sama mak
Delete