Mommylicious dan Saya
Mommylicious, nikmatnya jadi ibu.. |
Rejeki Itu Bernama Buku
Bagi saya, rejeki itu tak melulu tentang uang. Buku juga adalah sebuah rejeki. Buku bisa memperkaya jiwa dan pikiran kita melalui informasi yang ada di dalamnya. Buku bisa mendatangkan uang dengan cara dijual dan dikirimkan resensinya ke media cetak. Buku adalah rejeki yang mendatangkan rejeki. Mommylicius datang ke rumah saya tanpa saya harus mengeluarkan sejumlah uang. Ya, saya mendapatkan buku ini gratis, sebagai hadiah lomba yang saya ikuti di blognya Mbak Arin. Alhamdulillah, rejeki ngeblog. Saya bisa mencicipi ilmu dan pengalaman menjadi mama dari dua mama ini.
Mommylicious Adalah Saya
Membaca lembar demi lembar Mommylicious, saya seperti membaca lembar kehidupan saya sendiri. Saya juga adalah mama dua anak, Zaidan usia 7 dan Raissa 3 tahun. Saya juga pernah mengalami masa-masa menyusui yang penuh drama. Mbak Arin harus 8 kali bolak balik ke rumah sakit mengantarkan ASI yang hanya 40 ml, dalam kondisi lelah, stres, dan jahitan bekas melahirkan masih terasa sakit. Mbak Rina pernah gagal memberikan ASI eksklusif untuk anak pertama. Namun ia tak pantang menyerah memberikan ASI eksklusif untuk anak kedua, dan berhasil! Sementara saya, tak bisa duduk untuk menggendong bayi pertama dan menyusuinya karena luka bekas operasi masih terasa sakit. Akhirnya seorang saudara membantu menggendongkan bayi, menyusukannya ke dada saya, walau ASI masih berupa tetesan.
Mbak Arin dibantu ibu mertua saat merawat bayi pertama. Banyak perbedaan yang mereka hadapi tentang ibu melahirkan dan cara merawat bayi. Walau begitu, mereka menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama, yaitu sang bayi. Mbak Rina pun dibantu ibunya saat merawat anak pertama. Saat pengasuh pulang kampung dan mbak Rina harus bekerja, ibunyalah yang merawat sang anak. Memang sedih, ketika harus bertemu dengan anak hanya 2 minggu sekali. Namun mbak Rina juga tenang karena anaknya bersama orang yang ia percaya. Saya juga dibantu ibu saya saat melahirkan anak pertama dan kedua. Ibu memberitahu cara memandikan, memakaikan baju bayi, memasakkan makanan pelancar ASI, menjaga bayi saat saya harus pergi, dan sebagainya. Ibu adalah partner kami dalam merawat sang buah hati.
Zaidan dan ibu saya di ruang tunggu operasi saat saya hendak operasi cesar anak kedua. |
Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang penuh kejutan dan huru hara. Mbak Arin harus mendengar jeritan-jeritan Asa saat ia beranjak dari Asa. Asa tidak mau ditinggal barang sedikit pun. Akhirnya Asa harus digendong ke sana kemari, bahkan saat Mbak Arin harus memasak di dapur. Mbak Rina sempat khawatir saat Azka akan dikenalkan membaca suku kata oleh pihak sekolah. Kabarnya, anak TK tidak boleh diajarkan membaca walau kenyataannya hampir semua SD mengharapkan calon muridnya sudah bisa membaca suku kata. Namun pihak sekolah meyakinkan bahwa metode yang dipakai yaitu fonetik ekspres, mudah dan menyenangkan. Suatu hari, mbak Rina harus memasak. Ia minta tolong anak pertamanya membacakan buku untuk anak kedua. Dan sang anak ternyata bisa melakukannya, walau cuma 2 halama! Saya juga pernah mengalami masa-masa ketika harus menggendong anak kedua sambil melakukan berbagai aktifitas, sambil menyuapi anak pertama, bahkan sambil memasak. Karena pernah terkena minyak goreng dan menangis, Raissa tak mau lagi saya gendong kalau saya memasak. Ia memilih duduk di ruang makan sambil memainkan mainannya. Duuh, maafkan umi ya nak.
Sebagai ibu bekerja, mbak Arin mendapat pengertian dari teman-teman kerja. Ia pernah telat karena mengantar anak dulu ke daycare. Ia juga tidak masuk kantor saat anak sakit. Untungnya, di jaman serba gital, sebagian pekerjaan kantor bisa diselesaikan di rumah. Mbak Rina seringkali menerima rengekan sang anak yang menyuruhnya jangan pergi, ketika ia harus kerja lembur di hari Sabtu atau Minggu. Hal itu disiasati mbak Rina dengan bekerja seefektif dan seefisien mungkin, agar bisa segera pulang menemui keluarga. Saya juga pernah mengalami rasa khawatir saat meninggalkan anak bersama pengasuh untuk bekerja. Apalagi ketika anak sakit. Sekarang, saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga penuh waktu karena berbagai alasan.
Sudah menjadi sebuah tekad tak tertulis bagi saya untuk membuat sebuah resensi dari buku yang saya baca. Maklum, semakin usia bertambah saya menjadi semakin pelupa. Saya pernah mengalami masa, saat anak saya bertanya ini itu, saya tak bisa menjawab dan cuma melongo. Otak saya harus tetap bekerja dan berpikir walau saya hanya di rumah mengurus keluarga. Saya lalu tersadar, saya terlalu disibukkan dengan pekerjaan rumah yang tiada habis dan tak menyempatkan membaca buku. Makanya, otak jadi hang. Membaca buku lalu menuliskan kembali isi buku adalah salah satu cara mengingat bagi saya.
Suatu hari, saya mendapat informasi di grup Be A Writer yang saya ikuti, bahwa Koran Singgalang menerima tulisan resensi. Lalu saya kirim resensi Mommylicius ke Koran Singgalang melalui email. Alhamdulillah, tanggal 21 Desember 2014 tulisan resensi saya dimuat bersama 3 tulisan resensor lain. Saya sungguh senang. Rejeki yang saya dapat berupa buku, kembali lagi pada penulisnya. Ya, dengan menuliskan resensi Mommylicius, buku karya mbak Arin dan Mbak Rina mudah-mudahan makin dikenal. Saya pun bisa berlatih terus membuat tulisan resensi yang lebih bagus.
Ini tulisan resensi yang saya kirim ke Koran Singgalang, bisa dilihat di blog buku saya di sini.
Tanggapan Pembaca Resensi Mommylicius
Resensi Mommylicius yang dimuat di Koran Singgalang lantas saya posting di blog buku saya dan facebook pribadi saya. Berikut beberapa tanggapan pembaca resensi Mommylicious:
ibu bekerja ataupun tidak, tetep punya tanggungjawab yang sama dalam hal mengurus rumah tangga ya mbak :) – Ninik Setyarini
Terimakasih mba Kania. Jadi merambah media luar jawa – Arin Murtiyarini
Baca resensinya sih persis yg pernah sy alamin nia...sempet baby blues juga soalnya – Dwi Ismalya Setiahati
Jadi, tak salah rasanya jika saya bilang Mommylicius adalah saya, kita semua, para ibu. Dengan berbagai huru hara di rumah selama mengasuh anak, rasanya jarang sekali ada ibu yang bilang, “Rrrggggh…sebel banget harus mengurus anak.” Sebaliknya, walau lelah dan kesal di rumah, para ibu akan bilang bahwa anak merekalah yang paling manis dan baik hati (aamiiin untuk ibu-ibu semua). Di lubuk terdalam hati para ibu, mereka mengakui bahwa menjadi ibu itu nikmat tiada tara. Segala keriuahan dan huru hara itu di rumah, hanyalah sedikit bumbu yang akan membuat ibu tambah kuat dan sabar.
Saya mbacanya sampai terkagum2, Mba.
ReplyDeleteKagum sama isi bukunya.
Kagum sama Mba Kania yang mendapatkan rejeki dan
mengucapkan terimakasih dalam bentuk lain.
aduuuh...biasa aja mba, kan katanya kalau kita bersyukur Allah akan tambah rejeki kita :)
DeleteAlhamdulillah, rezekinya bagus dn bukunya juga pastinya bermanfaat sekali ya
ReplyDeletealhamdulillah :)
Deletemakin penasaran sama bukunya,pengalaman yang diangkan dalam sebuah buku^^
ReplyDeleteBagus mak, pengalaman menjadi mama memang luar biasa..banyak ceritanya
DeleteTetap semangat menulis... ibu...
ReplyDeleteTerimakasih :)
DeleteBarakallah ya Mak ... rezeki buat penulis buku, juga buat Mak Kania :))
ReplyDeletealhamdulillah :)
Deleteterkait asi hehe sepertinya mbak harus baca artikel sebelah tentang dedaunan yang berkhasiat tinggi untuk asi. saya lupa daun apa namanya, tapi pasti bakal ketemu. nanti tak kabari lagi hehe. info itu juga bagus buat ibu-ibu lain yang membutuhkan.
ReplyDeletedaun katuk???
DeleteJustru buku itu rejeki yang tidak bisa dinilai dengan uang. Isinya akan memperkaya wawasan dan pikiran kita. Jadi pengen baca bukunya kak.
ReplyDeletesetuju...bukunya bagus :)
Deletemommylicious memang untuk kita semua para ibu :)
ReplyDeletebetul mak:)
Deletepenasaran banget deh sama bukunya :)
ReplyDeleteiya mak, harus baca :)
Deletekisah mama dalam buku ini keren sekali. saya membayangkan diriku nanti jadi mama juga. saya pun sudah baca bukunya...
ReplyDeletemenarik ya mak. rasanya membacanya seperti melihat diri sendiri . Banyak pengalaman serupa :)
DeleteSelamat mbak ... ^_^
ReplyDeleteTerimakasih:)
DeleteIya mak, jadi ibu tetaplah menyenangkan, membahagiakan, dan luar biasa, meski ada lika-likunya dalam mengurus anak :) Saya belum baca buku ini :p hihi
ReplyDeletelika likunya banyaaaaak
Deletemommylicious, sedapnya menjadi ibu :)
ReplyDeleteselamat ya mak kania, resensinya dimuat di koran.
semoga sukses buat GA nya ^_^
Terimakasih mak:)
Delete