Saya Ingin Libur Memasak di hari Ulang Tahun!
Memasak. Kelihatannya kegiatan yang mudah. Semua orang bisa melakukannya. Bahkan sekarang banyak chef laki-laki. Tinggal goreng satu buah telur, kasih garam, jadilah sebuah masakan: telur ceplok! Tapi, terkadang kenyataannya tak semudah itu jika anakmu bertanya, “Hari ini makannya sama apa?” Kamu jawab, telur. Lalu anakmu berkata, “Yaa..telur lagi”, dengan nada kecewa.
Memasak itu butuh kreatifitas agar seisi rumah tak bosan. Walau cuma telur, ibu yang seringkali menjadi koki atau penanggung jawab menu di rumah, harus bisa mengubah telur menjadi bermacam makanan. Telur balado, semur telur, telur mata sapi, pepes telur, opor telur, dan sebagainya. Setiap hari ibu memutar otak, menu apa yang akan tersaji di meja makan hari ini agar orang rumah bisa makan dengan lahap. Ibu mencari informasi resep terenak ke sana kemari, lewat internet, buku masakan, tetangga, saudara dan keluarga. Kadang, resep yang ibu bikin bisa enak, sedang saja, bahkan tak enak. Hiks!
Memasak itu butuh keahlian. Ibu harus pandai mengatur uang belanja agar dengan uang yang tak seberapa tetap bisa membeli kebutuhan dapur. Menu sederhana bisa jadi menu terlezat dan tersehat di tangan seorang ibu.
Sumber gambar: wajanhijau
Memasak itu butuh kesabaran. Bagaimana tidak, merebus kacang agar jadi empuk saja terkadang butuh waktu kurang lebih 1 jam. Merebus daging agar empuk butuh waktu lama. Merebus beras agar menjadi bubur juga butuh waktu. Satu jam bagi seorang penulis mungkin bisa menghasilkan berlembar-lembar tulisan. Satu jam bagi seorang wirausaha, mungkin sudah menghasilkan satu kontrak kerja. Tapi tenang, ibu bisa melakukan itu sambil mencuci, menyapu dan mengepel. Ibu juga harus membersihkan perlatan bekas memasak yang seabreg, tiga kali dalam sehari. Belum lagi jika anggota keluarga tak suka dengan hasil masakan. Mungkin ibu harus menerima keluhan, atau masakan itu menjadi penghuni tempat sampah!
Memasak itu adalah pelepas rindu pada ibu di kampung halaman. Masakan ibu, apapun bentuknya, walau sederhana, selalu dirindu anak-anaknya.
***
Kalimat demi kalimat di atas, sedikit banyak mewakili perasaan saya. Saya suka memasak untuk keluarga saya walaupun masakannya sederhana. Tapi, terkadang dilanda bosan dan khawatir. Bosan, masak apa lagi hari ini. Khawatir, apakah keluarga saya akan suka?
Alangkah senangnya jika sekali dalam setahun di hari ulang tahun saya, saya libur memasak dan kita sekeluarga makan di luar. Tidak harus di restoran mewah. Tidak harus jauh.
Ulang tahun saya sudah lewat kurang lebih 5 bulan lalu. Tak ada perayaan, tak ada lilin di atas kue. Saya juga memang tidak membiasakan diri merayakan hari lahir. Cukup merenung dan introspeksi atas jatah usia yang berkurang. Namun, saya kadang ‘laporan’ sama anak-anak, “Hari ini umi ulang tahun loh.” Zaidan dan Raissa dengan antusias akan berjingkrak-jingkrak dan mengucapkan selamat ulang tahun. Dalam bayangan anak-anak seperti mereka, ulang tahun itu adalah pesta, lilin, dan kue. Makanya mereka antusias. Saya juga suka bercanda, “Tapi umi makin tua loh.” Lalu mereka akan merengek dan setengah menangis, “Umi jangan makin tuaaa…”. Oh gitu ya, jadi umi harus muda terus, harus semangat terus. Oke lah kalau begitu :p.
Warung Raos. Sumber gambar: foursquare
Ya, cuma itu yang saya harap di hari ulang tahun, libur memasak. Saya ingin dimasakin, tak harus sama suami dan anak-anak. Mungkin, kami sekeluarga bisa pergi dengan kendaraan baru kami ke Warung Raos, yang hanya 10 menit dari rumah. Ada berbagai menu di sana. Ada juga tempat main anak. Mungkin juga ke Nasi Kebuli Bang Moch atau Mie Aceh di deretan jalan yang sama. Atau, Sari Bakso juga tak apa-apa.
Ya, namanya juga harapan. Terlaksana atau tidak, saya tetap harus memasak untuk keluarga.
Pusing nya jadi emak2 cuma itu tuuhh, mengakali bagaimana makanan jadi enak, tdk sama dg sebelumnya, minim budget, plus sarat gizi. Ini yg susaaahh :)
ReplyDeletemuter otak ya mak :)
Deletesaya kalo malas masak pasti beli mak,kadang suami yang masak hahaha.dia suka banget masak soalnya hehe
ReplyDeletesaya juga pernah dimasakin suami sekalinya pas baru nikah belum ada anak hihi..
DeleteMudah-mudahan tercapai ya mak harapannya, aamiin. Memasak yang paling mudah ya cuma masak air :p hehe..
ReplyDeletehihi...bener itu mak
DeleteSaya sering lupa...makanan ibu diharapkan anak-anaknya. Kalau sibuk saya sering beli jadi :( Padahal mereka mengharap cuma nggak ngomong kali yaa...?
ReplyDeleteiya ya mak, kadang telur pkai kecap aja mereka bilang enak..:)
DeleteSaya termasuk laki-laki yang suka masak, tapi yg praktis2 saja, hehehe... sudah kebiasaan dulu di pesantren harus masak secara berkelompok dg teman2 santri.
ReplyDeleteAlhamdulillah jadi bisa bantu istri masak ya pa..:)
DeleteSebuah keinginan sederhana.. Yah namanya sebuah perayaan, apapun bentuknya memang yang penting bermakna. Apalagi bersama keluarga :)
ReplyDeleteBetul mak:)
DeleteAh, unek2 saya terwakili di tulisan ini :)
ReplyDeleteBetul, Mba, kdg bingung mau masak apalagi ya?
Kalau diajak jajan di luar, seneeeeeng banget ya.
Iya mak..seneng..
Deletememasak itu emang melelahkan dan mesti kreatif. Setuju.
ReplyDeleteKadang2 libur masak gpp mak. Mie aceh terdengar enak ;) Hihihihi
Hihi..iya mak..itu padahal tukang mi aceh deket. Tp blm kesampaian. Mikir2 kalo jajan di luar..
Deletewah, smoga terkabul ya mak...
ReplyDeletesaya sering bolos masak, klo br pulang pergi2an, klo sakit, klo males hehehe...
sama sih mak kalo itu :D
DeleteMasak jadi semngat kalau anak anak lahap makannya :)
ReplyDeleteKalau tidak termakan hiks....
iya mba..suka sayaang banget kalo makanan terbuang. akhirnya emaknya yg abisin :(
DeleteJadi pengen makan di luar juga nih mbak ... :)
ReplyDelete:D
Semoga terwujud keinginannya ya mbak buat makan diluar di hari ultah ... ")
hihi..jadi malu inih keinginan kok libur masak :p
Delete