Waspadai Radang Tenggorokan Pada Anak
“Raissa, periksa ke dokter ya?”
“Nggak mau, nggak mauuu.” Jawab Raissa sambil menangis. Padahal salah satu permainan yang Raissa suka adalah bermain peran sebagai dokter. Kalau ditanya mau jadi apa kalau sudah besar, jawabnya pun menjadi dokter seperti Susan si boneka bersuara cempreng.
“Nanti dikasih cukuas (Sebutan Raissa untuk egg suprise, telur plastik yang didalamnya berisi coklat dan mainan), mau ya ke dokter?”
“Maauu.” Jawab Raissa masih sambil menangis.
Mendengar kata egg surprise, kakaknya pun, Zaidan, berteriak, “Kakak juga mauuu egg surprise!”
Maka jadilah malam itu sepulang suami bekerja, kami berempat pergi ke dokter untuk memeriksakan Raissa.
Rumah sakit ramai dengan pasien-pasien, anak-anak dan orangtua. Maklum, musim hujan. Kuman-kuman makin asyik berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Untung kami tak perlu menunggu lama karena sudah daftar terlebih dahulu lewat telepon.
Sesaat sebelum masuk, Raissa berubah pikiran lagi dan tak mau diperiksa. Untungnya tak sampai menjerit-jerit. Berbagai permainan di ruang tunggu membuatnya asyik dan sejenak lupa akan diperiksa dokter.
Begitu dipanggil, kami masuk ke ruang dokter. Dokter masih mencatat sesuatu di mejanya. Duuuh, suka deg-degan kalau ke dokter teh, kenapa ya. Suka agak khawatir dengan vonis ini dan itu. Tapi..bismillah aja.
Dokter bertanya ini itu tentang riwayat sakit Raissa, lalu mempersilahkan Raissa untuk dibaringkan di tempat tidur. Raissa menurut. Anteng. Tapi kelihatan dari gerak tubuhnya bahwa gadis kecil ini tegang. Dokter memeriksa suhu tubuh dengan thermometer, memeriksa mata dan telinga Raissa, juga tenggorokannya.
“Mm..pinter..pinter..” Dokter mengusap-usap dada Raissa saat selesai memeriksa. Ia kembali ke mejanya dan mencatat. Tret..tret…tret… Duuh, gregeten. Kok ngomongnya dikit banget ya pak dokter. Mau nyela takut dibentak hehe. Punya pengalaman sebelumnya, saya cerewet nanya ini itu dan distop karena dokter sedang konsentrasi nulis ini itu.
Akhirnya dokter berkata, membuka jalan kami untuk bertanya-tanya lebih banyak, “Ini saya kasih obat racikan untuk batuk pilek, obat penurun panas, dan antibiotik.”
“Jadi sebenarnya sakitnya apa dok?” Tanya suami.
“Radang tenggorokan. Dia tidak boleh makan kerupuk, es krim, permen, cokelat, gorengan, dan sebagainya.” Kata dokter. “Dia boleh makan buah-buahan, lemper, dan lain-lain (dokter menyebutkan beberapa makanan tradisional, saya lupa).
Saya bengong. Semua yang tidak boleh dimakan adalah makanan yang anak-anak suka. Duuh, kebiasaan deh saya. Kalau kaget, suka bengong.
“Makanan-makanan tradisional ya dok.” Kata saya akhirnya. Dokter mengangguk. Ya, makanan tradisional kan biasanya tanpa pengawet dan pemanis.
“Jadi sebenarnya bisa sembuh nggak dok?” Tanya suami lagi.
“Bisa. Dia bisa makan makanan seperti coklat dan lain-lain saat usia SMA. Kalau sekarang, dipicu dengan makanan yang dilarang akan membuat radangnya kambuh.”
Saya ber-ooh dalam hati. Jadi diingatkan, salah satu anak teman juga ada yang terkena radang tenggorokan. Pantas, dia tak boleh makan cokelat dan teman-temannya oleh ibunya.
Terdorong untuk mengetahui lebih lanjut radang tenggorokan ini, saya pun browsing.
Radang tenggorokan adalah istilah umum dari keadaan peradangan atau infeksi di sekitar tenggorokan, meliputi rongga mulut bagian belakang, tonsil (amandel), bagian belakang tonsil atau laring, dan sekitarnya.
Apa penyebab radang tenggorokan?
Penyebabnya adalah virus, dan dalam frekuensi yang lebih sedikit bisa juga bakteri atau jamur.
Bagaimana penularan radang tenggorokan?
Radang tenggorokan ditularkan melalui percikan renik saat penderita berbicara, bersin, batuk atau mencium anak. Percikan renik tersebut mengandung kuman yang dapat menyebabkan penyakit yang sama pada bayi/anak.
Apa gejala radang tenggorokan?
Demam, tak enak badan, mual, muntah, nyeri saat menelan, mulut berbau, batuk, pilek, dan hidung tersumbat/berair (Persis banget ini gejalanya pada Raissa).
Bagaimana pencegahan radang tenggorokan?
- Menjaga kesehatan secara umum
- Menjaga asupan nutrisi sehingga daya tahan tubuh kuat
- Memelihara kebersihan
- Menghindar dari sumber penularan
- Imunisasi anak yang lengkap.
Apa penanganan radang tenggorokan pada anak?
- Menambah asupan cairan dan nutrisi untuk mempersingkat masa sakit (Karena malas minum banyak, Raissa saya berikan minuman yang dia suka misalnya yakult, tapi diminumnya tidak dalam keadaan dingin karena minuman dingin dapat memperberat gejala radang tenggorokan).
- Mengurangi gejala yang ada dengan minum obat penurun panas, pelega saluran nafas, pengencer dahak. (Selain obat dari dokter, kami berikan obat herbal juga pada Raissa denggan diberi jangka waktu pemakaianna dari obat dokter. Misalnya Enkasari yang mengandung daun saga dan daun sirih, yang bisa membantu mengurangi infeksi, menyegarkan mulut, dan membantu mengurangi nyeri karena radang dan sariawan. Kalau di kampung mertua, biasa dikonsumsi langsung dengan dikunyah untuk mengurangi radang).
- Antibiotika diberikan bila penyebab penyakit radang tenggorokan adalah bakteri (berarti harusnya di tes dulu ya sebelum diberikan antibiotic? Apakah disebabkan oleh virus, jamur atau bakteri? Atau gimana?? *nanya sama rumput yang bergoyang)
Radang tenggorokan pada anak pada umumnya tidak memberikan dampak fatal, kecuali bila disebabkan kuman yang sangat patogen, seperti difteri. Kuman patogen ini menyebabkan timbulnya selaput (berwarna keputihan pucat) yang menyumbat saluran napas atas dan mengakibatkan kesulitan bernapas pada anak sehingga dapat berdampak fatal. Jika yang berkembang adalah kuman pertusis, maka akan timbul gejala batuk rejan (batuk 100 hari). Gejalanya khas, yakni batuk tidak berhenti yang diakhiri dengan upaya menarik napas dalam (whooping). Jika terjadi terus-menerus, paru-paru penderita bisa kekurangan asupan oksigen. Dengan imunisasi DTP, kedua penyakit tersebut sudah sangat jarang dijumpai di Indonesia.
Saat ini, Alhamdulillah demam Raissa sudah turun. Hanya saja, masih batuk pilek, dan makanan belum banyak yang masuk seperti biasa. Pagi hari setelah minum obat, pasti tidur sampai siang. Karena Raissa nggak boleh makan coklat, egg suprise nya tak jadi dikasih. Tak apa-apa ya Raissa.
Doakan Raissa segera sehat ya!
Sumber referensi:
semoga raisa segera sehat ya mak.. oiya mengenai penyebab radang tenggorokan, kalau virus kan harusnya tak perlu antibiotik ya mak.. tapi kita secara awam ga bisa bedakan mana yang karena virus mana yang karena bakteri..
ReplyDeleteIya mak, saya juga awam..ini karena seminggu demam bapil akhirnya saya kasih antibiotiknya. alhamdulillah tinggal bapilnya :(
Deletegimana Raissa sekarang?
ReplyDeleteDulu, Nai pernah asma. Trus sama dokter banyak banget pantangan makanannya. Dan, banyak makanan kesukaan Nai di daftar pantangan.
Saya coba cari opini kedua dari dokter lain. Menurut dokter kedua, gak harus banyak makanan dipantang. Coba dicek satu per satu yang memicu alerginya. Setelah dicek, ternyata bukan makanan yang memicu asma.
Tapi, saya gak tau apakah ini berlaku juga untuk radang tenggorokan :)
batukpileknya masih ada aja mak sampai sekarang tapi tidak separah sebelumnya :)
DeleteSepertinya saya juga perlu second opinion mak jika memang tak kunjung sembuh, makasih mak
DeleteSalam kenal bunda bunda hebat, anak pertama saya sekarang radang tenggorokan lagi kumat. Sedih rasanya. Dalam satu bulan ini 3 kali kumat. Demam sudah turun, tapi batuk pilek masih. Makannya alhamdulillah doyan. Badan makin kurus. Hiks
ReplyDelete