Display Huruf dan Angka Untuk Raissa
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat
hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam
informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana
perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena
itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
(pendidikankarakter.com)
Saya tidak ingat betul di usia kapan Zaidan bisa membaca.
Yang jelas, sebelum masuk Sekolah Dasar, ia sudah sedikit demi sedikit bisa
membaca. Saya tidak pernah mengirimnya ke tempat les baca tulis, meskipun
ingin. Karena kami harus melakukan penghematan untuk berbagai kebutuhan kami,
maka kami –saya dan suami- yang mendorong Zaidan terus untuk bisa membaca.
Waktu itu, saya baru mengajar di Sekolah Alam Bintaro. Setiap
guru baru diharuskan membuat display huruf latin dan hijaiyah serta angka
sebagai salah satu tugas pelatihan. Kami diberikan masternya untuk dicetak di
kardus bekas, bergantian dengan teman yang lain. Saat tiba giliran saya,
terpikirlah untuk membuat juga display huruf dan angka untuk anak saya di
rumah. Saya buat display dari kertas bekas dan ditempel di dinding kamar
Zaidan.
Hampir setiap hari Zaidan minta dibacakan angka dan huruf
yang tertera di dinding sampai akhirnya ia bisa membaca sedikit demi sedikit
huruf latin dan hijaiyah. Kini, di bangku kelas 2 SD membacanyya sudah lancar. Membaca
Alquran pun tinggal menyempurnakan tajwidnya. Alhamdulillah.
Baru-baru ini saya buat display untuk Raissa. Display bekas
Zaidan sudah lama dicabut karena robek-robek. Buku yang menyajikan huruf dan
angka sih ada. Tapi, terkadang butuh waktu untuk mencarinya. Berbeda dengan
display. Setiap hari Raissa lewat ke kamar dan otomatis melihat seluruh isi
kamar. Dengan begitu, mudah-mudahan display dapat membantu Raissa mengingat huruf
dan angka yang sedang dipelajarinya.
Seingat saya, cara ini pula yang dilakukan DR. Sarmini dalam
belajar mengenalkan Alquran pada anak-anaknya sehingga mereka khatam Alquran diwaktu balita. DR. Sarmini memasang display di tempat-tempat yang dilewati anak
tentang waqaf, hukum nun mati dan tanwin, dan sebagainya. Seperti kutipan di atas,
di usia emas anak banyak menangkap hal yang mereka lihat, dengar dan rasa. Di usia
inilah kesempatan besar untuk menanamkan hal-hal yang baik tanpa mengurangi hak
mereka.
Sekarang, biarlah dinding rumah kotor dengan coretan dan
tempelan. Kelak mereka makin besar toh bisa dicat lagi kalau ada rejeki. Saya Cuma
berharap diberi stok sabar yang banyak saja dalam mengasuh anak-anak. Mudah-mudahan
anak-anak akan menjadi orang-orang yang soleh dan solehah. Aamiin.
kalau saya, langsung coret2 di tembok, Mak :D
ReplyDeleteTembok udah penuh juga mak dengan coretan..
Deletejadi inget waktu ngajari membaca anak kedua sama ketiga, saya pakai buku belajar membaca tanpa mengeja, metodenya mirip sama iqra'...alhasil mereka sudah lancar membaca saat masuk kelas 1 SD.
ReplyDeletekarena tidak bisa dipungkiri, pelajaran kelas 1 SD sudah banyak bacaannya, mau tak mau, ketika masuk SD anak2 harus sudah lancar membaca kalau tak mau ketinggalan pelajaran :)
Muda-mudahan Raiss juga saat masuk SD udah bisa baca :)
DeleteNama anak kita hampir sama ya mba, anak saya zaid, sekarang zaid umur 10 bulan, kira2 sejak umur berapa dikenalin angka dan huruf seperti yang mba ajarin?
ReplyDeletesejak dia udah bisa pegang-pegang buku mba...usia 6 bulanan itu udah bisa loh kan ada buku kain, buku plastik yg gambarnya warna warni
Deleteanak-anak emang suka warnawarni , jadi biar belajarnya senang harus warnawarni :D
ReplyDeleteiya mba :)
Delete