Agar Anak Mau Ditinggal di Kelas Kelompok Bermain
Alhamdulillah, sudah 2 hari ini Raissa mau ditinggal di kelas Kelompok Bermain, tidak saya tunggui lagi. Minggu-minggu pertamanya sekolah di kelompok bermain, Raissa hampir selalu memegang tangan saya, tak mau lepas. Begitu seterusnya sampai hampir 2 bulan. Ya, hampir 2 bulan!
Saya hampir pasrah. Ya sudahlah kalau memang saya harus mendampingi Raissa terus di kelas, tak apa. Toh, cuma 2 jam. Mudah-mudahan guru tak keberatan. Sayanya sendiri sebenarnya yang khawatir guru jadi kagok dalam mengajar jika ada orangtua di kelas.
Suatu saat saya membaca postingan seorang emak blogger di grup Kumpulan Emak Blogger (KEB). Maaf, saya lupa nama blognya. Dia juga mengalami kasus seperti saya dimana anak usia kelompok bermain tak mau mengikuti guru atau tak berani tampil di depan kelas. Terkadang anak bukannya malu atau kurang percaya diri, tapi tidak merasa kegiatan itu penting. Makanya, di tulisan itu disertakan beberapa tips agar anak mengikuti guru di kelas kelompok bermain.
Saya pun berusaha menerapkan beberapa tips-tips, diantaranya dari tulisan tersebut:
- Berusaha terus bersabar jika harus menunggui anak selama di kelas.
- Memberitahu anak bahwa kegiatan di sekolah itu penting bagi dia. Misalnya, Raissa tidak pernah mau berbaris menuju kelas. Ia mau terus bermain dengan semua permainan yang ada di sekolah. Jika permintaan Raissa dituruti, maka anak yang lain pun biasanya ingin turut main dan tak mau berbaris menuju kelas. Maka hampir setiap malam, saya beritahu Raissa. Raissa sebenarnya pintar berbaris. Kalau Raissa tidak berbaris, bu guru tak akan tahu Raissa bisa berbaris atau tidak.
- Memotivasi Raissa lewat cerita atau dongeng. Misalnya tentang anak yang berani sekolah sendiri tanpa ditemani orangtua, anak yang patuh pada guru, dan sebagainya.
- Terus menerus diberitahu. Misalnya ketika saya ingin Raissa berani belajar dan bermain bersama guru, tidak ditemani orangtua, setiap hari saya bilang sama Raissa, "Raissa, besok umi antar Raissa ke sekolah terus umi pulang dulu beli sayur (misalnya). Nanti umi jemput Raissa lagi." Dibilangin seperti itu, Raissa sih bilangnya iya. Tapi Esoknya ternyata belum berani. Saya beritahu lagi terus menerus setiap hari. Sampai akhirnya Senin kemarin Raissa sudah mau ditinggal. Saya tidak menemaninya lagi di kelas.
- Memberi contoh yang baik. Mudah-mudahan sih tips ini tak membanding-bandingkan anak satu dengan yang lain karena memang setiap anak berbeda-beda penanganannya. Tapi, setiap melihat teman sekelasnya yang bisa ditinggal orangtuanya, saya bilang sama Raissa, "Hebat ya teman Raissa yang itu, dia mau belajar sama bu guru dan main dengan teman. Mamanya nggak ikut ke kelas."
- Memberi hadiah jika anak berani atau mau mengikuti guru. Tak usah yang besar. Biasanya saya beri Raissa hadiah snack yang dia suka, Raissa udah senang.
Semua tips itu saya terapkan selama lebih kurang 2 bulan sambil terus berharap pada Allah SWT Raissa segera bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Kan repot kalau sampai SD harus ditemani di kelas terus hehe.
Alhamdulillah, Senin kemarin Raissa mau ditinggal di kelas bersama guru dan teman-teman. Malah, sewaktu memasuki gerbang sekolah, Raissa sudah 'mengusir' saya, "Umi sana beli sayur dulu!" Sewaktu di kelas pun, Raissa mau menjawab salam gurunya, tidak diam seperti biasa. "Good morning Raissa, how are you today?" Tanya guru. "Just fine" Jawab Raissa. Alhamdulillah.
Hari ini Raissa ikut lomba mewarnai di sekolah dalam rangka memperingati Hari Kartini. Kata bu guru, Raissa sempat menangis sebentar. Mungkin karena merasa tak mampu mewarnai dengan sempurna dan kelelahan. Tapi Raissa akhirnya bisa mengikuti acara sampai selesai.
Lomba mewarnai dalam rangka Hari Kartini |
Hebat Kakak Raissa, sekarang udah tambah pinter ya Mak. Semoga jadi anak cerdas dan sholehah, aamiin.
ReplyDeleteaamiin
DeleteEmang butuh kesabaran ya mbak, anak saya bentar lg masuk tk, anaknya pemalu. Pernah masuk sekali pemetaan siswa dan dia tidak mau ditinggal, tapi pasti lama2 juga mau ditinggal ya, semoga ga sampe berbulan2, bisa dipecat emaknya,hehe
ReplyDeleteiya mak,akan indah pada waktunya:)
Deletewah , dulu kedua anakku gak takut masuk sekolah, malah anak keduaku sering ngajari teman-temannya yang gak bisa dan selalu ingin maju ke depan terus.
ReplyDeletehebat emaknya :)
Deletepinteerr ya dek raissa.. udah bisa mandiri dan gak mau ditungguin mamanya lagii..
ReplyDeleteAlhamdulillaah tante ikut senang deh, Raissa udah mandiri sekarang, mau ditinggal umminya pas di kelas :)
ReplyDeleteAlhamdulillah :)
Delete"Ummi beli sayur aja ya. Raissa sekolah dulu." Duhai...leganyaaa alhamdulillaah. saya malah yg ga tegaan mak. si Mas udah bisa ditinggal, si Adek kadang masih nyariin saya kl istirahat. tp alhamdulillaah beberapa hari ini sudah ga begitu nyariin. cuma saya senang aja di sekolah mak. bisa ngobrol sama ibu-ibu. hihihi...
ReplyDeletehihi iya juga sih mak, seneng bisa ngobrol dengan ibu2 yg lain
DeleteSudah seminggu ini saya nemenin si kakak di sekolah dan sambil ngajak adeknya yg usia 10 bulan.alhamdulillah sih lingkungannya nyaman,klo si adek ngantuk para guru bolehin utk pake tmpt tidur sekolah.semoga kaka segera insaf mau sekolah mandiri ga lg ditungguin,amiiin
ReplyDeleteaamiin :)
Deleteanak sy awalnya mau sekolah.. trus sampai setengah semester kami sekwluarga pindah kota krn suami hrs dinas. masuk ke sekolah baru, sm skl ga mau ditinggal.. pagi br di banguni uda mewek nangis katanya ga mau nsekolah.. drama terus sampai tiba di kelas nangis meraung2.. akhirnya sy nemenin didlm kelas selama sebulan.. sy coba tinggal menangis menjerit2 sasmpai gurunya kewalahan.. sy pribadi merasa gurunya kurang mengerti cara mendekati dan mengambi hati anak sy,,tp sy ga tau mau gmn ngmg dgn gurunya..,mohon sarannya ibu2
ReplyDelete