Drama Para Wanita

Pagi itu, wanita ini tengah menyiapkan si sulung untuk berangkat sekolah. Si bungsu pun tak kalah untuk menyibukkan diri dengan minta diantar pup ke kamar mandi. Selesai si bungsu pup, terdengar suara seseorang di luar rumah si wanita, memanggil lirih.

Belum sempat memakaikan celana si bungsu, wanita ini keluar rumah. Tampak seorang ibu berambut pendek dan berpakaian hitam lusuh –selusuh wajahnya- tengah berdiri di luar pagar. Ibu itu menyodorkan sebuah kresek hitam. “Bu, saya mau jual beras ini. Tolonglah bu, anak saya lagi sakit. Saya harus beli obat.” Kata ibu dengan suara dan wajah memelas dan hampir menangis.


“Tapi saya belum butuh.” Kata wanita ini jujur karena kiriman beras dari orangtua di kampung  masih ada. Stok beras merah dan hitam jualannya pun masih ada, jika ingin dikonsumsi. Namun ibu itu bersikeras. Tanpa berpikir panjang, wanita ini berlari ke dalam mengambil selembar uang 10 ribu dan memberikannya pada si ibu. Ini masih awal bulan, berkurang jatah belanjanya hari itu mungkin tak apa-apa, pikir wanita ini. Uang segitu rasanya cukup lah untuk beli obat di warung. Si ibu pun pergi dan tak lupa mengucap terima kasih.

Wanita ini kembali ke dalam rumah. Sambil memakaikan anaknya celana, baru terpikir di benaknya bagaimana kalau ini hanya akal bulus si ibu untuk mendapat uang tanpa bekerja. Kok jauh-jauh jual beras ke wilayah komplek perumahan, bukan ke pasar atau tetangga terdekat. Ah, tapi segera ditepisnya pikiran itu. Guskar Suryatmojo bilang, “Tak perlu ada prasangka untuk bersedekah. Jika hati sreg untuuk memasukkan rupiah ke kotak amal tersebut, ya masukkan saja. Mudah kan?” (Kita Sangat Akrab Dengan Tuhan, halaman 15).
Sumber: https://azzahra08.wordpress.com/page/6/
Kemarin,

Sore-sore, wanita ini tengah bersiap keluar rumah untuk menemui nenek anak-anaknya di blok lain di komplek perumahan yang ia tinggali. Tiba-tiba seorang ibu yang ia kenal dan berprofesi sebagai ART muncul di pintu. 

“Bu, maaf saya mengganggu. Saya mau nawari ibu motor saya. Saya lagi butuuuh banget. Adik saya mau ujian dan harus bayar 4 juta. Sebenarnya sih saya masih butuh motornya. Tapi gimana lagi. Atau saya gadai aja ke ibu, saya nitip motor saya. Mana ibu saya juga sakit, kakinya sudah pengapuran. Adik saya juga baru nikah karena menghamili anak orang. Saya jadi banyak pikiran dan jadi darah tinggi.” Begitu kira-kira kata-kata ibu ini sambil menitikkan air mata.

Tak terpikir sedikit pun di hati wanita ini bahwa si ibu bohong. Ia hampir tiap hari bertemu dengan ibu itu di depan rumah, saat belanja sayur, di sekolah anak. Kadang hanya menyapa, kadang bertukar cerita. Namun kenapa hati wanita ini jadi nelangsa sekali. Bukan, bukan karena si ibu ini telah mengambil waktunya. Namun karena ternyata wanita ini tak bisa berbuat banyak selain memberi saran untuk digadaikan di tempat resmi.

Drama para wanita…
Drama sang ibu, kakak, istri..dan entah siapalagi...

Wanita ini tahu, hidupnya pun tak luput dari drama tentang uang dan percintaan. Sebagian drama hidupnya ia tulis di blog, sebagian ia tulis di hati, sebagian ia tulis di selembar surat untuk Tuhannya. Dengan berbagai orang yang datang pada wanita ini, ia jadi tahu hidupnya tak segetir yang ia bayangkan. Banyaknya drama sedih dalam hidup wanita ini, jangan sampai membuat empati pada orang lain menghilang dan tenggelam. Tak bisa menolong dengan materi, minimal dengan dukungan dan doa.

Beginilah hidup, banyak drama yang harus dilakoni. Sutradaranya Allah SWT. Dia memberikan banyak ujian untuk hamba-Nya sebagai tanda sayang. Dia ingin hamba-Nya tetap teguh dengan skenario Alquran dan Hadist saat ujian datang. 

Ada sedikit ketakutan dalam diri wanita ini. Takut jika gagal ujian, bahkan jatuh dari pegangan agama.  Karena wanita ini tahu ia begitu lemah dan butuh pertolongan-Nya. Wanita ini pun berdoa dalam hatinya, semoga ia senantiasa ada di jalan Tuhan. Semoga para wanita yang datang padanya segera diberikan jalan keluar terbaik oleh Tuhan, Allah SWT.

Comments

  1. saat kita ingin mengeluhkan kekurangan materi, Allah biasanya menunjukkan orang-orang yg lbh sulit ujiannya dibanding kita..

    ReplyDelete
  2. hihihih, suka judulnya mbak,..wanita itu emang penuh drama dan drama...gak di kantor, di dlm keluarga dan di kos-kosan, hahaha

    ReplyDelete
  3. Daku jg gt mak...
    Drama bgd...
    Sukaknya nangis...ssering ngeluh..rajin ngadu...smpek mukenah basah...tp abis itu rasanya plooonnggg bgd..udah serahin aja sm yg Nyiptain kita...

    ReplyDelete
  4. setidaknya, selalu berpikiran bahwa apa yang kita alami tidak lebih buruk dari apa yang mungkin dialami orang lain di luaran saana, membuat hidup tidak jadi didramatisir. Eh, btw, komen ygpaling atas, di buat spam aja mbak. tadi suami cek situsnya, ternyata...You know lah...

    ReplyDelete
  5. sabar mak. alhamdulillaah mak punya tempat curhat yang tepat. drama mah gpp mak...drpd tragedi...naudzubillaah

    ReplyDelete
  6. saya juga akhir-akhir ini suka rada drama, Mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. gpp kata mak damarojat mak, asal jangan tragedi mak :)

      Delete
  7. apa kabar mak??maaf baru bewe lagi^^
    saya banget nib drama,kadang pagi2 dah ngedrama gitu hehe

    ReplyDelete
  8. aamiin :)
    smoga kita smua bisa melalui drama masing2 dgn kuat dan sabar ya mak :)

    ReplyDelete
  9. Gimana ya kalok aku uda jadi seorang ibu? Pasti banyak drama deh.. Mulai dari beradaptasi sama lingkungan, belajar jadi istri dan ibu yang baik, sampe masak yang variatif biar keluarga ngga bosyen.. Hihihi.. Jadi ngga sabar saat itu tiba! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin semoga saatnya nanti bisa menghadapinya mba :)

      Delete
  10. drama yg srg aku hadapin, drama pegawai bank asing vs nasabahnya mba :D.. Apalagi kalo ketemu nasabah bule yg cerewet dan banyak maunya ;, Wuuh seru deh debat kusirnya :D Belum lagi kalo ngadepin nasabah sosialita yg suka 'nakal'.. Berubah telenovela deh itu... tp ttp anak2 frontliner ku lgs ijo dan berbinar kalo udh serving nasabah bule cakep , masih muda dan single pula.. hahahaha... ngarep bisa jadian deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe..seru ya dramanya...kaya nonton felem jadinya....

      Delete
  11. mengaminkan kalimat terakhirnya. ini termasuk drama saya juga mbak. ingin sekali membantu semua yang datang, tapi apa daya.. ternyata tidak semua bisa saya bantu. dan betul.. kalaupun bukan materi, insya allah do'a akan menjadi hal terbaik untuk membantu mereka. nice post mba :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Perhatikan Hal Ini Sebelum Bermain Badminton

Bermain Kartu UNO

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)