Petualangan Za & Ra

Tidur adalah aktivitas alamiah dalam kehidupan yang banyak sekali manfaatnya. Berbagai penelitian membuktikan bahwa tidur dapat meningkatkan memori, mempengaruhi kualitas hidup, menghindari stress, mencegah peradangan, memacu kreatifitas, meningkatkan nilai akademis, memiliki berat badan yang sehat, dan menghindari kecelakaan. Para ahli juga banyak membahas bahwa tidur merupakan salah satu rangsang tumbuh kembang otak. Sekitar 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan saat bayi tidur. Hormon ini bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan, mengatur metabolisme tubuh termasuk otak, serta memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada.

Sumber: https://www.pinterest.com/pin/435934438901540547/

Anak merupakan anugerah. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar menjadi manusia bermanfaat. Dalam agama saya, bahkan anak membawa kedudukan mulia yang sebelumnya tak ada. Sebuah hadist Nabi mengatakan:   " Tidaklah lahir sesorang anak dalam keluarga seseorang melainkan ia menjadi kemuliaan tersendiri bagi mereka yang sebelumnya tidak ada." (Hadist ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Ausath). Banyak wanita yang mudah mengandung karena rahimnya yang subur. Sebaliknya, tak sedikit wanita yang belum mengandung juga karena berbagai faktor. Saya bersyukur Allah SWT memberikan kesempatan tiga kali mengandung. Walau kehamilan kedua tidak bisa diselamatkan, saya masih bisa mendekap dua buah hati yang kini berusia 8 dan 3 tahun 9 bulan.   

Setelah punya anak, seorang wanita biasanya akan berfikir ulang lagi jika ingin pergi ke luar rumah atau membeli sesuatu. Seperti saya. Dulu sebelum nikah, saya suka banget beli buku. Setiap bulan pasti selalu menyisihkan uang jajan untuk membeli buku minimal satu. Tapi sekarang, rasanya lebih baik uangnya dipakai untuk membeli kepeluan anak seperti susu, buku anak, baju anak, dan yang lainnya. Sebenarnya kebutuhan susu anak-anak saya tidak terlalu besar. Saya memang membatasi minum susu mereka. Saya batasi maksimal 3 gelas sehari mereka meminum susu. Bukannya pelit, pengalaman anak pertama minum susu terus dan jadinya tak mau makan nasi karena sudah kenyang dengan minum susu. Susu cepat habis, dan asupan gizi yang lain tidak terpenuhi.

Saya banyak menghabiskan masa anak-anak di kampung halaman di sebuah desa di kaki Gunung Ciremai. Setiap hari saya berangkat ke sekolah jalan kaki dengan teman. Pulang sekolah saya main dan tidur siang. Sore mengaji di madrasah dan malam ngaji lagi di tajug, sebutan kami untuk masjid kecil atau mushala atau langgar yang dipakai shalat berjamaah namun tidak untuk shalat jumat. Tajug itu berdiri tepat di samping sebuah kolam ikan. Karena makin lama jamaah shalat makin banyak, tajug dilebarkan ke samping dengan memasang papan-papan di atas kolam ikan. Setiap shalat di atas papan itu, bau kolam menyeruak membuat kekhusyu’an shalat terusik. Hehe, tapi saat itu sepertinya saya belum mengerti tentang makna khusyuk. Jadi, shalat aja sambil menghirup bau kolam bercampur bau kotoran manusia. Saya juga harus mencari area papan yang bersih dari kotoran cicak karena banyaknya kotoran cicak yang bertebaran. Di langit-langit tajug yang sebagian hanya rangka kayu itu, memang banyak sekali bin

Hampir semua sayur dan buah yang rasanya manis disukai oleh Zaidan. Dia juga sudah bisa diberi pengertian akan pentingnya makan sayur dan buah. Lain halnya dengan Raissa yang masih berumur 3 tahun-an. Ia masih memilih-milih buah dan sayur. Saat ini Raissa lagi suka buah Salak. Sebelumnya dia suka banget sama pisang dan mangga. Nanti entah apalagi. Saat seusia Raissa, Zaidan juga agak susah makan sayur dan buah. Harus dibujuk-bujuk atau makannya sambil diajak main agar ia mau makan sayur dan buah. Saat itu, lebih dari sekali Zaidan mengalami sembelit. Saat sedang Buang Air Besar (BAB), Zaidan berteriak memanggil saya dan hampir menangis karena BAB-nya susah keluar. Catatan tentang sembelit pada anak saya tulis di sini .

Hari Kamis tanggal 7 Mei kemarin, Raissa dan teman-teman sekolah berkesempatan berkunjung ke Kampung Wisata Cinangneng di Bogor. Berangkat dari Bintaro kurang lebih jam 8, kami sampai Bogor jam 11. Mm, lamanyaa karena pak supir muter-muter cari jalan ke Cinangneng. Setengah jam sebelum sampai, Raissa nangis kebelet pipis dan bis tak bisa berhenti, hiks.  Kampung Wisata Cinangneng ini dikenal juga dengan nama Guest House Hester Basuki. Guest house ini mengelola 2 rumah tamu, satu di Cilandak dan satu lagi di Bogor. Masing-masing guest house memiliki 10 kamar. Nah, guest house yang di daerah Bogor inilah yang dikenal dengan nama Kampung Wisata Cinangneng. 

Raissa akhir-akhir ini kalau diajak shalat, jawabnya “nggak mau”. Ya wajar aja sih, belum ngerti, dan belum wajib juga. Masih 3 tahun lebih. Kalaupun mau, nggak mau pakai mukena. Saya biarkan saja, tapi selalu berusaha dibujuk pakai mukena agar dia tahu dan terbiasa shalat dengan memakai mukena. Satu hari saat dia mau shalat sendiri pakai mukena, saya sempatkan bikin videonya. Zaidan yang memang sudah ngerti bahwa bikin video itu asyik dan bisa ditonton lagi di kemudian hari, tak lupa beraksi di belakang Raissa sambil gangguin adiknya itu.

Hari Minggu kemarin, Zaidan berulang tahun ke 8. Seperti biasa, tak ada cake, tak ada nasi kuning, tak ada saudara dan teman-teman Zaidan yang datang untuk berpesta. Seperti biasa, hanya ada ucapan selamat ulang tahun dari saya dan tentunya doa yang dipanjatkan setiap selesai shalat. “Mi, undang teman-teman dan saudara dooong. Kakak kan belum pernah rayain ulang tahun” Pinta Zaidan memelas.  Duuuh, hati ibu mana yang tega untuk tak memenuhi permintaan anaknya. Bagaimana tidak, sedari kecil sebagian teman-teman di lingkungan rumah dan sekolah merayakan ulang tahunnya dengan meriah dan bertabur hadiah. Lama kelamaan dalam diri Zaidan pun terbangun keinginan agar ulang tahunnya pun dirayakan.

Mungkin ada sebagian orang yang mengira bahwa Gerakan Tanpa Setrika (GTS) yang digagas mbak Dwi Indah Lestari itu tidak melakukan pekerjaan menyetrika sama sekali. Padahal, gerakan itu menyerukan meminimalkan menyetrika. Artinya, menyetrika yang penting-penting saja. Seperti pakaian kantor, pakaian sekolah, dan pakaian formal lainnya.  Menyetrika memang salah satu pekerjaan yang cukup menguras tenaga dan waktu. Bagaimana tidak, saya harus menyetrika pakaian empat orang, dua dewasa dan dua anak yang sering gonta-ganti baju karena berkeringat atau terkena air dan kotoran. Tidak ada mesin yang bisa menggantikan pekerjaan menyetrika seperti mesin cuci. Menyetrika harus dilakukan dengan tangan sendiri.