Alhamdulillah, Saya Sudah 2 Kali Operasi Caesar
Anak
merupakan anugerah. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik
agar menjadi manusia bermanfaat. Dalam agama saya, bahkan anak membawa
kedudukan mulia yang sebelumnya tak ada. Sebuah hadist Nabi mengatakan: "Tidaklah
lahir sesorang anak dalam keluarga seseorang melainkan ia menjadi kemuliaan
tersendiri bagi mereka yang sebelumnya tidak ada." (Hadist ini
diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Ausath).
Banyak
wanita yang mudah mengandung karena rahimnya yang subur. Sebaliknya, tak
sedikit wanita yang belum mengandung juga karena berbagai faktor. Saya
bersyukur Allah SWT memberikan kesempatan tiga kali mengandung. Walau kehamilan
kedua tidak bisa diselamatkan, saya masih bisa mendekap dua buah hati yang kini
berusia 8 dan 3 tahun 9 bulan.
Kehamilan pertama
Dua
bulan setelah menikah, saya mengandung. Sebenarnya saya sempat mengkonsumsi pil
kontrasepsi karena saya harus bolak-balik Jakarta-Bandung untuk menyelesaikan
skripsi pendidikan sarjana saya. Saya khawatir, jika saya hamil saya tidak bisa
menunaikan janji pada orangtua untuk menyelesaikan skripsi. Saya khawatir tidak
bisa menjaga kehamilan karena aktifitas yang padat.
Ada
yang memberi masukan pada saya kenapa menunda kehamilan pertama dengan
kontrasepsi. Katanya, banyak pengalaman menunda kehamilan pertama jadi sulit
mengandung saat sudah menginginkan kehamilan. Saya
mulai berfikir, iya ya kenapa harus menunda kehamilan pertama. Banyak kok
wanita hamil sambil bekerja atau kuliah, dan mereka dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik. Terus terang, dalam hati kecil saya juga takut jika nanti
lepas kontrasepsi akan sulit mengandung. Maka, Bismillah, saya bulatkan tekad dan minta ijin suami untuk melepas
kontrasepsi. Alhamdulillah, tak perlu menunggu lama saya pun langsung hamil.
Saya sambut janin ini dengan penuh suka cita. Saya periksakan rutin di bidan
terdekat sambil terus menyelesaikan skripsi. Saya juga mengkonsumsi vitamin
yang diberikan bidan.
Tiga
bulan pertama, saya tak henti mual dan muntah. Setiap selesai makan, saya
muntahkan lagi. Saya tak tahan dengan bau telur. Saya begitu sensitif dan cepat
menangis. Diantara kekacauan emosi saya karena hormon kehamilan, saya menerima
kabar baik saat saya dinyatakan lulus sidang skripsi dengan nilai A. Alhamdulillah. Saya bersyukur sekali
pada Allah. Perjuangan saya bolak-balik Jakarta-Bandung, menunggui dosen ini
dan itu selama berjam-jam, mengerjakan revisi berkali-kali, membuahkan hasil
memuaskan. Entahlah kalau dosen penguji itu kasihan pada saya yang sedang
mengandung. Mudah-mudahan nilai A itu benar-benar karena skripsi saya
bagus.
halodoc.com |
Perut
saya kian hari kian membesar. Sesekali saya periksa ke dokter untuk melihat
sang bayi lewat USG kehamilan. Usia
tujuh bulan kehamilan, saya pulang ke rumah orangtua di Kuningan karena suami
mendapat tugas dinas. Suami pesan ini itu, banyak makan seafood lah, jangan makan mie instan lah, dan sebagainya. Namanya
juga lagi hamil dan lagi senang makan, saya sedikit melakukan pelanggaran.
Melihat tumpukan mie di warung ibu saya, membuat air liur saya menetes. Jadilah
saya makan mie instan. Tapi tak banyak kok,
rasanya sih cuma sekali.
Menjelang
persalinan, saya pulang lagi ke rumah orangtua. Saya memang berniat melahirkan
di kampung halaman karena ingin dekat dengan orangtua, terutama ibu. Maklum,
ini persalinan pertama saya. Di kampung, banyak saudara dan tetangga yang siap
membantu walau tak diminta. Walau awalnya berat, suami akhirnya
mengijinkan.
Menjelang
persalinan, saya rajin memeriksakan kandungan pada seorang dokter yang lumayan
terkenal di kota kelahiran saya. Pada suatu hari, seperti biasa saya
memeriksakan kandungan saya. Dokter memeriksa kandungan lewat USG. Tiba-tiba
sang dokter bilang, "Wah, ini air ketubannya tinggal sedikit, sudah hijau.
Ini harus dilahirkan hari ini!"
Tentu
saja saya terkejut. Minggu-minggu kemarin tidak ada masalah dengan kandungan
ini. Kenapa sekarang air ketubannya tinggal sedikit. Hanya, memang saya tak
mengalami sedikit pun kontraksi. Seolah bayi di perut ini betah di dalam sana.
Dokter melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan apakah saya bisa melahirkan
normal. Ternyata, panggul saya sempit dan bayi tak bisa dilahirkan secara
normal. Padahal beratnya cuma 2,9 kg.
Dokter
juga bilang bahwa perut saya termasuk perut gantung. Belakangan saya tahu bahwa
perut gantung adalah letak rahim yang semakin ke depan seperti menggantung saat
hamil. Hal ini disebabkan karena jaringan ikat otot perut sudah kendur dan tak
bisa menahan beban kehamilan. Pada ibu hamil dengan perut gantung seperti saya,
memang kontraksinya kurang bagus dan sebagian melahirkan secara sectio. Dokter
biasanya menyarankan untuk memasang korset, gurita, atau ikat perut untuk
menyokong perut dari bawah.
Sumber: http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/distosia-akibat-gangguan-pada-jalan.html |
Menurut
Agustinus Gatot, MD, dokter dari RS Harapan Kita Jakarta, kelainan rahim ada
yang berupa kelainan kongenital, letak rahim dan tumor. Kelainan kongenital
contohnya tak ada rahim, rahim kecil atau tak tumbuh, mempunyai dua rahim,
rahim berbentuk hati, rahim bersekat, dan rahim bertanduk. Kelainan letak rahim
contohnya letak rahim ke belakang, perut gantung, rahim keluar atau menonjol di
vagina, dan rahim terbalik ke bawah.
Saat
operasi akan dilakukan, saya harus puasa beberapa jam sebelumnya. Saya pasrah
pada Allah SWT, menyerahkan semua urusan ini pada-Nya. Pada saat darurat
seperti ini, aurat yang biasanya tertutupi harus ikhlas dibuka sebagian demi
mengeluarkan sang bayi ke dunia. Mengambil istilah dari kakak ipar, tubuh kita
yang telanjang di meja operasi itu laksana daging korban saja yang harus ikhlas
menyerahkan dirinya pada Tuhan. Seorang teman dekat menghibur saya, "Masih
beruntung kita hidup di zaman yang sudah maju. Coba bayangkan orangtua kita
zaman dulu dimana teknologi operasi belum ada, keselamatan ibu dan bayi
terancam!"
Tak
lama kemudian, bayi laki-laki itu hadir. Dokter memperlihatkan sekilas sang
bayi ke hadapan saya. Sayang, karena mata saya minus besar, saya kurang bisa
melihat wajahnya dengan jelas. Baru setelah beberapa jam kemudian, saya bisa
menggendong dan menyusui sang bayi. Karena ayahnya belum datang dari Jakarta,
kakeknyalah (ayah saya) yang meng-adzan-kan
sang bayi.
Subhanallah,
sepanjang malam anak lelaki ini tak henti menangis. Suaranya kencang sekali.
Karena saya belum bisa bangun sendiri, saya dibantu saudara-saudara untuk
menyusui sang bayi. Saya bersikeras untuk menyusukan sang bayi walau suster
menawarkan susu formula. Walau air susu baru keluar sedikit, saya dekatkan sang
bayi ke dada saya. Tapi akhirnya saya peras ASI dan disuapkan ke mulut bayi
memakai sendok karena lagi-lagi saya susah bangun akibat nyeri pasca operasi.
Anak pertama, Za, saat 5 bulan |
Kehamilan kedua
Ini
adalah kehamilan yang tak direncanakan. Saat itu saya baru beberapa hari
menempati rumah baru di area Bintaro. Saya langsung melakukan test pack saat mendapati haid yang
terlambat. Antara yakin dan tidak, saya mendapati dua garis tipis berwarna merah
muda. Namun karena kesibukan menata rumah, beberapa hari kemudian darah keluar
dari kemaluan. Saya harus menginap di rumah sakit untuk kuret. Antara sadar dan
tidak, sepanjang operasi kuret saya mendengar tangisan bayi sepanjang malam.
Saya merasa berada di satu negeri asing dan sendiri. Padahal sebenarnya
tangisan bayi itu memang nyata karena ruang operasi berdekatan dengan ruang
bersalin/ruang bayi.
Dari
kehamilan kedua ini, saya mengambil hikmahnya. Jika kelak hendak mengandung
lagi, harus mempersiapkan diri dari jauh hari baik jasmani maupun rohani. Agar
anak yang dilahirkan sehat, ibu pun siap mengurus dan mendidiknya.
Kehamilan ketiga
Saat anak pertama berusia empat tahun, Saya merasa ia sudah pantas memiliki adik agar ada
teman main di rumah. Rencana saya memang minimal dua anak kami miliki. Dengan
kondisi panggul sempit dan ada pengalaman sectio,
tentu saya tak mungkin memiliki banyak anak. Dua anak rasanya sudah cukup ideal
untuk kami.
Waktu
itu saya masih bekerja sebagai tenaga pengajar di sebuah sekolah swasta. Saya
banyak beraktifitas yang menguras tenaga. Sampai satu saat saya merasa kondisi
rahim saya turun. Tanda-tanda yang saya rasakan sama dengan kelainan letak
rahim keluar/menonjol di vagina, yaitu sakit perut bagian bawah seolah ada yang
hendak turun ke vagina. Selain itu, kalau berjalan perut saya seolah kantung
yang berisi air yang siap tumpah. Ketika saya periksakan ke dokter, dokter
tidak menemukan kelainan apapun lewat USG. Maka, saya mencoba pengobatan
alternatif dengan dipijat, minum ramuan herbal penguat rahim, dan terapi kaki
di atas selama beberapa menit dengan disangga dinding. Belakangan, saya
mendapat informasi bahwa pijat rahim di dunia medis tidak dikenal karena tidak
bisa menguatkan otot rahim yang turun. Pengobatan untuk rahim turun disarankan
dengan senam kegel, pembedahan, dan sebagainya.
Saya
sudah punya anak laki-laki, tentu menginginkan anak perempuan untuk kehamilan
berikutnya. Saya seringkali membaca di media online atau obrolan dengan teman
tentang program kehamilan anak perempuan/laki-laki. Berbagai penelitian
menyebutkan bahwa jika ingin anak perempuan, upaya yang harus dilakukan
diantaranya: ibu harus makan makanan tinggi mineral, kalsium dan magnesium,
hubungan suami istri dilakukan 2-3 hari sebelum ovulasi, dan sebagainya. Saya
pikir tak ada salahnya mencoba upaya tersebut, walau pada akhirnya tangan Tuhan
yang berkuasa.
Ketika
saya merasa tubuh saya sehat dan siap mengandung, saya menghentikan
kontrasepsi. Saya mencoba upaya tersebut di atas. Doa kepada Allah SWT saya
panjatkan tiada putus. Saya minta pada-Nya dikaruniakan anak yang soleh dan
solehah penyejuk hati orangtua.
Saat
dinyatakan mengandung, saya pun rajin minum vitamin dan memeriksakan diri
seperti halnya kehamilan pertama. Kehamilan ketiga ini cenderung 'bandel'.
Trimester pertama dan kedua saya lalui tanpa hambatan yang berarti. Pada trimester
tiga beban di perut saya makin bertambah. Kalau jalan sedikit, nafas
ngos-ngosan. Apalagi saya saat itu bekerja sebagai tenaga pengajar,
kadang-kadang harus berteriak di depan anak-anak. Belum lagi, medan kerja yang
kadang berbatu dan licin karena rumput dan tanah basah (saya mengajar di
sekolah alam).
Kurang
lebih usia kandungan delapan bulan, saya sering merasakan kontraksi. Makin hari
makin sering. Kalau sudah tak tahan, saya tiduran sambil menangis. Melihat saya
menangis, suami membawa saya ke rumah sakit. Dokter bilang, saya sudah
kontraksi tapi bayi belum siap dilahirkan. Bayi harus menjalani pematangan
paru-paru. Berarti, saya harus menginap dan menjalani serangkaian
pengobatan.
Kami
memutuskan menolak pematangan paru dan mencari opini kedua ke dokter lain.
Selama menunggu konsultasi dengan dokter lain, saya diminta suami mengkonsumsi
spirulina. Spirulina adalah tumbuhan air sejenis ganggang yang berwarna hijau
kebiru-biruan dan termasuk makanan yang menyehatkan. Saat ini Spirulina sudah
banyak dijual dalam bentuk kapsul sehingga mudah untuk dikonsumai. Gizi yang
seimbang dalam Spirulina membantu pertumbuhan janin. Kalsium dan magnesiumnya dapat membantu
tulang dan gigi. Zat besi, asam folat dan klorofil dalam spirulina dapat
mencegah anemia. GLA yang seimbang membantu sistem hormon dan kestabilan emosi.
Vitamin B12 dan E mengurangi resiko keguguran. Vitamin B12 dan asam folat
mencegah kelahiran bayi cacat.
Beberapa
hari kemudian, saya memeriksakan diri ke dokter lain yang merupakan rekomendasi
kakak ipar. Alhamdulillah, dokter
menyatakan bayi sudah siap dilahirkan. Tanpa pemeriksaan dalam, dokter mengukur
jalan lahir dan berat bayi lewat USG kehamilan. Saya dapat melahirkan secara sectio karena lagi-lagi panggul
sempit.
alodokter.com |
Hari
yang dinanti tiba. Ibu saya datang untuk memberi dukungan moril. Bersama suami
dan anak pertama saya, mereka menunggu di luar ruang operasi. Proses sectio berlangsung cepat dan tanpa rasa
sakit sedikit pun. Saya diberi anestesi, perut dibelah dan bayi dikeluarkan.
Pada saat penjahitan perut lah saya merasakan otot perut seperti ditarik-tarik.
Saya berteriak pada dokter, "Dok, sakiiit dok..". Dokter dan suster
berusaha menenangkan. "Iya bu, tenang bu, ini ada sedikit perlengketan.
Mungkin akibat operasi pertama", kata dokter. Saya pun hanya bisa menunggu
mereka menyelesaikan pekerjaan mereka sambil menahan rasa sakit.
Saya
tak sempat bertanya apa perlengketan yang dimaksud. Boro-boro bertanya, yang
ada saya shock karena rasa sakit yang terasa. Belakangan ketika saya browsing di internet, banyak faktor yang
menyebabkan pelekatan rahim. Salah satunya disebabkan oleh infeksi. Bila tidak
ditangani dengan benar bisa menyebabkan infeksi berlanjut dan mengurangi fungsi
organ reproduksi. Naudzubillah.
Dibalik rasa sakit itu saya bersyukur pelekatan pada rahim itu segera
ditangani. Ya, bisa jadi infeksi tersebut akibat operasi pertama karena seingat
saya penyembuhannya relatif lama. Bahkan berbulan-bulan setelah melahirkan saya
masih bisa merasakan nyeri di luka bekas operasi. Saya juga kerap mendapat
keputihan yang berbau, dimana keputihan merupakan salah satu tanda adanya
infeksi di rahim.
Selesai
operasi, saya dipindahkan ke sebuah ruang dimana ibu-ibu lain yang sudah
dioperasi ditempatkan berjejer. Saya lihat ibu di samping saya sedang melakukan
IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Saya bertanya dalam hati dimana bayi saya, kenapa
saya tidak melakukan IMD, kapan saya dibawa ke kamar. Tapi tanya itu hanya
dalam hati, sebab suster sibuk wara-wiri mengurus ibu baru melahirkan dan
bayinya. Saya pun tak cukup kuat untuk berteriak. Lagi-lagi saya hanya diam,
menenangkan hati yang shock karena
operasi barusan.
Ketika
akhirnya saya dibawa ke kamar dan bertemu bayi saya, Subhanallah
saya merasa haru sekali. Dia bayi perempuan yang cantik dan sempurna. Kepalanya
bersih dari kotoran, tidak seperti waktu kakaknya yang baru lahir. Tapi dia belum
selahap kakaknya saat minum ASI (Air Susu Ibu). Padahal ASI saya melimpah
karena suami memberikan herbal penambah ASI. Maklum, anak perempuan, malu-malu
kucing.
anak kedua, Ra, saat 2 bulan |
Bayi
perempuan itu, Ra, tumbuh dari hari ke hari. Dia anak perempuan yang tangguh. Dia
sudah jatuh dari kasur berkali-kali saat usianya belum setahun. Namun dia tidak
juga kapok berguling-guling di kasur. Usianya sudah 3 tahun 9 bulan sekarang.
Alhamdulillah sehat walafiat, jarang
sekali sakit yang lumayan parah. Hanya sesekali batuk, pilek dan demam saat
perubahan cuaca atau tertular kakaknya.
Setiap
kali bulan suci Ramadhan datang, setiap itu pula saya ingat kebahagiaan atas
kehadiran putri kecil saya ke dunia. Walau Idul Fitri kami sepi karena hampir
semua saudara dan tetangga mudik, namun kesepian itu terganti dengan keramaian
tangisan sang putri kecil.
Begitulah
pengalaman saya tiga kali mengandung dan melahirkan dua anak. Konon, perempuan
yang pernah dioperasi sectio hanya
bisa maksimal tiga kali melahirkan. Diberi dua anak saja saya sudah bersyukur.
Jika Allah SWT kelak memberika rejeki keturunan lagi, tentu saja saya harus
siap dan tidak menolak.
Perempuan
akan merasa sempurna jika pernah mengandung dan melahirkan. Namun, janganlah
perasaan itu membuat kita, perempuan, menjadi takabur. Karena sejatinya Yang
Maha Sempurna adalah Tuhan, Allah SWT. Dia menciptakan perempuan memiliki rahim
yang kokoh, untuk mengemban tugas mulia: mengandung dan melahirkan generasi
penerus peradaban.
aamiin Ya Rabb
ReplyDeleteAnaknya sudah lengkap ya mbak, laki dan perempuan. Semoga keduanya selalu sehat :)
ReplyDeleteSubhanallah.. perjuangannya mbak :')
ReplyDeletetapi ceritanya bikin merinding plus mules :))
perempuan hebat :)
ReplyDeletespeechless mba...
ReplyDeletealhamdulillah ya udah ada Zaidan dan raissa
Alhamdulillah
Deletewih.., cesar selalu menyisakan cerita yang mendalam ya Mak. jadi ingin sharing pengalaman cesarku juga. duh.., jadi mules kalau inget itu
ReplyDeleteWah mbak...perjuangannya itu lho hebringlah...*sambil ngusap-ngusap perut*
ReplyDeleteAlhamdulillah ya semuanya lancar adeknya sehat hihi... :)
Alhamdulillah ya mbaaa, smoga menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah..
ReplyDeletesaya juga ngalamin melahirkan secara operasi, 4x, tp skarang udah tutup produksi :))
Hallo mba ,salam kenal ? Apakah tidak berbahaya ya secar untuk ke 4x nya? Saya juga pgn hamil.lagi ,,tapi saya sudah secar 3x ,tapi anak saya yg ke 2 dan ke 3 tdk ada ,jadi syg ingin cuma takut
DeleteAlhamdulillah, sya turut bahagia mba :)
ReplyDeleteSaya bisa merasakan bagaimana rasanya operasi caesar karena dulu lahiran anak saya harus melalui operasi juga, saluuutt :)
waah mba.. kita samaan merasakan pengalaman operasi sc dua kalii, klo di saya yg kedua lebih sakit... btw untung banget ya mba perlengketannya bisa segera di atasi..
ReplyDeleteSama mbak....saya juga 2_2nya sc...pertama krn kurang ketuban, kedua nggak berani gambling....takut endingnya sc lagi. Alhamdulillah, semuanya lancar.. Pernah ngrasain kuret juga. Khmilan sebelum alya, BO..diusia10 minggu
ReplyDeleteSudah lengkap nih, anak lelaki dan perempuan. Semoga anak-anaknya selalu sehat ya mb :)
ReplyDeleteDulu pas keguguran berapa bulan bun? Sampai dikuret yah, aku takut bgt denger kata kuret, merinding :D
ReplyDeleteuntung dlu pas keguguran gak sampe kuret soalnya janin baru 40 hari
saya lupa usia berapa mak tepatnya, tapi kayanya malah kurang dr 40 hari tapi sama dokternya hars kuret
DeleteSemoga zaidan dan raissa jd anak yg sholeh sholehah, amiinn.
ReplyDeleteYg pelekatan itu koq ngeri y mak...aduuhhhh..pdhal sdh di anestesi tp koq sampek sakitnya terasa gt mak..
Ngeriiiii...
semoga anak-anaknya sehat terus yah mbak
ReplyDeleteaamiin
DeleteAduh, yang kedua dikuret ya Mbak? Nggak bisa ngebayangin rasanya saya.
ReplyDeleteNggak masalah lah, ya, lahiran harus dengan sesar. Yang penting anak dan ibunya sehat. :)
aamiin
DeleteAlhamdulillaah semua sudah terlewati ya mak, masa2 yang bikin shock itu. Kalau aku agak trauma pas penjahitan mak, karena aku ngalamin pendarahan lumayan banyak, sampai harus dibius total untuk ngejaitnya..
ReplyDeleteaduh, gabisa bayangin mak saat dijahit itu..:(
DeleteAlhamdulillah, saya sudah mengalami 3 kali operasi caesar untuk melahirkan ketiga putra putri saya. pertama karna gawat janin di usia kehamilan 42 minggu.. kedua karena sungsang melintang diusia 38 minggu dan sudah pembukaan 1.. yang ketiga yang paling santai karena semua sudah terencana karena kedua sebelumnya melalui operasi caecar. Jalan kelahiran apapun yang ditempuh, normal ataupun caecar semua sama-sama perjuangannya. Makasih postingannyayah Mak ^^
ReplyDeletesama2 mak
Deleteamaziiiing ya pas mau punya anak...
ReplyDeletesaya ngeri bacanya walau saya seorang laki2....
amaziiiing banget
Deleteuwah...jadi ikut nyeri2 gimanaaa mbacanya mak. syukur alhamdulillaah semua sudah terbayar dg hadirnya buah hati yg sehat dan solih solihah.
ReplyDeletewalapun mengerikan tapi . . .salut bisa menghadapainya itulah wanita .. .luar biasa !
ReplyDeleteakupun dr awal melahirkan pgnnya HARUS cesar mba :D.. Ada alasannya sih kenapa ga mw normal... tapi aku g pernah nyesel memilih cesar... Dokternya terbukti handal, ga kerasa sakit, dan selesai operasi kita jg dikasih infus pereda sakit ampe 2 hr kan... jd lagi2, ga sakit.. ;) Begitu infusnya abis 2 hr kemudian, ya sakitnya jg udh berkurang dan hanya nyeri2 biasa toh... enak bgt jadinya.. mana abis itu dpt service keramas salon dr RS nya :D Kurang apa coba...
ReplyDeletejd hamil kedua ini , aku udh bilang ke dokternya, mw cesar lg seperti yg pertama :D
di rs mana bun kalau boleh tau?
DeleteSama Mba, aku anak dua sectio semua, hehee...yang anak pertama harus rehecting, karena jahitannya kebuka sebulan kemudian. Yang anak kedua kena mastitis dan hampir berujung operasi. Alhamdulillah nggak jadi. Punya anak itu perjuangan sekali ya Mba..:)
ReplyDeleteTime flies ya mbak :")
ReplyDeleteSeng yaa dengerx mbk aq skrg lg hamil n postingan mbk nii bkin semngat aq ajj
ReplyDeleteIni khmilan q yg kedua . yg pertma pun aq sc mngkin yg ke2 mw sc lg soalx lbh rilex ajj klo sc :-D
Sayabaru mau melahrkan secara sc mbak .. Deg"an deh rasanya .. Masalahnya ini anak prtama saya .. Pengalaman pertama saya .. Saya sc karena minus saya udah terlalu tinggi 13,, dan retina sudah tipis jd bresiko kalo lahir normal . semua saya serahkan sama Allah aja lah .. �� semoga di beri kelancaran dan keselamatan .. Sehat normal .. Amin
ReplyDeletesaya lagi hamil anak pertama, dua bulan lagi insyaallah debay nya keluar, jadi deg2an mba setelah baca ini..
ReplyDeleteSelamat yaa mba, anak2nya lengkap cowok cewek, semoga soleh dan solehah
Masa hamil adalah masa yang penuh dengan kebahagian, setiap bumil pasti punya cerita unik dan berbeda, disaat-saat seperti itu peran suami sangat diharapkan guna memberikan dukungan dan bantuan dalam berbagai situasi.
ReplyDeleteTetap semangat menjalani kehamilan ya bund...
pengalaman yang berharga untuk dishare... Terima kasih bunda utk berbagi cerita..:)
ReplyDeleteMaaf mbk mau tanya. Kl boleh tau obat herbal apa ya mbk biarkan bisa banyakin ASI?? Sya bentar lagi mau lahiran SC juga. Pengennya pas adek lahir bisa lgsg ngasi asi
ReplyDeleteSakit ngak mba hehehe
ReplyDeletetoss mbak aku juga saesar 2 kali
ReplyDeleteAku bacanya tahan napas mba, subhanallah sekali perjuangan hamilnya. Tapi emang bener sih kata orang2 jangan menunda kehamilan, banyak yg pengen hamil ga dikasih2 ini malah nunda hee
ReplyDelete