Telinga Yang (Seperti) Tersumbat
“Mi, ada yang ketok-ketok di pintu!” Kata
Zaidan semalam, sehabis buka puasa, sambil menghampiri di kamar.
“Ngga ada kok, umi ga denger.” Kata saya
sambil keluar kamar.
“Ada kok, beneran. Ayo mi, buka.” Zaidan
bersikeras.
“Ngga ada kakak. Coba aja kakak buka.” Saya
juga bersikeras.
“Nggak mau, takuuut…umi aja. Ayo mi, bukaaa pintunya!”
Zaidan meringis. Kebiasaan nih, kalau hari sudah gelap, anak-anak jadi suka
agak penakut.
“Nggak mau!” Saya benar-benar tidak mendengar
ada yang mengetuk pintu di depan ruang tamu. Saya malah berpikiran ayahnya
anak-anak yang mengerjai kami dengan mengetuk-ngetuk pintu lemari dan
semacamnya, agar kami menyangka ada tamu. Pernah beliau begitu. Mungkin maksudnya
bercanda dengan anak-anak. Saya yang kadang kurang suka dengan bercandaannya
yang seperti itu. Saya itu tipe orang yang serius. Bercanda boleh, tapi tidak
mau berlebihan. Dan, kali ini saya tak mau termakan bercandaannya.
sumber: wikihow.com |
Untuk beberapa detik saya dan Zaidan saling
ngotot. Zaidan bersikeras mendengar ada orang yang mengetuk pintu dan saya
sebaliknya. Akhirnya ada juga yang mengalah. “Biar ayah bukain.” Ayahnya anak-anak
beranjak dari duduknya di kamar depan yang memang dekat dengan ruang tamu.
Begitu dibuka, terdengarlah suara seorang
perempuan. Saya yang sedang duduk di ruang makan jadi malu. Hehe, ternyata
memang ada tamu yang mengetuk pintu. Dari suaranya saya hafal. Itu suara mbak
Ita, mantan ART kami di tahun 2011 an yang sangat dekat dengan kami. Dia pernah bekerja di luar negeri sebagai TKI. Saya pernah
sedikit menyinggung mbak Ita di tulisan saya berjudul Catatan Tentang Buruh Migran Indonesia.
Saya bergerak ke ruang tamu. Mbak Ita sudah
pergi meninggalkan sebuah bungkusan plastik merah berisi nasi kotak. Mungkin dia sedang
mengadakan suatu perayaan dan bagi-bagi nasi kotak. Entah, saya tidak mendengar
jelas pembicaraan bapak suami dengan mbak Ita.
“Eh ternyata mbak Ita kak. Umi ga kedengeran,
telinga umi lagi bermasalah nih.” Kata saya malu sama Zaidan setelah mbak Ita
benar-benar pergi dari hadapan kami.
“Kakak juga mi.” Jawab Zaidan. Saya pernah
cerita kalau Zaidan pernah mengorek sendiri telinganya dengan cutton bud
sewaktu kecil sehingga ada sedikit luka di dalam telinga. Saat periksa ke
dokter, dokter hanya memberikan obat untuk dimakan. Sekarang, Zaidan masih suka
sesekali bertanya ulang jika kita memberitahu sesuatu. Entah karena
pendengarannya atau konsentrasinya. Masih menjadi PR besar saya sebagai
orangtua. Cerita tentang cutton bud dan Zaidan pernah saya tuliskan di tulisan berjudul Jauhkan Cutton Bud Dari Jangkauan Anak-anak!
sumber: improbable.com |
Nah, masalah telinga saya ini berawal dari
saya tidur miring ke kanan. Saya ingat, malam itu saya pindah tidur ke lantai
beralas selimut namun kepala saya tetap di kasur. Seperti biasa, Raissa
tidurnya bolak balik kesana kemari mengambil banyak tempat di kasur. Biasanya
sih tak ada masalah tidur miring ke kanan atau kiri, dengan disangga tangan
atau tidak. Ini entah kenapa, telinga tertekan ke kasur. Saya sudah berkata
dalam hati, “Betulkan posisi tidur, jangan tekan telinga terlalu keras ke kasur
karena kamu pernah mengalami telinga seperti tersumbat setelah tertekan ke
kasur cukup lama.” Tapi entah kenapa saya tak menggubris kata hati saya. Ngantuk,
saya tidur aja. Toh, biasanya juga sembuh sendiri kalau telinga seperti
tersumbat.
Benar saja, esok harinya pendengaran saya
berkurang, seperti ada yang menyumbat telinga saya. Nakalnya saya, saya malah
mengorek telinga dengan cutton bud, berharap kotoran telinga terangkat dan pendengaran
normal seperti semula setelah dikorek. Karena terus terang, hal ini sangat
mengganggu aktifitas saya. Dan saya kurang sabar menunggu telinga sembuh
sendiri atau tidak mencoba mencari tahu cara lain. Padahal saya sudah tahu,
mengorek kotoran telinga dengan cutton bud hanya akan membuat kotoran terdorong
jauh lebih dalam ke telinga.
Biasanya, telinga terasa tersumbat selain
disebabkan karena kotoran telinga yang bertumpuk, juga dirasakan ketika kita baru
berada di dalam pesawat atau karena demam dan alergi. Menarik, sebuah tulisan
di id.wikihow.com mengugkapkan beberapa cara mengatasi telinga yang terasa tersumbat,
diantaranya:
Cara umum.
- Menggunakan gaya gravitasi untuk membantu telinga tersumbat.
- Mengaliri saluran hidung menggunakan neti pot (alat berbentuk teko kecil).
- Memasukkan jari ke dalam telinga dan mencoba membuat ruang hampa udara. Biasanya saya menerapkan cara ini dan berhasil. Namun kali ini tidak.
- Gunakan dekongestan atau minum antihistamin.
- Melakukan terapi uap menggunakan handuk panas dan air.
Telinga
tersumbat karena tekanan (Misalnya karena naik pesawat)
- Cobalah menguap atau menelan.
- Minum antihistamin sebelum naik pesawat.
- Gunakan penyumbat telinga untuk menyaring perubahan tekanan udara.
Telinga
tersumbat karena kotoran telinga.
- Bersihkan kotoran telinga dengan alat
yang dapat dibeli tanpa resep di toko obat atau apotik.
- Gunakan larutan sederhana yang terbuat dari cuka dan isopropil alkohol untuk memecah kotoran telinga
- Ear Candle (terapi lilin) (Dokter tidak menyarankan penggunaan terapi ini).
Telinga tersumbat karena
infeksi
- Pergi ke dokter
- Kompres telinga dengan air hangat.
Untuk lebih jelas tentang cara
mengatasi telinga tersumbat, bisa klik link ini: http://id.wikihow.com/Mengatasi-Telinga-yang-Tersumbat
sumber: id.wikihow.com |
Sejauh ini sih
telinga saya tidak nyeri. Tapi, ingin sih ketika ada kesempatan periksa ke
dokter sekalian cek telinga anak-anak.
Tubuh ini
memang alarm alami yang selalu
mengingatkan diri untuk menjaga kesehatan. Seperti saat kita terserang flu,
tubuh mendorong kita istirahat dan berhenti sejenak dari aktfiitas. Kalau bisa mungkin
tubuh akan berkata, “Jaga aku dong. Kamu kan tak lagi muda. Kamu itu makin tua
tauuu….”
Sebelum tidur
malam itu, saya usap-usap Raissa yang bersiap terlelap sambil berkata, “Ah
Raissa, telinga umi ini lagi ga bisa dengar jelas nih. Umi jadi merasa makin
tua.”
“Ng…Raissa juga…ng…”
Raissa seolah bersikap simpati.
“Raissa kenapa?”
“Ng…baterenya
udah mau abis…”
“Ha?” Saya
tergelak. “Asiik, umi jadi kayak punya robot.”
“Aaa umi,
jangan bilang robot!” Raissa marah, hihi.
“Ngga, maksud
umi, kalau baterenya habis berarti Raissa makannya kurang banyak. Mau makan
lagi?”
Raissa
mengangguk. Semangkuk kolak ubi pun tandas sebelum berbaring di peraduan,
dibantu kakak Zaidan. Malam itu, kami tidur pulas. Saking pulasnya, saya baru
bangun jam setengah 5!! Sahur pun hanya makan dengan yang ada, beberapa potong
buah di kulkas dan kolak saja. Alhamdulillah, lalu istighfar
sebanyak-banyaknya. :(
iya bahaya banget cotton bud, kalau aku biasanay buat membersihkan bagian luar telinga dari daki aja
ReplyDeleteiya mak, harusnya begitu, tapi tangannya suka gatel
DeleteSaya masih suka pakai cotton bud, Mba.
ReplyDeleteMau kolaknya, Mba :)
Hari ini ga bikin kolak mba Pipit..bikinnya jus nanas :)
Deletega enak banget deh kalau telinga bermasalah
ReplyDeleteYup
Deleteaku juga pernah telingnya gak mendengar sebelah setelah di bersihin sama cotton bud, akhirnya sembuh di kasih obat dokter hehehe engga mau lagi deh gak enak rasanya mendengar tuh kaya si bolot :D
ReplyDeleteobatnya apa mba? harus resep dokter ya??
Deleteiya sih katanya kalau pake cotton bud itu gak bagus. Tapi saya masih terbiasa pake cotton bud, nih
ReplyDeletesama mak
DeleteAku juga sering kayak gitu tapi sepertinya sering terjadi kalau aku lama nggak olahraga.
ReplyDeleteaaah, iya ya mak, saya juga jarang olahraga. harus rajin olahraga kali ya biar rongga udaranya kebuka
DeleteSerba salah juga mbak dengan si cotton bud ini....kdng gatel2 klo blm ketemu....kdng kan telinga emang kotor gitu dlmnya....dan rasanya lega klo dah nemu kotoran via cotton bud. Tp nggak tiap hr juga sih mb...
ReplyDeleteiya mba, suka gateeel pengen bersihin.iya ga tiap hari
DeleteUdah 2 hari telinga ku sakit. Salah miring. Aduh2. Udah2 lh kakinya ptah tlang. Telinga pula gni
ReplyDeletePernah punya pengalaman dengan cotton bud, istri saya ada infeksi, akhirnya solusinya ke dokter THT di rumah sakit. Ketauan semua, kata dokter penggunaan cotton bud justru berbahaya bagi telinga... Nice sharing teh
ReplyDeleteAku pernah mba kupingku budek sebelah, ternyata keluar batu kerikil dari dalam telinga, ih aku horor bngt sumpah
ReplyDeleteKuping Saya juga pernah mengalami sakit sekitar 3 hari, sangat bahaya sekali...perlu hati hati tidak boleh dibiarkan kepada anak" yang masih kecil
ReplyDelete