Dua Kejutan Dari Si Sulung
Kemarin, saya dapat kejutan dari si sulung.
Kejutan pertama,
Turun dari mobil jemputan, dia langsung lari ke kamar mandi.
“Mi, kakak mau pipis yaa.” Saya mengiyakan sambil mengusap-usap punggung si
bungsu yang terbangun karena kepulangan kakaknya dari sekolah.
Lama saya tunggu, si kakak tak keluar juga dari kamar saya. Kebetulan,
mandinya di kamar mandi yang terhubung dengan kamar saya. Saya panggil-panggil
si kakak, dia hanya melongokkan kepalanya sebentar. Terlihat kepalanya basah
dan dia sudah ganti baju. Rupanya, dia sudah mandi. Si kakak menutup pintu
kamar lagi. Kali ini terdengar bunyi “ceklek!” tanda pintu dikunci.
Saya heran dan sedikit kaget. Eh, nggak biasanya si kakak
berlaku aneh begini. Dia rasanya orang yang paling terbuka sama saya. Pikiran saya
sudah langsung ke hal-hal negatif saja. Saya pernah dengar, katanya jika anak
menunjukkan hal yang tidak biasa harus diwaspadai. Barangkali saja dia
mengalami satu hal buruk di sekolah atau lingkungan sekitarnya.
Saya ketuk-ketuk pintu kamar. Saya bujuk dia dengan susu dan
main komputer agar dia keluar kamar. Akhirnya, tak berapa lama pintu kamar saya
terbuka. Si kakak melongokkan kepalanya keluar. Di belakangnya terlihat tas
sekolah tergeletak di kasur. Ada sebuah benda berwarna pink tak jauh dari
tasnya, dan sebuah…gunting!
“Tapi…umi bantuin kakak ya.” Kata si kakak, wajahnya
terlihat pucat dan cemas.
“Iya, bantu apa?” jawab saya sambil segera masuk kamar”
Ternyata..oh ternyata..si kakak diminta tolong (dia
bilangnya sih disuruh) sama seorang teman perempuan, adik kelas, untuk
membukakan buku diary pink-nya yang terkunci. Sedangkan si kuncinya nggak ada. Dan
si kakak menyanggupi. Di kamar, dia mencoba membuka kunci diary pink itu dengan
gunting. Sedikit terfikir di benak ini kalau si kakak mengalami bullying karena mau saja disuruh-suruh
atas sesuatu yang dia tidak bisa.
Mendengar itu, jiwa emak-emak saya langsung muncul (baca:
tiba-tiba jadi cerewet). “Kakak, kalau diminta tolong sama teman dan kakak
tidak bisa, bilang saja tidak bisa. Kalau kakak merasa bisa, bilang bisa. Ini
kan seharusnya pakai kunci. Kuncinya mana? Ini susah kalau nggak pakai kunci,
bukanya gimana coba…”
Saya tiba-tiba bertindak seperti Mc Gyver, tokoh film yang
serbabisa melakukan apapun. saya ambil sebuah jepit dan mengorek-ngorek kunci
diary dengan ujung jepit seperti yang sering terlihat di film-film action
dimana tokoh wanita membuka kunci dengan jepit rambutnya, hihi. Berhasilkah? Tidak
sama sekali. Tak kehilangan akal, saya ambil obeng andalan saya yang sering
saya pakai untuk memperkuat kacamata. Saya masukkan ke lubang kunci diary. Dan…Alhamdulillah
kunci diary terbuka!! Hhh, lega deh.
Saya berikan diary pink itu pada si kakak sambil berkata, “Kakak
kalau diminta tolong sama temannya, terus kakak tidak bisa, harus berani bilang
tidak ya.”
“Tapi kalau dikira gampang ternyata susah gimana mi?”si
kakak malah bertanya.
“Mm, iya sih kalau sudah seperti itu harus minta tolong
orang lain.” Dalam hati saya berujar, langkah si kakak udah tepat meminta
bantuan orang dewasa. Saya tak perlu khawatir ini itu. ternyata masalah yang
dihadapi si kakak tidak seserius yang saya bayangkan. Saya harus berusaha
positif thinking. Mungkin si kakak hanya berniat membantu adik perempuan itu,
membantu sesuatu yang menurutnya kelihatan mudah.
Kejuatan kedua,
Sorenya, lamat-lamat adzan Ashar berkumandang. Mm..ngomong-ngomong,
setelah ada peraturan Pak JK tentang larangan memperdengarkan adzan
keras-keras, saya seringkali ketinggalan shalat. Hehe, alasan aja ya, mungkin
telinga saya aja yang bermasalah. Atau saya memang perlu memasang alarm jadwal
shalat yang banyak dijual online.
Tiba-tiba si kakak bilang, “Mi, kakak mau shalat di masjid sendiri
ya.”
“Hah?” Kata saya antara percaya dan tidak. Kemana-mana si
kakak dan adiknya ini memang selalu saya temani. Termasuk ke masjid yang
berjarak 2 blok dari rumah.
“Kakak mau kemesjid sendiri!” Kata si kakak lagi.
“Oh ya ya, boleh.” Jawab saya akhirnya. Masa anak mau ke masjid
dilarang.
Si kakak langsung mengambil air wudhu dan sarung, lalu
melesat keluar rumah menuju masjid. Oh, sulungku udah makin berani, makin besar
dan makin percaya diri.
Mungkin bagi sebagian orang biasa membiarkan anaknya
kemana-mana sendiri di luar rumah. Bagi saya, hal ini luar biasa. Apalagi dengan
berbagai pemberitaan tentang tindak kejahatan dimana-mana, saya pantas khawatir
jika anak keluar rumah sendirian. Tapi, insyaallah untuk anak usia 8 tahun, si
kakak mudah-mudahan mengerti jika ada sesuatu yang ganjil terjadi menimpa
dirinya.
Akan ada kejutan apa lagi ya dari anak-anak nanti?
kakak manis sekali deh...mau nolongin buka gembok diary pink temannya....
ReplyDeleteaduh aku penasaran baca cerita ttg diary.pink...dijadiin.cerpen bagus deh kynya..
ReplyDeletemm, iya ya mba bisa jadi ide cerpen anak ya. makasih idenya :)
DeleteKakak pinter ih berani jalan ke masjid sendiri
ReplyDeletealhamdulillah mak, kejutan buat saya
Deleteanak kecil memang lucu yah. Aisyah juga kadang bikin heboh
ReplyDeletedi tempatku suara adzan masih keras kok mbak, di dekat sini ada sekitar 4 masjid
ReplyDeleteoh gitu ya mba, tapi bener kok waktu sodara2 saya kemari juga mereka bertanya2 ko ga kedengeran adzan ternyata kt suami dikurangi volume suaranya setelah ada peraturan itu
DeleteDuh.. kejutannya pintar2 ya mbak.. senang sekali jika anak2 tumbuh pintar,saling toleransi dan mandiri :)
ReplyDelete:)
DeleteAdzannya pelan mb? Aku mlh baru tau klo ada peraturannya segala.... Ditempatku msh seperti biasa, pke pngeras suara...
ReplyDeleteperaturan atau himbauan ya? saya jg kurang tau, kata suami sih gitu stelah ada peraturan pak JK adzan di komplek rmh jd pelan
DeleteKakak sudah besar ummi.kakak sudah mampu mengambil keputisan sendiri...heheheeee tentu dgn minta ijin dulu y..karena kakak masih belum besarnya se abi..heheeee.....salam buat anak anak mba
ReplyDeletesalam jg utk anak2 mba :)
DeleteSi kakak pinter ya, senang membantu teman sekolah. Rajin juga ke masjidnya. Moga jadi anak sholeh ya :)
ReplyDeleteSi kakak hebaaaaat. Selalu pintar dan soleh, kakak ;)
ReplyDeletebenar-benar kejutan ya mba :)
ReplyDeleteSemoga menjadi anak yang soleh