Menang Kalah Biasa, Yang Penting..Fun!
“Victory is sweetest when you’ve known defeat” – Malcolm Forbes
(Kemenangan adalah hal yang paling manis ketika kau sudah tahu rasanya kalah)
Rasanya, peringatan 17 Agustus tahun ini yang paling heboh buat saya. Saat kecil, rasanya saya tidak terlalu banyak ikut lomba pada 17 Agustus-an. Mungkin saya tergolong anak pemalu atau pemalas, entahlah hehe. Orangtua pun rasanya tak banyak mendorong untuk ikut lomba-lomba.
Anak kedua saya, Raissa, kadang-kadang masih belum bisa ditinggal di sekolah. Jadi saya banyak mengikuti perkembangan kegiatannya di sekolah. Pada peringatan 17 Agustus tahun ini, sekolahnya mengadakan berbagai lomba. Tak tanggung-tanggung, Raissa yang usianya 4 tahun ikut 3 perlombaan! Yaitu lomba mewarnai, lomba ketangkasan dan lomba sepeda hias. Masing-masing dilaksanaka di hari yang berbeda.
Saya sadar Raissa itu yang paling muda di kelasnya. Tak adil mendorongnya untuk jadi juara. Saya berusaha untuk mendorongnya ikut lomba semampu dia.
Seperti biasa, pagi menjelang perlombaan tangan Raissa melekat erat di tangan saya. Saya bergeser sedikit, dia merengek. Saat kertas dibagikan, airmatanya mulai berderai. Dia selalu merasa tak mampu saat diminta mewarnai dengan sempurna. Ya iyalah, Raissa kan masih 4 tahun, masih belajar, belum jadi ahli gambar! Menjadi sempurna memang bagus, tapi selalu ada proses yang harus dilalui di baliknya.
Terlihat jelas kekawatiran di wajah Raissa. Setiap kali krayonnya keluar garis, dia mendongak ke arah saya. Apalagi, satu persatu teman-temannya beranjak, selesai mewarnai. Konsentrasi Raissa mulai berkurang. Saya berkata sama Raissa, “Nggak apa-apa Raissa, keluar garis sedikit nggak apa-apa. Kan Raissa masih belajar. Tapi umi nggak bantu. Kan ini sedang lomba. Ayo umi temani Raissa sampai selesai. Raissa lihat ke kertas dulu, konsentrasi.”
Akhirnya Raissa menyerah. Dia hanya menyelesaikan pekerjaannya dua pertiganya saja. Cape, katanya dengan muka meringis mau menangis. Saya tak bisa mendorongnya lagi untuk menyelesaikannya. Kertas pun diserahkan sama guru lalu Raissa makan snack yang diberikan guru dengan lahap bersama temannya.
Esok harinya, Raissa ikut lomba ketangkasan yaitu memindahkan bola kecil memakai centong nasi tanpa menyentuhnya. Saya sih tak berharap banyak Raissa akan mau ikut lomba. Karena pengalaman sebelumnya, untuk urusan tampil di depan banyak orang, Raissa sepertinya masih belum percaya diri. Tapi, tanpa disangka Raissa mau ikut lomba dengan digandeng oleh guru seperti yang terlihat di video.
Lomba Sepeda Hias
Seminggu sebelumnya, saya sudah memikirkan akan menghias sepeda dengan tema apa. Saya berfikir, nantinya hiasan yang dibuat itu akan dibuang juga. Maka, saya tidak mau menghamburkan banyak uang untuk menghias sepeda anak yang akan diikutkan lomba. Saya akan menghias sepeda dengan bahan yang ada di rumah. Saya melihat tumpukan kapas di laci meja dan criing..!! tiba-tiba terfikir di otak untuk menghias sepeda dengan tema little lamb (domba kecil). Domba kecilnya sudah saya siapkan seminggu sebelumnya. Pernak pernik lainnya saya buat mendadak malam sebelum lomba. Mmmh, pokoknya sampai lembur deh!
Ini peralatan yang diperlukan untuk menghias sepeda anak:
- Kardus bekas
- Kotak/kaleng untuk tempat rumput si domba
- Kapas
- Kertas krep warna-warni
- Lem fox
- Spidol/krayon
- Kertas gambar/kertas origami berwarna-warni untuk membuat tulisan.
(Sebagian bahan tidak saya beli karena sudah ada di rumah, bahan yang dibeli sekitar 16 ribu rupiah saja).
Cara menghiasnya:
- Googling gambar domba di internet lalu gambar di kertas putih lalu tempel ke kardus. Potong kardus sesuai pola domba yang digambar. Tempeli bagian tubuh domba yang berbulu dengan kapas.
- Saya menggunakan kaleng bekas kue untuk tempat rumput si domba. Kaleng saya bungkus dengan kertas emas dan ditulisi “HUT RI 70” di depannya. Rumputnya dibuat dari kertas krep warna hijau.
- Untuk membuat papan nama, langkahnya sama seperti ketika membuat domba. Saya buat gambar hati di kertas lalu temple di kardus dan gunting. Lalu tempeli dengan huruf berwarna-warni. Begitu juga dengan hiasan bunga. Pokoknya, yang gampang aja deh. Rahasianya Cuma tempel, gunting, dan lem hehe.
- Di belakang sepeda, saya pasang sebuah bendera merah putih kebanggaan rakyat Indonesia. Bendera dibuat dari kertas gambar yang diwarnai dengan krayon. Tongkat benderanya itu sebenarnya tongkat dari mainan yang ada di rumah.
- Untuk mengikatkan berbagai hiasannya, saya pergunakan kawat kecil berwarna putih yang tersedia di rumah. Kawat bisa dilekuk-lekuk dan diikatkan ke sepeda untuk memperkuat hiasan biar tidak jatuh. Biar tidak terlihat kawatnya, bisa ditutupi dengan kertas krep.
- Untuk membuat rumbai-rumbai di sepeda, saya gunting kertas krep dengan lebar sekitar 5-10 cm dan ujungnya digunting sehingga jika dibentangkan dan dililitkan ke sepeda akan membentuk rumbai-rumbai.
Akhirnya jam 10 lebih (malam) saya menyelesaikan sepeda hiasnya. Rasanya…pegel-pegel dan ngantuk. Anak-anak malah sudah tidur. Tapi karena ingin yang terbaik untuk anak, ya dijalani aja dengan ringan. Makin senang saat pagi bangun, anak-anak bilang begini dengan antusias, “Bagus mi”. itu saja sudah cukup. padahal sih kalau dilihat sederhana banget dan pasti banyak sepeda hias lain yang lebih bagus.
Kalah Menang Biasa, Yang Penting..Fun!
Mengikuti lomba ini dan itu memang menyenangkan. Apalagi jika anak bisa jadi juara, orangtuanya pasti merasa bangga. Lomba-lomba anak tersebut memang banyak manfaatnya, dari mengembangkan potensi anak sampai memupuk rasa percaya diri mereka. Seperti pada lomba mewarnai, anak belajar untuk percaya pada kemampuannya, mencocokan warna, mengambil keputusan warna yang digunakan, memahami media dan alat yang digunakan, serta mempraktekkan tehnik mewarnai yang sudah dipelajarinya. Dengan ikut lomba si anak akan makin mengasah kemampuannya menjadi lebih baik lagi.
Sebagai orangtua kita juga harus bijaksana. Jangan sampai ambisi orangtua agar anak menang, membuatnya tertekan dan merasa rendah diri. Sikap kita orangtua yang perlu tertanam saat anak mengikuti lomba adalah:
1. Lomba anak adalah Fun. Hal inilah yang harus diingat oleh orangtua dalam mengikutsertakan anaknya dalam lomba, yaitu lomba bertujuan membuat anak senang atau fun. Sehingga jangan memberikan tuntutan apapun pada anak.
2. Menerima hasil lomba anak dengan tulus. Menang atau kalah dalam berlomba semua anak akan memperoleh ‘nilai lebih’, baik pengalaman baru, pengetahuan baru atau teman baru. Orangtua tetap harus menerima dengan tulus apapun kondisi anak dan tidak melihat anak sebagai loser (orang yang kalah dan tidak mampu).
3. Orangtua memberikan pengertian kepada anak bahwa menang dan kalah adalah hal yang wajar dalam tiap perlombaan. Tetaplah memberikan semangat dan dukungan agar anak tidak mudah menyerah dan patah semangat dalam menghadapi kekalahan.
Dalam mengikuti lomba, orangtua adalah salah satu faktor penentu apakah anak akan mendapatkan dampak yang positif atau negatif. khawatir saya memaksakan Raissa untuk ikut lomba, saya pun bertanya sama Raissa.
“Raissa, suka lomba mewarnai nggak?”
“Suka”
“Tapi kok nangis?”
“Nggak tauu…” (Sebelumnya ketika ditanya ini, jawabnya ingin dibantuin mewarnainya).
“Lomba memindahkan bola suka nggak?”
“Suka..”
“Tapi kok nangis juga?”
“Soalnya mau ditemani umi.”
“Oh, kalau lomba mengghias sepeda suka nggak?”
“Suka..”
“Kenapa?”
“Soalnya bagus.”
Mm, ternyata ketika ditanya Raissa suka semua perlombaan itu. Hanya saja, ketika lombanya menuntut adu cepat, Raissa jadi sedikit panik. Untung saja bu guru pengertian. Saat hasil lomba diumumkan, semua anak dapat hadiah. Jadi, jangan takut untuk mengikutsertakan anak dalam lomba ya. Menang kalau itu biasa, yang penting anak senang!
Sumber referensi:
betul banget mba mau menang mau kalah gpp yang penting anak senang :)
ReplyDeletemenang atau kalah itu hal yang sangat biasa dalam berlomba, yang penting kita sendiri dan anak-anak juga ikut senang :)
ReplyDeleteyang penting, seru, dan anak belajar untuk menerima hasil dari prosesnya dengan lapang dada :)
ReplyDeletebetul sekali mak :)
DeleteSepedanya keren.Mamanya kreatif...iya kalah menanh biasa ya mak.Ikut anaknya lomba aja dan mereka seneng kita juga seneng banget.Yang penting mereka ikut berpartisipasi.Merdekaa...
ReplyDeletemerdekaaa
Deletemenang kalah biasa, yang penting seneng, seru, dan bisa jadi bahan cerita *gitu*
ReplyDeletehehe iya mak, bisa jadi bahan cerita...kan blogger ceritanya :p
Deleteanak2 dialtih sportif dan besar hati menerima kekalahan dan tidak sombong saat menang
ReplyDeleteNamanya ortu ya, Mba, pasti ingin yg terbaik utk anaknya.
ReplyDeleteJadi ingat pas SD, bapak suka membantu saya menyelesaikan prakarya sampai malam.
Inget moment lomba mewarnai pas sulung saya playgroup mb.... Begitu dibagikan kertas, langsung dia kerjakan cepat2....trus dia kasig ke panitia. Setelah itu dia/langsung teriak, "hore, juara!"...karena dia ngumpulnya paling awal...padahal hasilnya belepotan :-)
ReplyDeletebetul.. yang penting ikut berpartisipasi.. dan anak senang.. ;)
ReplyDeleteyang penting sudah berani lomba ya, menang kalah sih gak masalah ya yang penting happy
ReplyDeleteyang penting sudah berani ikutan lomba, ada rasa optimis yang terpancarkan
ReplyDeleteManfaat lomba memang banyak ya, dari menggali sifat kompetitif, optimis sampai having fun. Sedari kecil memang peran orang tua penting banget karena kadang ada juga anak kecil yang shock dengan kata "kalah" - malah bisa down, malah makin bersemangat :)
ReplyDeleteSalam untuk Raissa :)
bener benerr yang penting berpartisipasi ikutan lomba lomba ya
ReplyDeletebiar makin rameee
Belajar berani sama sportif ya... :)
ReplyDeleteAku beberapa kali mainan sama anak kecil cowok dan mostly nggak sportif. Misal mainan game, aku yang kalah pada ngambek nangis hahaha