Kain Batik, Teman Setia Kelahiran Anak
Kelahiran anak merupakan sebuah peristiwa
penting yang dinanti-nanti baik bagi orangtua, anak maupun keluarga besar. apalagi
jika itu adalah anak pertama. Sebuah jiwa baru akan hadir ke dunia, membuat
suasana rumah menjadi lebih meriah karena tawa dan tangisnya. Berbagai hal
dilakukan dan disiapkan untuk menyambut makhluk mungil tak berdaya tersebut. Pakaian,
kamar bayi, peralatan mandinya, dan…berbagai kain.
Ya, kain adalah salah satu yang disiapkan ibu
saya saat saya akan melahirkan anak pertama, Za. Kain alas ompol yang
berwarna-warni dengan gambar yang lucu-lucu dan kain batik. Sudah menjadi
kebiasaan di kampung saya untuk menyiapkan kain-kain saat bayi baru lahir. Sempat
heran juga sih saya karena biasanya kain
digunakan untuk bawahan kebaya. Tapi saya tak bertanya banyak dan nurut saja
sama ibu.
Za lahir di kampung halaman saya. Pertimbangannya,
ini adalah kelahiran anak pertama dimana saya tak mempunyai banyak pengalaman. Saya
ingin melahirkan di dekat orangtua, terutama, ibu yang notebene punya
pengalaman melahirkan. Selain itu, di kampung banyak saudara dan tetangga yang
suka membantu walau tak diminta.
Setelah Za dibawa pulang dari rumah sakit,
saya suka melihat cara ibu dan saudara saat membantu mengurus Za. Tumpukan kain
yang disiapkan ibu ternyata banyak kegunaannya, diantaranya:
- Sebagai alas ompol. Bayi baru lahir biasanya jarang saya pakaikan diaper, jadi ngompolnya sering dan harus sering ganti kain ompol. Kalau kain khusus alas ompolnya habis, saya bisa pakai kain batik yang dilipat jadi segiempat.
- Untuk menggendong bayi. Awalnya agak susah karena harus dililit sedemikian rupa. Tapi lama-lama jadi terbiasa. Sampai sekarang, saya masih memakai kain batik panjang untuk menggendong Ra. Ra usianya sudah 4 tahun, tapi kadang minta digendong terutama saat bangun tidur karena masih mengantuk dan saat sakit.
- Selimut bayi. Kain batik itu tipis dan ringan, sangat nyaman untuk selimut bayi di saat cuaca panas. Tapi, biasanya di usia 2 mingguan bayi sudah nggak mau diselimuti. Kakinya udah bisa nendang-nendang untuk menyingkirkan selimut.
- Sebagai kain bedong. Pagi-pagi setelah mandi dan menyusui, bayi Za biasanya tidur dengan badan dibedong. Mmm, tidurnya bisa nyenyaaaak banget karena hangat dan kenyang perutnya.
- Selimut atau bawahan ibu sehabis melahirkan. Habis melahirkan, biasanya agak ribet kalau pakai rok atau celana. Enakan pakai kain biar bebas bergerak.
- Kain serbaguna saat di perjalanan membawa bayi, bisa untuk gendongan, selimut, atau lap muntahan bayi..ups! hehe, dipakai lap kalau darurat aja karena nggak ada lap lain atau kehabisan tissue.
Kain-kain pemberian ibu saya bawa ke rumah
saya yang sekarang. Saya simpan terus di lemari. Alhamdulillah, saat melahirkan anak kedua, Ra, kain-kain itu bisa
bermanfaat lagi. Saya pakai dengan kegunaan yang sama saat bayi Za lahir. Kainnya
ada yang masih bagus, ada yang sudah agak usang karena terlalu sering dipakai.
Dulu, ibu suka menyebut kain itu dengan
sebutan ‘samping rereng’ artinya kain rereng. Rereng itu adalah sebuah motif
batik. Mungkin kalau dalam bahasa Indonesia artinya loreng, motif garis-garis menyerupai
loreng binatang. Mungkin ya, maaf kalau salah. Yang jelas, motif rereng ini
banyak dijumpai di kain batik khas jawa barat.
Kain batik khas Jawa Barat ada yang berasal
dari Garut, Tasik, Cirebon, Ciamis dan Indramayu. Namanya pun macam-macam. Motif batik dari Garut biasanya menghadirkan ragam hias
datar, bentuk-bentuk geometrik. Bentuk-bentuk geometrik ini mengarah secara
diagonal, bentuk kawung, atau belah ketupat. Ada pula motif-motif yang
mengambil pola bentuk-bentuk flora dan fauna. Nama motif khas Garut diantaranya motif turih oncom,
merak ngibing, rereng apel, dan kawung ece. Motif-motif ini kemudian
dimodifikasi dan lahirlah motif-motif baru seperti lereng eneng, lereng udang,
suliga ukel, sintung, cupat manggu, siku seling, kumeli bunga, adumanis, patah
tebu, rereng calung, barong kembang, sidomukti, limar, cakra, ayakan, angkin, dan
sebagainya. Duuh, banyak banget ya namanya. Oh ya, batik Garut juga sudah jadi
barang suvenir sejak zaman Belanda loh!
Batik
Tasik biasanya bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik hampir sama dengan
Batik Garut hanya berbeda dari warna, batik Tasik lebih terang warnanya. Motifnya
kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu
ada juga motif merak ngibing, cala-culu, pisang-bali, Sapujagat, awi ngarambat,
dan sebagainya.
Di Cirebon terdapat Batik Pesisiran, Batik Keratonan
dan Batik Trusmi. Warna kain biasanya cerah dan ceria, merah,
pink, biru langit, hijau pupus. Warna batik tradisional biasanya krem, hitam,
dan cokelat. Batik Keratonan biasanya berwarna coklat soga atau keemasan. Batik
Pesisir dipengaruhi oleh budaya Cina. Motifnya lebih bebas, banyak ditandai
dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan,
daun dedaunan. Nama motif batik pesisiran diantaranya Batik bethetan Kedung
Wuni Pekalongan, Motif Sarung Cirebonan, Bethetan Demak. Sedangkan Batik
keraton dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Motifnya cenderung berupa batu-batuan,
kereta singa barong, naga seba, taman arum dan anyam alas, dan sebagainya.
Batik
Ciamis Coraknya tidak terlalu ramai. Ada yang bermotif daun, ada
pula yang bermotif parang rusak. Batik Ciamis
juga memiliki dua motif rereng, yakni rereng eneng dan rereng seno. Motif
rereng eneng kini diaplikasikan untuk baju, sedangkan rereng seno untuk kain
bawahan. Sedangkan Ciri yang menonjol
dari Batik Indramayu adalah ragam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan
banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna
gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk
isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif batik Indramayu diantaranya wadasan,
iwak ketong, parang rusak.
Wow, kaya banget ya negeri kita dengan batik. Ini baru
5 kota di Jawa Barat. Belum lagi kota lainnya di Indonesia.
Kain-kain batik pemberian ibu masih saya simpan dengan
baik di lemari. Makasih amih (sebutan saya untuk ibu), sudah mengenalkan saya dengan
kain-kain batik cantik ini, walaupun saya nggak hafal nama-nama motifnya. Manfaatnya
terasa sampai sekarang. Kain-kain batik itu telah mengiringi perjalanan hidup
saya dan anak-anak saat kelahiran mereka ke dunia. Kain-kain batik itu juga
bermanfaat ketika saya harus berpakaian tradisional sunda di sebuah acara
sekolah (waktu saya masih mengajar). Bahkan, saya bisa meminjamkan kain-kain
batik itu pada teman-teman guru yang tidak punya kain batik karena jauh dari
orangtua dan merantau. Berbagai manfaat itu mudah-mudahan menjadi amal baik
yang mengalir terus untuk amih (dan bapak).
Sumber
referensi:
- http://kainesia.blogspot.co.id/2014/10/kain-batik-khas-jawa-barat.html
- Semua foto dalam tulisan ini adalah dokumen pribadi
Good luck ya mak.
ReplyDeleteKain batik memang ISTIMEWA :)
bukanbocahbiasa(dot)com
makasih mak:)
Deleteapapun batiknya, tetep yang di hati yang warna nya coklat hihiiii
ReplyDeletesuka warna coklat ya mba?
DeleteSamaa...
ReplyDeleteWaktu lahiran pasti dapet paket batik dari mama mertua
kain batiknya motifnya bagus2 ya mak...pengen deh punya motif begituan...
ReplyDeleteGood luck mba...kain batik emang cantik2 ya
ReplyDeletekain batik memang TOP yah mbak kania :)
ReplyDeletesalah satu ciri khas bangsa kita
semoga menang lombanya, amin..
aku kain batiknya pemberian dari nenek (buyutnya naak-anak) sampai sekarang masih ada
ReplyDeletesama mak, wktu lahiran jg pakek kain batik dikasih mbah,adem bahannya, motifnya cihuy pula...
ReplyDeletesukses ya mak nia
Sama mak...setiap melahirkan selalu dibawakan kain panjang batik gt. Dan kepake bgt. Bahkan waktu melahirkan ka Alinga di Australi kan minta dibeliin perlengakapn new baby dr Indo. Nitip sm temen yg pulang. Eh dibawain juga kain batik. Sayang dulu sy blm mgeblog dan ga yakin ada dokumentasinya.
ReplyDeleteDi keluarga suamiku yang masih mewariskan jarik2 :))
ReplyDeleteiya, waktu aku lahiran dihadiahi banyak kain batik oleh mertua, sukaa....
ReplyDeletesaya senang berkunjung di web ini,semoga semakin maju,salam daripusat grosir seragam batik,dan
ReplyDeleteJual seragam batik