Lindungi Sang Buah Hati Dengan Stimulasi dan Nutrisi Yang Tepat
Memiliki anak yang sempurna lahir batin merupakan harapan
setiap orangtua. Maka segala cara pun ditempuh oleh orangtua agar mendapatkan
buah hati yang berkualitas sebagai generasi penerus mereka. Dari mulai
mengkonsumsi berbagai makanan kesehatan sebelum hamil dan saat hamil, rajin
berkonsultasi dengan dokter, dan sebagainya.
Saya ingat betul, saat melahirkan anak pertama, Za, seorang
kakak sepupu mengingatkan saya untuk memeriksa tubuh sang bayi, apakah sempurna
atau tidak anggota tubuhnya. Alhamdulillah,
atas karunia dari Allah SWT, Za dan Ra tak kurang suatu apapun saat lahir.
Hari Sabtu tanggal 30 Januari kemarin, saya berkesempatan
menghadiri smart parenting heath talkshow
yang diadakan oleh Brawijaya Clinic dengan tema “Lindungi Sang Buah Hati Dengan
Stimulasi dan Nutrisi Yang Tepat”. Ah, tema yang sangat pas untuk semua ibu dan
ayah.
Dr. Nathanne (kiri) |
Dr. Nathanne Septhiandi Sp. A (dokter spesialis anak
Brawijaya Clinic) sebagai narasumber mengatakan bahwa Tumbuh kembang anak
ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eskternal. Faktor internal berupa
faktor genetik dan proses ketika hamil. Sedangkan faktor eksternal meliputi
pemenuhan gizi, penyakit, aktivitas fisik, kualitas pengasuh/ keluarga, teman
dan lingkungan sekolah.
Agar anak bertumbuh kembang dengan baik, anak perlu mendapat
stimulasi dan nutrisi yang tepat. Stimulasi bisa diberikan sejak usia kandungan
6 bulan karena pada usia kandungan tersebut sedang terjadi pembentukan miliaran
sel-sel otak (sinaps). Stimulasi diberikan dengan tujuan merangsang semua
fungsi dan kemampuan anak agar berkembang dengan optimal.
Orangtua bisa memperdengarkan berbagai suara pada anak sejak
anak dalam kandungan. Ada yang suka suara musik klasik untuk diperdengarkan
pada anak, ada juga yang lebih nyaman dengan suara Alquran. Orangtua juga bisa
mengajak bayi dalam kandungan untuk berbicara dan melakukan perabaan sebagai
bentuk stimulasi.
pada bayi yang cukup nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi (tengah), sinaps terlihat kuat dan banyak |
Pada setiap anak, pertumbuhan bahasa dan bicaranya bisa
berbeda. Ada anak yang bisa bicara dulu, baru bisa berjalan. Sebaliknya ada yang bisa jalan dulu, baru bisa bicara. Biasanya, tahapan pertumbuhan bicara dan bahasa anak seperti ini:
- Anak biasanya sudah bisa mengeluarkan bahasa ekspresif berupa Cooing pada usia 2-4 bulan, huruf hidup pada 4-6 bulan, konsonan pada usia 5 bulan, dan babbling pada usia 6 bulan.
- Bahasa reseptif dikeluarkan anak saat usia 6-10 bulan. Pada usia 6 bulan, anak sadar saat namanya dipanggil. Usia 8 bulan, anak mengerti kata “tidak”. Dan usia 10 bulan, bayi mulai menggunakan bahsa tubuhnya seperti mengangkat tangan untuk minta digendong, melambaikan tangan, atau bermain cilukba.
- Anak usia 18 bulan biasanya sudah memiliki 10-15 kata dan mulai mengkombinasikan kata menjadi frase.
- Anak usia 2 tahun dapat mengucapkan kalimat yang terdiri atas 2 kata.
- Anak usia 3 tahun dapat mengucapkan kalimat yang terdiri atas 3 kata.
- Anak usia 4 tahun dapat mengucapkan kalimat yang terdiri atas 4 kata.
- Usia 3-4 tahun anak dapat mengerti dan menggunakan kata depan (di atas, di bawah), kata sifat, kata keterangan, bertanya dan menjawab keterangan, mengerti makna kata, dan tatabahasa.
Stimulasi Yang Tepat
Untuk Anak
Berbagai stimulasi bisa dilakukan orangtua untuk mendukung tumbuh
kembang anak. Stimulasi yang diberikan berupa stimulasi sensorik, motoric,
kognitif, bahasa, kemandirian, dan sebagainya. Contoh stimulasi yang diberikan
adalah sebagai berikut:
- Stimulasi anak usia 0-3 tahun: Berikan ia rasa nyaman dan aman. Beri bayi pelukan, senyuman, dan ajak ia bicara. Dengarkan berbagai bunyi dan gantung mainan berwarna-warni. Biarkan ia meraba dan meraih mainanya. dan sebagainya
- Stimulasi anak usia 9-12 bulan: Ajak bicara dan panggillah nama anak, bermain cilukba, bernyanyi, menyusun balok, memasukkan benda ke wadah, berdiri, membungkuk, menggelindignkan bola, naik tangga, dan sebgainya.
- Stimulasi anak usia 18-14 bulan: Tanya jawab, main telpon-telponan, perintah sederhana, membantu pekerjaan, melepas baju, merapikan mainan, petak umpet, berjalan, berlari, melompat, melempar, menangkap, menendang bola, dan sebagainya.
- Stimulasi anak usia 48-60 bulan: Minta anak untuk menyebutkan nama benda, sifatnya dan gunanya. Ajak anak untuk membaca buku dan minta ia bercerita atau bernyanyi. Stimulasi bisa juga dengan mengajaknya menempel, menggunting, menjahit, bermain balok, menggambar, mewarnai, dan sebagainya.
Deteksi dini pertumbuhan anak bisa dilihat dari berat badan
anak, tinggi badan, lingkat kepala, dan garis pertumbuhan ke-3 hal tersebut
pada grafik pertumbuhan. Grafik pertumbuhan biasanya diisi oleh petugas
kesehatan di buku kesehatan anak yang biasa kita dapat setelah anak lahir.
Grafik yang naik menunjukkan tumbuh kemabang anak baik |
Sedangkan deteksi dini perkembangan anak bisa dilakukan
dengan melakukan berbagai tes seperti TDD (Tes Daya Dengar) dan TDL (Tes Daya
Lihat), kuesioner MME untuk masalah perilaku, CHAT untuk masalah autis,
Kuesioner Conners untuk masalah pemusatan perhatian, dan KSPP (Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan) untuk perkembangan anak.
Orangtua perlu memeriksakan anaknya dan berkonsultasi dengan
dokter anak jika pada usia tertentu menemukan kondisi berikut ini pada anak:
- Kontrol leher buruk dan tidak senyum pada usia 4-6 bulan (evaluasi penglihatan, depresi ibu, child abuse, dan sebagainya)
- Tidak meraih benda pada usia 5 bulan (evaluasi kelainan gerak, mata, kognitif)
- Tidak mengoceh pada usia 6 bulan (evaluasi untuk gangguan pendengaran)
- Tidak gelisah pada orang asing ketiak usia 7 bulan
- Tidak menoleh ke arah suara pada usia 10 bulan (evaluasi gangguan pendengaran unilateral)
- Tidak mengucapkan konsonan pada usia 15 bulan (evaluasi gangguan pendengaran ringan)
- Tidak meniru pada usia 16 bulan (evaluasi gangguan pendengaran, sosialisasi, dan kognitif)
- Tidak menunjuk pada benda di usia 18 bulan (evaluasi masalah dalam hubungan sosial).
- Tidak dapat naik turun tangga saat usia 24 bulan.
- Perkembangan bahasa yang lambat, dan sebagainya.
Nutrisi Yang Tepat
Untuk Anak
Pemberian nutrisi yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang
anak merupakan bagian terpenting dari kehidupan bayi dan anak, terutama batita.
Sebagian besar interaksi orangtua dan anak juga terjadi saat pemberian makan.
Memberi makan pada anak merupakan proses alamiah. Namun,
50-60% orangtua melaporkan bahwa anak mereka mengalami masalah makan sehingga
pertumbuhan terganggu dan rentan infeksi. Hayo, siapa yang merasa anaknya susah
makan? Saya! Ngacung deh, terutama saat anak belajar makan dan mengalami fase
perubahan tekstur makan dari bubur ke nasi.
Makan jangan sambil main game atau nonton yaaa *nyentil diri sendiri |
Sebenarnya, masalahnya belum tentu ada pada perilaku anak.
Bisa jadi orangtua kurang pengetahuan tentang waktu yang tepat memberi makan
anak, bagaimana menyajikan makanan yang berkualitas dengan kuantitas yang
sesuai usia anak, makanan kurang higienis, dan feeding rules yang tepat. Misalnya saja, ada anak usia 4 bulan
sudah diberi makan pisang padahal belum mampu mencerna dengan baik.
Feeding rules yang
dapat diterapkan saat memberikan makan pada anak ada 3 yaitu:
- Mengatur jadwal makan anak. Misalnya dengan memberikan anak 3X makan dan 2 kali snack, susu bisa diberikan 2-3 kali, lama makan hanya 30 menit, dan hanya air putih di waktu makan.
- Prosedur dan pemberian cara makan yaitu dengan mendorong anak makan sendiri. Jika anak tak mau makan, tawarkan kembali tanpa memaksa. Angkat makanan jika dalam wakktu 10-15 menit anak tamu makan.
- Lingkungan yang netral. Yaitu dengan suasana menyenangkan dan tidak ada distraksi saat makan (contoh televisi, mainan, game, dan sebagainya). Jangan juga menjadikan makan sebagai hadiah.
Orangtua perlu melakukan berbagai cara agar anak mau makan,
misalnya dengan variasi menu dan penyajian yang menarik. Dalam mengenalkan menu
baru, sajikanlah dalam porsi kecil dulu dan contohkan makan yang menyenangkan. Makan
yang menyenangkan? Mm, saya lupa nanya gimana makan yang menyenangkan. Mungkin
sambil orangtua menjelaskan bahwa makanan tersebut lezat. Atau, membuat
ilustrasi menyuapi anak seolah sendok seperti pesawat terbang yang akan masuk
ke mulut anak. Boleh juga dicampur antara makanan baru dengan makanan yang
disukai anak.
ayah juga semangat cari ilmu demi anak^^ |
Rupanya, tema tentang memberi makan pada anak ini jadi
perhatian menarik peserta talkshow. Terbukti banyak peserta yang bertanya tentang
hal ini pada Dr. Nathanne. Namun karena keterbatasan waktu, talkshow yang
dimulai pada pukul 10 pagi itu harus berakhir pukul 1 siang. Bagi peserta
talkshow yang belum puas, bisa bertanya lagi pada Dr. Nathanne setelah acara
talkshow.
Pada kesempatan talkshow itu, Brawijaya Clinic memberikan free dental screening buat 5 peserta
talkshow yang datang bersama anaknya. Duuh, kalau tahu gitu saya ajak Za dan Ra
deh.
Oh ya, Brawijaya Clinic merupakan bagian dari Brawijaya Women
& Children Hospital yang berlokasi di kebayoran Baru, Jakarta. Brawijaya
Clinic ada di Oktroi Plaza Kemang, FX Sudirman, UOB Plaza Thamrin, dan di Buah
Batu Bandung.
Brawijaya Clinic di lantai 5 FX Sudirman |
Talkshow yang saya hadiri lokasinya di lantai 5 FX Sudirman,
tepat di depan Brawijaya Clinic. Lokasi yang strategis karena berada di pusat
keramaian. Orang yang bekerja di sekitar FX Sudirman tak akan sulit untuk
mengakses fasilitas kesehatan.
Informasi lebih lanjut tentang Brawijaya Clinic, silahkan
lihat website www.brawijayahospital.com
atau melalui media sosial berikut.
Facebook: BrawijayaClinicID
Twitter: @brawijayaclinic
Instagram: @brawijayaclinic
lengkap banget ulasannya Mbak Kania :)
ReplyDeletegizi dan stimulasi adalah hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yah Mbak :)
Betul mba :)
Deleteayah juga harus ikut serta mendukung dan mnegikuti tumbuh kembang anak
ReplyDeleteIya dong biar ibu makin semangat :)
Deletekalo punya balita ingin sekali melihat pertumbuhan dan perkembangannya tiap hari :)
ReplyDeleteiya mba, walaupun ada capenya terbyara saat melihat anak tumbuh kembang dengan baik
DeleteJelas dan lengkap nih reportasenya, thanks 'mak
ReplyDeletemakasih mak :)
DeleteLengkap banget nih tulisannya, jadi nambah banyak ilmu mampir kesini :))
ReplyDeleteWalaupun anak2ku udah gak balita lagi, InsyaAllah gizi mah harus tetap diperhatikan teruuus :))
saya masih ada 1 balita nih :)
Delete