Tips Berwirausaha Sambil Mengurus Keluarga
Seorang istri memang tidak dituntut untuk mencari nafkah. Namun
seringkali karena berbagai alasan, istri harus ikut bekerja. Alasan ekonomi,
salah satunya. Tidak ada larangan, karena hakikatnya rumah tangga itu adalah
saling tolong menolong antara suami dan istri.
Itulah yang juga dilakukan ibu saya, membantu mencari nafkah
untuk keluarga dengan berwirausaha. Ibu membuka warung kelontong di depan
rumah. Saya tak tahu alasan ibu berwirausaha, karena saya tak bertanya. Bisa
jadi alasan ekonomi. Berapa sih gaji bapak yang seorang guru, kecil. Berbeda
dengan sekarang, gaji (sebagian) guru lumayan besar ditambah dengan berbagai
tunjangan.
Ibu berwirausaha mungkin juga karena tradisi. Kakek dan
nenek saya pun pedagang. Bisa juga karena tak ada pilihan lain karena ibu Cuma lulusan
SD. Pekerjaan yang bisa dilakukan oleh seorang lulusan SD di desa kalau tidak
bertani ya berdagang. Atau, ibu ingin tetap bisa mengurus keluarga walaupun
bekerja, maka ia berwirausaha karena waktunya bisa disesuaikan dengan
kepentingan keluarga.
Waktu pertamakali membuka warung, kata bapak hanya
bermodalkan beberapa karung bahan makanan seperti beras, tepung terigu dan
minyak. Lama-lama, semakin banyak bahan makanan dan barang kebutuhan lain yang
dijual. Dari mulai gula pasir, kue-kue, keperluan mandi, sampai minyak tanah
dan pupuk. Sekarang, setelah puluhan tahun (lebih dari 30 tahun), warung
kelontong masih ada untuk memenuhi kebutuhan orang-orang.
warung ibu saya |
Tips Berwirausaha Sambil
Mengurus Keluarga Ala Ibu Saya
Wirausaha adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri
dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.
Tidak mudah mempertahankan satu usaha jika kita tidak
benar-benar tekun dan tahu ilmunya. Saya melihat ibu memang sudah mengerahkan
segala yang ia punya agar usaha tetap jalan terus dan keluarga pun terurus.
Inilah tips ibu saya berwirausaha sambil mengurus keluarga, menurut pandangan
saya:
1. Bangun pagi buta.
Ibu selalu bangun sekitar jam 2
atau 3 pagi. Beliau solat Tahajud, Baca Alqur’an, lalu mengerjakan berbagai
pekerjaan rumah tangga, dan pergi ke masjid. Selepas Subuh, ia kadang pergi ke
pasar untuk berbelanja barang yang akan dijual di warung. Kalau ibu ke pasar,
biasanya yang menunggu warung bapak (kalau tidak pergi) atau saya dan
saudara-saudara saya.
Beredar mitos di masyarakat kita kalau tidak bangun pagi nanti rejekinya dipatok ayam. Namun yang sebenarnya terjadi, bangun pagi itu sehat dan menyegarkan. Pagi juga adalah waktu yang didoakan Rasulullah SAW agar ummat beliau penuh keberkahan.
2. Istirahat sebentar di siang hari.
Bangun pagi buta membuat siang
hari ibu jadi mengantuk. Ibu biasanya istirahat sebentar di kursi dekat warung.
Tidur siang juga sunnah, dianjurkan Rasulullah SAW agar badan kembali segar
untuk beraktifitas. Tapi, tak perlu lama-lama tidur siangnya, kalau lama malah
bikin lemes dan jadi males. Kalau ibu tidur siang, yang menunggu warung ya
siapa lagi, kadang bapak, saya atau saudara-saudara saya. Gantian saja, siapa
yang bisa. Tapi, seringkali baru saja ibu terlelap, saya berteriak karena ada
pembeli namun saya tak tahu harga barang.
“Miiiiiih, beras sekilonya
berapaaaa?”
Ra saat usia 2 kurleb tahun-an dan ibu saya |
3. Multitasking.
Pagi-pagi saat saya dan
saudara-saudara saya akan berangkat ke sekolah, ibu menyuapi saya dan saudara-saudara
saya satu persatu di warung. Padahal kami sudah SD loh, seharusnya sih bisa
makan sendiri ya. Tapi..begitulah, pagi biasanya waktu yang hectic banget. Untuk mendisiplinkan 4 bocah
yang tak bisa duduk diam sambil melayani pembeli, tentu agak menguras emosi dan
tenaga.
Sering juga saya lihat ibu
menyiapkan bahan makanan untuk dimasak sambil menjaga warung. Begitu ada
pembeli, ya ibu melayani pembeli dulu. Pembeli pulang, ibu melanjutkan lagi
motong-mototng sayur atau mengupas kulit buah.
4. Berdayakan Orang di sekeliling
kita, terutama saudara.
Bermain adalah hak anak. Karena
ibu tak selalu bisa menemani saya dan saudara-saudara saya main, maka ibu
memberdayakan saudaranya yang kami panggil bibi untuk menjaga kami dan mengajak
kami main. Ini sangat membantu ibu agar bisa konsentrasi dalam berwirausaha
tanpa diganggu oleh anak-anak yang sebentar-sebentar minta ini dan itu.
5. Libatkan anak dalam pekerjaan.
Saya dan saudara-saudara
seringkali dilibatkan dalam menjaga warung, terutama saat ibu harus ke pasar,
harus mandi, solat, dan makan. Membantu ibu di warung membuat saya belajar beberapa hal. Saya belajar mengenal uang dan ukuran
berat, belajar menghadapi karakter berbagai orang, belajar sabar, dan yang
lainnya.
Ibu juga sering membawa saya ke pasar ketika
berbelanja. Dengan menaiki angkutan pedesaan
warna kuning, saya dan ibu berangkat pagi-pagi, berdesakan dengan penumpang
lain. Di pasar, saya seringkali terkagum-kagum dengan gedung ruko yang
bertingkat-tingkat. Sampai tercetus dalam benak saya, “Ah, nanti kalau besar
saya ingin punya ruko seperti ini”.
Pulang ke rumah, ibu dan saya
kembali menaiki angkutan pedesaan yang kali ini tak hanya penuh oleh manusia,
namun juga barang-barang belanjaan. Di rumah, barulah saya bisa lega dari hiruk
pikuk pasar sambil menikmati jajanan pasar yang dibelikan ibu.
Ra depan warung ibu saat usianya kurleb 2 tahun-an |
6. Memperhatikan kebutuhan Konsumen
Dulu, minuman kemasan botol di
warung dijual dalam keadaan biasa saja, tidak dingin. Melihat banyak pembeli
yang menanyakan minuman dingin, akhirnya ibu memermak kulkas di rumah ke
tukang, menjadi kulkas berkaca khusus untuk menyimpan minuman yang dijual di
warung.
7. Jeli Melihat Konsumen Potensial
Jadi pedagang itu harus siap
dengan berbagai resiko, resiko rugi dan orang berhutang. Pernah juga saya
mendengar ibu mengeluh dengan banyaknya orang berhutang. Mau nggak dikasih, ya
kasihan, tapi kesel juga saat ibu melihat orang tersebut sudah bisa
membayar malah belanja sama orang lain. Mudah-mudahan saja rejeki ibu ada terus
meski banyak yang berhutang.
Namun untuk konsumen yang satu
ini, ibu biasanya tak tanggung-tanggung memberi pinjaman. Mereka adalah orang
yang sedang mengadakan pesta, baik pesta sunat atau nikahan. Mereka biasanya
mengambil barang dulu di warung ibu, nanti setelah pesta selesai dan mereka
mendapat banyak rejeki baru mereka bisa bayar. Sudah menjadi tradisi kan ya
kalau pesta di sini, orang yang diundang akan memberi ‘amplop’ pada pengantin
nikah dan pengantin sunat. Nah, rejeki yang didapat itu digunakan oleh
penyelenggara pesta untuk membiayai pesta.
Itulah tips berwirausaha sambil mengurus keluarga ala ibu saya. Mungkin
orang melihat ibu sudah sukses dengan warungnya yang masih berdiri sejak puluhan tahun lalu dengan
berbagai barang yang dijual. Termasuk Za dan Ra, anak-anak saya yang seringkali
tak mau pulang kalau berlibur di rumah ibu saya. “Enak, di rumah mamih banyak
makanan” kata mereka. Namun perjuangan ibu saya sesungguhnya berproses dan
tidak serta merta langsung punya warung kelontong selengkap sekarang.
Dengan kegiatan wirausaha yang
dilakukannya, ibu bisa membantu bapak untuk biaya makan sehari-hari. Sehingga
bapak bisa fokus mencari nafkah untuk keperluan yang lain seperti biaya sekolah
anak sampai saya dan saudara-saudara saya jadi sarjana. Mungkin, berkat bantuan ibu juga dalam mencari nafkah dengan
berwirausaha, bapak bisa menabung dan mereka berdua bisa pergi ke Tanah Suci
saat saya masih di bangku SMP. wallahua'lam.
“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha”
Sumber referensi:
Keren mba kania, paling salut ibunya bangun jam segitu
ReplyDeletemudah-mudahan istikomah beliau dan selalu sehat
DeleteSemoga ibu selalu sehat Ya, Mak.
ReplyDeleteSemoga beruntung giveawaynya
aamiin
DeleteWah keren pengalaman wirausaha ibunya ya mbakk.
ReplyDeletemakasih, ga nurun ke anaknya nih :p
Deletetipsnya bagus tuh, semoga menang ya
ReplyDeletemakasih mba
Deletesulu waktu kuliah, sanggup banget bangun dini hari, sholat dan bla and bla. Kok sekarang begini ya? ich kudu diubah dan dilanjutkan lagi bangun dini harinya....suamiku kan wirausaha juga...
ReplyDeletesaya juga ga sanggup mba kalo jam 2 ><
DeleteSalut Mbak sama ibunda. Ulet dan sabar ya Mbak orangnya.
ReplyDeleteSukses ya Mbak ngontesnya :)
makasih
DeleteIbunya mbak keren banget, tokonya itu besar lho, mama saya juga buka warung mbak tapi lebih kecil dari warung ibu mbak, segitu aja dia sudah kewalahan dan bangun dini hari banget, keren mbak, salam untuk ibu
ReplyDeleteusia tokonya lebih dari usia saya mba
Deleteslm salut aku buat ibuk dikau ya mbak nia, bangun tdur jam 2, tidur siang sekenanya, bnr2 salut mbk, semangat beliau utk mmbantu bapak bnr2 berbuah manis ya mbak nia, alhamdulillah
ReplyDeletealhamdulillah
DeleteWarungnya gede ya mbak...lengkap pula. Mertuaku juga jualan gitu mbak... Kata suamiku...jualan kelontong gitu, meski kliatannya enak..cuma duduk, nunggu pembeli..tapi bnrnya capek, krn pikiran gerak terus..mana barang yang habis..gmn membuat pembeli nyaman, etc. Sukses ya mbak untuk warung ibu n GAnya...
ReplyDeleteiya sebenarnya bergerak terus
Deletegood luck mbak
ReplyDeletewah sama dengan ibuku. Buka warung di rumah biar bisa sambil jaga anak-anak padahal dia lulusan analis kimia, tp belajar sendiri usaha, sampai warungnya bertambah besar
ReplyDeletewah analis kimia loh mba..keren
Deleteheubat heubat bgt ibunya mbak...
ReplyDeletesukses ganya ya
makasih
DeletemasyaAllah ...benar2 ibu multitasking...salam takzim untuk beliau :)
ReplyDeleteTips & cerita tentang ibunya inspiratif sekali. Kebayang betapa kuat seorang ibu ya, berwirausaha dan mengurus keluarga. saluut
ReplyDeleteSubhanallah banget ibunya mb..
ReplyDeletesalut banget, pengen banget meniru dan mempraktekan ilmu dr ibunda terutama bangun pagi2 lanjut tahajud..
semoga ibu selalu sehat ya
makasih udah ikutan GA nyaa :)
jadi beras sekilo harganya berapa??? :D
makasih gan infonya dan salam sukses
ReplyDelete