Catatan Workshop "Anakku Beranjak ABG" Bersama Rani Razak Noe'man

menjadi sahabat remaja

Bulan Mei nanti, anak pertama saya Za akan berusia 9 tahun. Itu artinya beberapa tahun lagi dia akan menjadi seorang remaja. Ouh, remaja. Dunia yang penuh warna dan penuh rasa. Seringkali ketika melihat kakak saya dan permasalahan anak remajanya, membuat saya ketar ketir bagaimana kehidupan remaja anak saya nanti. Tidak bisa dipungkiri, pemberitaan tentang remaja di media seringkali membuat hati orangtua seperti saya gelisah. Yang terlibat prostitusi lah, yang narkoba lah, yang tawuran lah, dan semacamnya. 

Hari Sabtu tanggal 19 Maret kemarin, ada sebuah workshop bertema “Anakku Beranjak ABG” yang diadakan oleh Kampung Keluarga. Dari temanya, bisa tergambar di benak saya bahwa workshop ini akan membahas bagaimana cara menghadapi remaja. Ah, menarik sekali, ini ilmu yang sangat bermanfaat buat bekal saya sebagai orangtua yang akan memiliki anak remaja. Saat menemukan informasi workshop ini di media sosial, saya pun segera mendaftarkan diri untuk ikut.

Kampung Keluarga sendiri adalah sebuah komunitas yang bersama-sama ingin mewujudkan Indonesia menjadi tempat yang lebih menyenangkan untuk anak dan keluarga. Kegiatan­-kegiatan Kampung Keluarga menyasar para orang tua, anak‐anak, dan keluarga. Bertempat di Gedung Dewan Pers Jakarta, workshop “Anakku Beranjak ABG” dihadirkan dengan narasumber Ibu Rani Razak Noe’man.

Reni Razak Noeman

Ibu Rani mengawali workshop dengan memperkenalkan siapa dirinya. Beliau sebenarnya bukan ahli  atau dari bidang psikologi. Tak ada yang menyangka bahwa beliau adalah lulusan Teknik ITB. Perjalanan hidup merubah arah hidupnya. Anak pertama Bu Rani adalah penyandang disleksia  yang membuat sang anak sering dipandang sebelah mata oleh lingkungannya. Bu  Rani pun memutuskan untuk keluar kerja, bergelut dalam bidang pengasuhan anak sembari fokus pada keluarga.

Berbagai Permasalahan Remaja

Apa sih yang biasanya dirasakan oleh orangtua yang memiliki anak remaja? Menurut Bu Rani, orangtua dengan anak remaja seringkali kaget dengan berbagai perubahan sang anak. Ada rasa bangga saat anak berprestasi, namun juga cemas. Orangtua seringkali salah pengertian terhada anak remajanya, kurang informasi bagaimana menghadapi sang anak, ingin akrab dengan anak tapi tak tahu caranya serta sulit mengarahkan anak yang beranjak remaja.

Orangta seringkali menerapkan ‘dendam positif’ tanpa mencaritahu keinginan anak. Misalnya saja, karena di masa kecil orangtua tak kesampaian belajar piano, maka anak diberikan les piano padahal belum tentu sang anak berminat. Pengaruh demokratisasi dan reformasi juga membuat banyak remaja sekarang lebih berani ‘bicara’ pada orangtua. Coba di jaman saya kecil dulu, rasanya tak berani menatap orangtua yang sedang marah. 

Ibu Rani lantas membagi peserta workshop menjadi 3 kelompok, lalu  meminta semua anggota workshop menuliskan pengalaman remaja masing-masing tentang apa yang diinginkan dan tidak saat remaja. Maka, berderetlah daftar berbagai hal yang disuka dan tidak dari masa remaja para peserta workshop. Hampir semua peserta menulis bahwa saat remaja mereka ingin tampil cantik, ingin punya pacar, ingin beli ini itu, terkenal, dan sebagainya. Sebaliknya saat remaja mereka tidak suka dimarahi, dilarang, dan sebagainya  Ibu Rani berkata, kita semua bisa berkaca dari masa remaja kita sendiri untuk bisa memahami anak remaja kita.

masalah remaja
Daftar yang disukai dan tidak saat remaja. kita semua bisa berkaca dari masa remaja kita sendiri untuk bisa memahami anak remaja kita.

Masa remaja di rentang usia 13 sampai 18 tahun merupakan masa yang penuh gejolak. Dari segi biologis, 100% mereka sudah dewasa. Namun dari segi visi, tanggung jawab, prinsip hidup, dan jati diri, mereka masih berproses dan tergantung dari pola asuh yang diterapkan orangtua. 

Menurut Bu Rani, permasalahan remaja meliputi 3 hal, yakni:

  1. keluarga
Permasalahan remaja selalu sama. Mereka selalu merasa kurang dibanding temannya. Pada masa ini, hormone stress sudah terbentuk. Sehingga kita sebagai orangtua harus menjadi sahabat bagi anak remaja kita. Dengarkan apa yang mereka keluhkan, karena itu yang mereka butuhkan. Banyak penelitian membuktikan bahwa keluarga yang berfungsi dengan baikmampu menjadi benteng pertahanan yang kuat bagi anak dalam menghadapi nilai-nilai negatif yang datang dari luar.

  1. Sekolah
Menurut Bu Rani, sistem pendidikan di Negara kita ikut serta dalam menunda proses pendewasaan anak. Mereka hanya peduli dalam penyampaian kurikulum akademik sehingga memperbesar skala “turbulence” remaja dari tingkat individual sampai ke tingkat kolektif. Makanya, Bu Rani memilih untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah menegah negeri karena hanya setengah hari. Pada setengah harinya lagi, Bu Rani bisa memanfaatkan banyak waktunya untuk menjadi SAHABAT anak remajanya.

  1. Materialisme
Bila orangtua, masyarakat dan para psikolog merasa prihatin dengan berbagai masalah remaja, namun pihak lain menganggapnya sebagai peluang mencari keuntungan. Pada remaja yang sedang mencari jati diri. ditawarkan identitas  semu sebagai selebritas yang akan berlimpah materi, ditawarkan pekerjaan mudah yang akan berlimpah uang, dan sebagainya.

Solusi Untuk Permasalahan Remaja

Menurut Bu Rani, ada 3 hal yang harus disiapkan agar memperoleh anak yang mandiri, berpendirian, bertanggung jawab dan menurut pada orangtua.

cerdas anak
Simulasi macam-macam kecerdasan ini bisa kita terapkan juga ke anak. Beri nilai yang paling mewakili menurut kita dan hubungkan nilai-nilai itu sehingga menjadi bentuk bintang. Ingat, hargai setiap hal unik dari anak.

  1.  Pendidikan agama
Untuk umat Islam, Alquran dan Hadist sudah cukup sebagai panduan dalam mengasuh anak. Dalam keduanya ada panduan tentang batasan aurat, batas masa baligh, cara bersikap pada orangtua, cara berbuat baik pada sesame, dan sebagainya. Anak yang cinta sama Tuhan dan agamanya, akan memiliki perasaan malu saat berbuat tidak baik menurut agama.

  1. Pendidikan kedewasaan
Orangtua harus punya visi untuk keluarganya sehingga anak akan mengikuti budaya yang diwariskan orangtuanya. Dalam mewujudkan visi tersebut, harus ada tujuan yang jelas dan perencanaan yang dibuat.

Orangtua juga harus menghargai setiap hal unik dari anak. Menurut Bu Rani, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda. Ada yang cerdas alam, nada, angka, kata, sosial, gerak, gambar, atau cerdas diri. Kita orangtua perlu merangsang mereka untuk mencoba  dan biarkan anak membuat pilihan walaupun akhirnya pilihan tersebut membuatnya kecewa. Ajarkan juga mereka keterampilan hidup seperti mengambil nasi sendiri, dan sebagainya

  1. Ajarkan nilai-nilai universal
Untuk mengajarkan anak nilai-nilai yang baik, kita sebagai orangtua harus berubah terlebih dulu. Menjadi teladan bagi anak remaja kita itu lebih baik dari beribu-ribu kata. Perbaiki komunikasi dengan cara MENDENGARKAN anak remaja kita secara tenang, perhatian, tidak memotong dan menghakimi. namun untuk membicarakan satu hal yang sensitive bagi anak, carilah waktu dimana anak siap dan mau bicara.

reni razak noe'man
peserta workshop dengan pertanyaan dan tweet terbaik, berfoto bersama Bu Rani Razak Noe'man

Tidak terasa, waktu 4 jam mengikuti workshop “Anakku Beranjak ABG” sudah akan berakhir. Pada akhir acara, Bu Rani mempersembahkan sebuah film pendek yang mengharukan sehingga sukses membuat peserta workshop berurai air mata. Panitia juga memberi hadiah untuk peserta workshop dengan pertanyaan dan tweet terbaik selama workshop. Beberapa pihak yang ikut mendukung workshop ini antara lain The Urban Mama, Move Inc Hijab, Kavya Hijab Chlothing, Dapur Bugis, Marsh Indo, Viva, dan Optik A. Kasoem.

Saya pun pulang dengan oleh-oleh ilmu yang luar biasa banyaknya. Dalam pikiran saya tak henti berharap sama Allah SWT, agar dijadikan orangtua yang kuat dan sabar dalam menghadapi masa remaja anak saya kelak.

Comments

  1. setuju dgn 3 solusi utk permasalahan remaja, trims mak ilmunya sdh dibagi disini

    ReplyDelete
  2. wah berguna banget buat yang py anak udah remaja kayak saya nih, tfs ya mba

    ReplyDelete
  3. Anak saya masih kecil tapi kekhawatiran sudah ada. Karena banyak juga remaja disini yang salah langkah, kebanyakan sich orang Tuanya kerja di luar negeri.

    Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik dan memiliki anak2 yang sholeh sholehah. Amin...

    ReplyDelete
  4. Itulah sebabnya kenapa saya kalau berdoa untuk anak selalu menyisipkan

    "Berkahkan dan berilah lingkungan hidup untuk anakku yang baik."

    Bukan apa-apa. Karena lingkungan menentukan karakter dan watak pertumbuhan anak kelak.

    ReplyDelete
  5. iya, aku jg lg ngerem bgd nih mbak, biar si ken gk terkena dendam positif emaknye, aduuhh jgn deh,
    tengkiu share ilmu kece begini ya mbak nia :)

    ReplyDelete
  6. Jadi inget waktu masa2 labih kalo baca postingan diatas hheee...

    ReplyDelete
  7. trimakasih sharing ilmu yang bermanfaat ini mbak
    salam sehat dan sukses

    ReplyDelete
  8. terima kasih sharingnya Mbak Kania, bermanfaat sekali, isinya pas dan aktual sekali dengan permasalahan menghadapi anak abg jaman sekarang

    ReplyDelete
  9. Kalo menurut saya itu " Pendidikan Agama" yang harus di tingkatkan lagi biar dia tuh mengenal dan lebih dekat dengan pencipta-Nya, terima kasih ya infonya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Perhatikan Hal Ini Sebelum Bermain Badminton

Bermain Kartu UNO

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)