Petualangan Za & Ra

Kegiatan merangkai manik-manik adalah kegiatan bermain yang baru buat Ra. Merangkai manik-manik atau disebut beading banyak manfaatnya untuk anak, salah satunya bisa melatih motorik halus anak. Biasanya untuk melatih motorik halus Ra yang berusia 4,5 tahun, kegiatan yang saya berikan untuk Ra yaitu menggunting, menempel, menggambar, mewarnai, dan menulis. Jadi, saat saya beritahu Ra bahwa kita akan merangkai manik-manik untuk membuat kalung dan gelang, Ra cukup senang dan antusias. Bead set yang saya pakai yaitu ELC Bead Set Create Beautiful Jewelery . ELC Bead Set terdiri dari 7 toples kecil berisi manik-manik (beads) dari bahan plastik dengan berbagai warna dan bentuk. Ada yang berbentuk bola, bintang, hati, kupu-kupu dan yang lainnya.   1 toples kecil lainnya berisi 2 buah string (tali elastis) sepanjang masing-masing 50 cm lebih.

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, sekolah Ra mengadakan lomba mewarnai dan lomba fashion show. Saya pun mengikutkan Ra di lomba tersebut sebagai bentuk partisipasi dan proses sosialisasi Ra dengan lingkungan sekolahnya. Setiap orangtua pasti ingin anaknya menjuarai lomba. Gak bisa dipungkiri, saya pun demikian. Namun menurut Dr. Scheuerer-Englisch (psikolog lembaga konsultasi keluarga, pendidikan dan anak, di Regensburg, Jerman) ukuran anak-anak dibandingkan orang dewasa sangat berbeda dalam urusan persaingan. Selama ini yang terjadi di lingkungan kita, persaingan tak hanya melibatkan sang anak namun orangtua juga terlibat. Padahal seharusnya persaingan antar anak (balita) dibiarkan saja menjadi persaingan atau kompetisi diantara mereka. Anak-anak melihat persaingan sebagai bagian dari kegiatan bermain. Pada masa ini orang tua bertugas mengarahkan anak agar persaingan berlangsung sehat. Artinya, persaingan tanpa campur tangan orang dewasa merupakan bagian dari

"Kak, di sekolah nggak merayakan hari kartini?" Tanya saya sama Za. Pertanyaan sama yang dilontarkan seseorang pada saya, tentang apakah anak saya merayakan hari kartini atau tidak di sekolahnya. "Nggak, kartini itu siapa mi?" "Kartini itu seorang pahlawan wanita. Di zaman kartini hidup, banyak perempuan yang tidak sekolah, tapi Kartini tetap semangat buat sekolah dan belajar...." Za sekolah di sebuah sekolah islam terpadu. Sepengetahuan saya, di sekolahnya memang tidak merayakan hati kartini. Tapi saya yakin, setiap hari spesial ini gurunya selalu mengingatkan anak-anak tentang siapa Kartini dan apa jasanya bagi negara. Bahkan nama RA Kartini menjadi salah satu nama kelas di sekolah Za.

Mengikuti seminar atau workshop parenting kadang saya mendapat ilmu baru, kadang merasa disentil, atau bahkankadang merasa menjadi orangtua yang buruk. Berbagai teori itu menjejali otak saya, minta dipraktekkan satu-satu. Arrgh, kadang orang yang tak tahu teori segala macam dan mengandalkan naluri sebagai ibu, itu lebih baik. Hari Sabtu kemarin, semua orangtua murid di sekolah Ra diundang untuk menghadiri acara parenting bertema “Pengaruh Pola Asuh Terhadap Emosi Anak”. Begitu kira-kira temanya. Sebagai pembicara adalah ibu Hayati Nufus dari sebuah lembaga consulting di Tangerang. Walau dari rumah hati lagi gak karuan, saya tetap datang. Ah, emak baperan saya, apa-apa baper. Yaah, gimana lagi, saya harus menerima diri saya apa adanya dan tak henti mencari yang terbaik buat diri. Saya selalu yakin, kalau niat saya baik pasti aka nada kebaikan juga yang saya dapat. Bismillah, saya pun berniat mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari acara tersebut. Acara yang semu

Orang yang baru pertamakali bertemu saya pasti menyangka bahwa saya pendiam. Mm, gak salah sih. Memang seringkali begitu, terutama jika saya merasa sungkan, takut menyinggung atau bingung mau bicara tentang topik apa. Tapi, kalau sudah beberapa kali bertemu, biasanya kesan pendiam tidak terlalu kentara. Saya akan berusaha ngobrol apa saja. Walau saya tak menyanggah bahwa saya punya karakter pendiam, tapi sebenarnya saya orangnya tak bisa diam, Eh. Maksudnya, saya senang melakukan sesuatu.  Ketika resign dari mengajar tahun 2011, tak terpikirkan saya akan merasa bosan di rumah. Justru saya excited. Yes, anak kedua lahir begitu saya resign , saya akan sibuk dengan berbagai hal. Saya memang sibuk. Dari pagi sampai tidur saya sibuk, rasanya tak ada waktu sedikit pun bahkan untuk bernafas sekalipun. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menyiapkan anak sekolah dan suami yang akan pergi bekerja, menyusui, mencuci, menyapu, mengepel, menyusui lagi, memasak, mengantar anak untuk

  Apa yang ada di benak saat mendengar kata komidi putar ? Kalau saya, komidi putar yang ada di benak adalah sesuatu tentang kuda, berputar, musik, indah dan penuh lampu yang berkilau. Seringkali saya melihat permainan ini saat kecil saat melewati pasar malam. Namun tak ada satu pun memori masa kecil saya tentang menaiki permainan ini. Komidi putar adalah sebuah wahana permainan yang usianya sudah sangat tua. Sejarah komidi putar dimulai pada jaman medieval di abad 12. Saat itu para ksatria berkuda berlatih perang dengan naik kuda berputar-putar mengelilingi lapangan sambil menghindari bola beraroma yang terbuat dari tanah liat. Para ksatria akan dinyatakan lulus ujian jika tak satu pun bola tanah liat mengenai tubuhnya.  Di abad ke-17, Prancis mengubah aturan permainan itu dengan sebuah tiang dan roda berjeruji kayu. Sebuah kuda yang juga terbuat dari kayu diletakkan di tengah. Roda kemudian diputar dan para ksatria itu melempar lembing ke ring-ring yang diletakkan di luar mesi

Dua hari ini Ra seneng banget karena punya mainan baru, sebuah penguin kertas yang saya buat sendiri untuk Ra. Penguin itu suka makan ikan yang diberi tulisan ajad dari A sampai Z. Jadi Ra bisa bermain sambil belajar menghafal huruf. Kakaknya Za juga jadi tertarik ikutan. Dia membantu membuat ikan-ikan yang berwarna-warni. Ide membuat penguin kertas saya dapat dari akun youtube nya Morinaga Platinum. Aslinya sih penguinnya warna hitam, tapi saya berusaha memanfaatkan bahan yang ada di rumah biar tidak mubazir dan hemat. Jadinya penguin yang saya buat warnanya putih. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat penguin kertas ala saya adalah kertas hvs, kardus susu, lem, gunting, crayon, gunting dan kertas origami. Tahapan cara membuatnya sebagai berikut:

Bisnis waralaba merupakan bisnis bagi hasil yang dilakukan oleh pemberi waralaba dengan penerima waralaba.  Bisnis franchise  tidak jarang menjadi pilihan bagi para penerima waralaba untuk menjadi awal menjalankan sebuah bisnis sehingga dapat menjadi modal ketika hendak mendirikan bisnis sendiri. Bisnis waralaba diatur dalam PP No. 42 tahun 2007 yang diberlakukan mulai 23 Juli 2007 sehingga jika Anda hendak mencari bisnis waralaba yang sesuai dan pas, perhatikan kriteria berikut. Pertama adalah bisnis waralaba hendaknya memiliki ciri khas tertentu. Suatu bisnis tidak akan bertahan lama jika bisnis tersebut tidak memiliki suatu konsep, sistem atau produk yang unik atau khas. Ciri khas tersebut hendaknya tidak mudah ditiru oleh kompetitor yang lainnya sehingga dapat menjadi pembeda antara bisnis tersebut dengan bisnis yang lain. Dengan ciri ini, konsumen juga akan lebih mudah untuk mengingat dan mengetahui usaha tersebut sehingga akan menggunakan atau membeli produk yang d

  "Ayo bu, kita ikut yoga, gratis loh" "Aduh iya bu, saya ingin sekali, tapi anak-anak saya gak ada yang jaga nih.." Itulah sepenggal percakapan saya saat bertemu dengan seorang tetangga di satu pagi yang segar di Hari Minggu. Di komplek saya memang ada fasilitas olahraga untuk warga komplek. Salah satu kegiatannya adalah yoga di hari Minggu pagi, gratisss. Sebagai ibu rumah tangga tanpa asisten,  meninggalkan anak selalu jadi masalah buat saya. Bagaimanapun, saya ingin beraktifitas buat diri sendiri barang 1 atau 2 jam tanpa diikuti oleh anak. Agar saat saya kembali menghadapi anak dalam keadaan segar, lahir maupun batin. Tapi..ninggalin anak sama siapaaa? Pernah, saya pergi ngaji saat Ra lagi sekolah. Eh, gak nyangka Ra pulang lebih cepat. Saat saya pulang, Ra tengah menangis di depan rumah, didampingi seorang tetangga. Beruntung sekali saya punya tetangga yang perhatian dan baik hati. Mungkin saat mendengar ada anak kecil memanggil-manggil