Merayakan Idul Fitri di Kaki Gunung Ciremai
Lebaran kali ini aku rayakan di rumah orangtuaku, sementara
tahun kemarin di rumah mertuaku. Aku lahir dan besar di sebuah desa di
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.Udara di desaku relatif segar karena katanya
terletak di kaki gunung. Dari desaku,
Gunung Ciremai terlihat gagah berdiri. Kadang warnanya hijau, kadang juga biru.
Gunung ini masuk ke dalam 2 wilayah kabupaten yaitu Kuningan dan Majalengka,
serta termasuk gunung tertinggi di Jawa Barat.
Aku tiba empat hari sebelum
lebaran. Kalau sudah tiba di rumah orangtuaku, bisa dipastikan jadi “mager”
alias malas gerak. Pertama, lagi puasa dan udaranya adem, jadi ingin bobo
terus. Kedua, aku tidak bisa naik motor dan kendaraan umum yang lewat depan
rumah hanya ojek. Itu pun aku tidak tahu harus memanggil ojek dari mana. Kalau
ingat hal ini, jadi teringat betapa beruntungnya yang hidup di kota dimana
semua fasilitas umum bisa dengan mudah didapat, ojek aja tinggal pesan lewat
smartphone.
Ra dan sepupu, kakak Azka |
Tentu saja aku harus melawan rasa
malasku. Aku mengajak Za dan Ra main di rumah sepupu mereka. Menyenangkan anak-anak
mah tidak susah, asal ada teman main
mereka seneng banget. Apalagi, Za dan Ra jarang bertemu sepupu mereka. Dari
rumah, mereka sudah antusias ketika kuberitahu akan bertemu sepupu mereka.
Pangling deh, ketemu para keponakan. Dulu ada yang masih bayi, sekarang udah
batita. Dulu batita, sekarang balita. Dulu anak kecil, sekarang udah mau abege.
Betapa cepatnya waktu dan aku pun diingatkan, aku pun tak lagi muda.
Sama seperti di belahan daerah lain
di Indonesia, di kampung halamanku ini ada beberapa tradisi dalam menyambut
hari raya Idul Fitri, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mudik
Jika tak ada halangan yang berarti,
aku selalu menyempatkan mudik lebaran baik ke rumah orangtuaku maupun rumah
mertua. Seingatku, hanya sekali aku tidak mudik yaitu ketika Ra dilahirkan
beberapa hari menjelang Idul Fitri. Dan aku merasa kesepian sekali saat itu,
jauh dari keramaian dan kegembiraan keluarga besar yang berlebaran di kampung
halaman.
Biar anteng di jalan, Ra bawa mainan |
Jadi, buatku mudik yang setahun
sekali ini penting untuk menghangatkan kembali hubungan keluarga dan merasakan
kebersamaan di hari raya. Dan aku pun rela bersabar karena macet di jalan untuk
hal ini. Untunglah, mudik kali ini aku tidak berpapasan dengan macet yang parah
karena mengambil waktu yang pas untuk arus mudik dan arus balik.
Awalnya, aku pikir lebaran kali ini akan sempat menulis di blog. Tinggal #4GinAja menggunakan MiFi smartphone yang kupunya, akses internet diperleh dengan lancar jaya. Ternyata sama sekali aku tidak menulis blog saat mudik karena aku ingin menghabiskan waktu ngobrol dengan keluarga tercinta yang hanya setahun sekali kutemui. Aku hanya sempat mengupdate media sosial saja untuk sharing kebahagiaanku mudik tahun ini.
Awalnya, aku pikir lebaran kali ini akan sempat menulis di blog. Tinggal #4GinAja menggunakan MiFi smartphone yang kupunya, akses internet diperleh dengan lancar jaya. Ternyata sama sekali aku tidak menulis blog saat mudik karena aku ingin menghabiskan waktu ngobrol dengan keluarga tercinta yang hanya setahun sekali kutemui. Aku hanya sempat mengupdate media sosial saja untuk sharing kebahagiaanku mudik tahun ini.
2. Menyediakan kue-kue serta
ketupat dan lauknya
Sehari menjelang lebaran, ibuku
sudah membeli kulit ketupat. Ibuku tidak memasak sendiri. Ia minta tolong
saudaranya untuk dimasakkan ketupat. Ibu juga memesan sambal goreng kentang
sama saudara. Ibu tinggal memasak opor ayam dan rendang daging saja. Kerupuk
udang dan emping pun sudah digoreng jauh-jauh hari. Hal ini bisa menghemat
tenaga agar tetap bugar di hari raya. Sementara itu, kue-kue lebaran diperoleh
ibu dari warung miliknya dan dari kiriman relasi dan kerabat.
Ketupat dan teman-temannya |
Sebagian kue lebaran |
Buka puasa terakhir, aku sudah
menikmati ketupat dan lauknya. Ya Allah, nikmatnyaaa setahun sekali menikmati
ketupat bersama keluarga. Za juga ternyata senang sekali makan ketupat.
Sebaliknya dengan Ra, dia tidak terlalu suka dengan ketupat. Mungkin kalau
kupotong ketupatnya lebih kecil lagi, Ra akan suka.
3. Obor-oboran
Selepas Magrib saat malam Idul
Fitri, takbir mulai berkumandang bersahut-sahutan dengan suara petasan. Aku
sempat terganggu dengan suara petasan dan kembang api yang mengganggu
kesyahduan suara takbir. Untungnya, suara petasan dan kembang api tidak datang
semalaman.
Selepas isya, anak-anak madrasah (sekolah
agama) dan pemuda pemudi desa berkeliling kampung dengan membawa obor dan
bertakbir. Menurutku ini tradisi yang bagus serta hiburan yang positif dan
berpahala. Pada sebagian anak yang tak bisa duduk diam di masjid untuk
bertakbir, mungkin akan jadi pilihan bijak dengan ikut keliling kampung
menyuarakan takbir dan mengagungkan nama Allah SWT.
pawai obor-oboran keliling kampung sambil bertakbir |
4. Saling Memberi angpao dan
hantaran makanan
Sebenarnya, waktu aku kecil rasanya
aku tidak pernah menerima amplop berisi uang (angpao) di hari raya Idul itri.
Keadaan ekonomi waktu dulu mungkin tidak sebaik sekarang. Orang-orang sudah
semakin makmur dan semakin besar keinginan untuk membahagiakan saudara.
Biasanya yang diberi angpao anak-anak saja. Za dan Ra pun tak luput menerima
angpao dari beberapa saudara. Alhamdulillah.
Sementara itu, hantaran makanan biasanya diberikan oleh yang muda pada orang
yang lebih tua
5. Ziarah kubur selepas hari raya
sekaligus silaturahim dengan orang sekampung
Ziarah kubur dan silaturahim
termasuk ajaran agama yang sudah menjadi tradisi di hari raya Idul Fitri.
Sebenarnya, ziarah dan silaturahim bisa dilakukan kapan saja dan tidak terbatas
hari raya. Mungkin, momen berkumpulnya seluruh anggota keluarga dimanfaatkan
orang-orang untuk ziarah ke kuburan keluarga sekaligus silaturahim dengan warga
sekampung yang berpapasan di jalan.
Jalanan sepulang dari kuburan |
Desaku mempunya satu pekuburan umum.
Semua orang selepas Idul Fitri datang ke keburan. Mereka saling bersalaman dan
bermaafan ketika bertemu di jalan menuju dan sepulang dari kuburan. Jadi,
sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau. Sekali jalan mau ziarah
kubur, sekalian bersilaturahim dengan tetangga.
Itulah 5 tradisi merayakan hari
raya Idul Fitri di kampung halamanku di kaki Gunung Ciremai. Bagaimana dengan
tradisi di daerahmu, sahabat?
asik bgt lebarannya ya...
ReplyDeleteMakasih udah mampir mba
Deleteanak2ku baru kali ini nerima angpao, walau gk tau itu apaan, suka liat ekspresi gembiranya :))
ReplyDeleteIya ya, anak2 juga terima angpao trus dikasiin ibunya dan mereka pergi main lagi
DeleteEnak ya masih ada obor-oboran
ReplyDeleteKayanya beberapa tahun ini
DeleteDihidupka lagi :)
menyenangkan ya kalau bsia lihat gunung ciremai apalagi pagi hari gak ada awan akan terlihat jelas sekali, makanya aku beli rumah di kuningan hanya biar bisa lihat gunung ciremai
ReplyDeleteaaaah mba, kenapa kita ga ketemuan yaa
DeleteLima tradisi ini Indonesia banget ya Mbak, makasih atas partisipasinya :-)
ReplyDeletesama-sama
Deletewah, kaki gunung Ciremai bikin aku de javu sama libur lebaran dua tahun lalu mbak, hiks..
ReplyDeleteorang kuningan mba?
Deleteteh, cara syarat yang ini piye yhow?
ReplyDeleteDi akhir tulisan jangan lupa cantumkan kalimat: Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Lebaran Seru dan pasang banner giveaway (foto paling atas tadi) dengan diberi link hidup ke postingan GA ini.....
bisa kasih tau caranya?
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Lebaran Seru
DeleteTulisan di atas di scroll, terus klik gambar rantai terus masukkan link lombanya.
Kalo mau gambarnya yg aa link-nya, lihat di postingan saya yg ini: http://www.rumahmayakania.com/2014/10/membuat-gambar-ber-url-dalam-postingan.html
like fanspage ki opo mba?
Deletefanspage itu halaman lain di facebook. mm apa ya, kayak akun facebook biasa aja. ada tombol "like" nya. nah itu diklik
Deletemba, aku dah coba caranya. boleh dilihat di my blog. opo kya gtu??
Deletehmmm, kta pemilik akun keluarga biru, like fanspage nya wajib, aku yhow ra iso buka sosmed kya gtu selain blog, hihihi
haduuh... ngeliat foto ketupat dan 'kawan2nya' jadi kangen sama ketupat, padahal baru kemaren lebaran hehe
ReplyDeletenanti Idul Adha ketupatan lagi :)
DeleteSeru ya tradisi Lebarannya :D
ReplyDelete