Tak Selalu Sesuai Rencana Manusia
Suatu hari menjelang weekend,
saya sudah merencanakan akan menonton sebuah film keluarga yang kelihatannya
sangat menarik dan inspiratif. Itu tuh, film Indonesia “Wondeful Life” dengan
tagline “Setiap Anak Terlahir Sempurna.” Dari judul dan taglinenya saja, saya
sudah bisa membayangkan akan mendapat manfaat memahami kehidupan lebih dalam,
khususnya dunia parenting.
Rencana pun diatur, saya akan
pergi dengan si kecil Ra dan kakak Za di rumah dengan ayah. Sebenarnya, dua
kakak adik Za dan Ra sedang agak kurang sehat karena diare, tapi saya sudah
terlanjur berjanji akan datang memenuhi undangan untuk menonton film tersebut.
Saya pun meminta Ra untuk banyak istirahat dan minum obat beberapa hari sebelum
berangkat.
Rencana manusia itu tak selalu
sesuai dengan harapan ternyata. Sehari sebelum berangkat menonton, kakak Za
tiba-tiba bilang bahwa dia sudah janjian dengan teman-teman sekolahnya -di hari
yang sama saat saya mau pergi- untuk mengerjakan tugas sekolah yaitu belanja
keperluan fun cooking yang akan diadakan beberapa hari ke depan di sekolah. “Oke,
biar aku aja yang antar” kata si ayah. Oh syukurlah, pikir saya.
Tapi, ternyata masalahnya saya ini
adalah ibu yang selalu khawatir, ibu yang selalu berusaha mengontrol anaknya,
biu yang suka ngatur. Entah, mungkin saya salah (banget), tapi itu terjadi
begitu saja, hiks.
Saya begitu khawatir kakak Za
tidak bisa melaksanakan tugas sekolahnya dengan baik. Apalagi belum ada
kejelasan waktu itu, kakak Za diatanya -mau masak apa, mau belanja apa-
jawabannya tidak tahu. Saya jadi tambah panik, bingung, tak jelas arah. Di grup
sekolah kakak Za, ramai sekali para ibu berkomentar: anak saya kelompoknya sama
siapa ya, anak saya janjian dimana ya belanjanya, dan seterusnya. Biasa kan,
kalau anak mendapat tugas sekolah, biasanya orangtuanya terutama ibu yang
lumayan sibuk.
Akhirnya, saya bisa berkoordinasi
dengan ibu-ibu lain yang anaknya sekelompok dengan kakak Za. Ah, syukurlah. Saya
juga memutuskan untuk menemani kakak Za bertemu teman-teman sekolahnya untuk
berbelanja. Saya mengambil kepercayaan yang sudah saya berikan sama ayah Za. Saya
membatalkan janji dengan pengundang. Sedih sih, bukan saja karena membatalkan
janji itu akan mengecewakan orang lain. Tapi juga karena saya ingin sekali
pergi. Sebagai ibu, tentu saya butuh diingatkan terus agar makin mengasihi
anak, ya salah satunya lewat tontonan yang bagus.
Tapi..keputusan harus tetap
diambil walau dengan berat hati. Dan pada setiap hal yang kita lakukan akan
selalu ada hikmah yang bisa diambil. Saya bisa memastikan kakak Za bertemu
teman-teman dan mengerjakan tugasnya. Saya bisa silaturahim dengan orangtua
lain, yang sebulan sekali pun tidak pernah kami bertemu. Bertukar cerita dan
menjalin silaturahim adalah hal yang indah. Ternyata, si ayah juga pergi
dijemput seorang temannya entah untuk keperluan apa. Ya sudah, akhirnya weekend
saat itu kami sekeluarga keluar rumah semua dengan tujuan masing-masing.
Rencana awal pun bubar jalan.
Kenyataan tak selalu sesuai
dengan rencana manusia dan kita hanya bisa mengambil hikmah yang terselip di
baliknya. wallahua’lam.
belajar memungut hikmah :)
ReplyDeleteBener banget, Mbak... kadang nggak sesuai rencana tapi ada hikmah yang bisa didapetin... apalagi di kehidupan banyak pilihan dan harus milih T_T
ReplyDeleteiya, kalau mau semuanya didapat kan ngga mungkin
Deleteharus memilih ya mba
ReplyDeleteKadang kita lupa mengambil hikmah disetiap kejadian Mba, padahal yg kita inginkan mungkin belum tentu yg terbaik untuk kita menurut Allah :)
ReplyDeleteYa gitu deh, manusia kan hanya bisa berencana. Tapi yang jelas, rencana Allah jauh lebih baik, percayalah. Nice share teh
ReplyDelete