Sebuah Catatan
"Aku bilang, ia jahat!"
Begitu katamu suatu siang sambil terkekeh
Aku pun terperangah
Itu adalah kata-kata yang tak sopan diucapkan pada yang lebih tua
Tak ada yang bisa mengukur hati seseorang
Apakah ia sakit hati atau tidak
Aku marah dan menegurmu
Karena aku ingin kamu jadi anak yang santun
Nada suaramu menurun
Menyadarkanku akan suatu hal, tabayyun
Aku menurunkan suaraku
Malu pada buku parenting yang kubaca berlembar-lembar
Ternyata pada prakteknya tak mudah
Kutanya dengan pelan, kenapa
Karena dia usil, jawabmu
Kata-kata yang kau lontarkan padanya hanya candaan, jawabmu
Entahlah aku harus bersyukur atau bagaimana
Karena kamu tidak benar-benar mengucapkannya
Aku hanya mencoba menempatkanku menjadi dirimu
dan memberimu kata-kata bijak
yang mungkin aku sendiri belum mampu melaksanakannya
"Nak, kalau kau tak nyaman
Bilang dengan jujur alasannya
Jangan disimpan di hati
Lalu meledak di suatu hari nanti
Menjadi bom kata-kata yang menyakitkan"
***
Pagi yang sibuk
Otakku seperti disetting
Melakukan ini dan itu bergantian
Suara mesin cuci meraung
Suara api kompor mendesis
Sapu terayun membersihkan lantai yang berdebu
Suara teriakan dari kamar mengagetkanku
Arrrgh, teriakan dan amarah seperti virus yang menular
Masuk ke teling lalu menggelitik hati
untuk ikut terbakar amarah
Kembali aku teringat
Berlembar-lembar buku parenting yang aku baca
Ternyata pada prakteknya tak mudah
Aku berusaha menahan diri
Kutinggalkan mesin cuci, kompor, dan sapu
Kuhampiri ia yang terbangun diiringi teriakan
Kucoba tempatkan diri di posisinya
Mungkin ia bermimpi menyeramkan
Mungkin ia masih mengantuk
dan terbangun karena suara berisik dari dapur
Aku berkata pelan padanya
"Kenapa, nak? Apa kamu bermimpi buruk?
Bangun, shalatlah..
Berwudhu akan menyingkirkan kantukmu
Melepaskan ikatan setan yang merayumu untuk tidur kembali."
Satu kali, dua kali, tiga kali
Baru kamu bangun dan berwudhu
Kadang dengan mata masih terpejam
kadang masih dengan rasa marah
Kadang dengan tangisan
Kusodorkan segelas susu padamu
yang tak pernah kau tolak
Lalu aku meminta ijinmu
untuk menyelesaikan pekerjaanku
***
Rabb..
Kadang aku merasa lelah
menjaga titipan-Mu
Agar ia jadi anak soleh dan solehah
Kadang aku merasa lemah
dan memohon kekuatan dari-Mu
Rabb..
Mohon diberikan berjuta sabar
dan ikhlas dalam menjalani amanah ini
Tuntun selalu dalam kebenaran
Engkau sebaik-baik penjaga Ya Allah..
Begitu katamu suatu siang sambil terkekeh
Aku pun terperangah
Itu adalah kata-kata yang tak sopan diucapkan pada yang lebih tua
Tak ada yang bisa mengukur hati seseorang
Apakah ia sakit hati atau tidak
Aku marah dan menegurmu
Karena aku ingin kamu jadi anak yang santun
Nada suaramu menurun
Menyadarkanku akan suatu hal, tabayyun
Aku menurunkan suaraku
Malu pada buku parenting yang kubaca berlembar-lembar
Ternyata pada prakteknya tak mudah
Kutanya dengan pelan, kenapa
Karena dia usil, jawabmu
Kata-kata yang kau lontarkan padanya hanya candaan, jawabmu
Entahlah aku harus bersyukur atau bagaimana
Karena kamu tidak benar-benar mengucapkannya
Aku hanya mencoba menempatkanku menjadi dirimu
dan memberimu kata-kata bijak
yang mungkin aku sendiri belum mampu melaksanakannya
"Nak, kalau kau tak nyaman
Bilang dengan jujur alasannya
Jangan disimpan di hati
Lalu meledak di suatu hari nanti
Menjadi bom kata-kata yang menyakitkan"
***
Pagi yang sibuk
Otakku seperti disetting
Melakukan ini dan itu bergantian
Suara mesin cuci meraung
Suara api kompor mendesis
Sapu terayun membersihkan lantai yang berdebu
Suara teriakan dari kamar mengagetkanku
Arrrgh, teriakan dan amarah seperti virus yang menular
Masuk ke teling lalu menggelitik hati
untuk ikut terbakar amarah
Kembali aku teringat
Berlembar-lembar buku parenting yang aku baca
Ternyata pada prakteknya tak mudah
Aku berusaha menahan diri
Kutinggalkan mesin cuci, kompor, dan sapu
Kuhampiri ia yang terbangun diiringi teriakan
Kucoba tempatkan diri di posisinya
Mungkin ia bermimpi menyeramkan
Mungkin ia masih mengantuk
dan terbangun karena suara berisik dari dapur
Aku berkata pelan padanya
"Kenapa, nak? Apa kamu bermimpi buruk?
Bangun, shalatlah..
Berwudhu akan menyingkirkan kantukmu
Melepaskan ikatan setan yang merayumu untuk tidur kembali."
Satu kali, dua kali, tiga kali
Baru kamu bangun dan berwudhu
Kadang dengan mata masih terpejam
kadang masih dengan rasa marah
Kadang dengan tangisan
Kusodorkan segelas susu padamu
yang tak pernah kau tolak
Lalu aku meminta ijinmu
untuk menyelesaikan pekerjaanku
***
Rabb..
Kadang aku merasa lelah
menjaga titipan-Mu
Agar ia jadi anak soleh dan solehah
Kadang aku merasa lemah
dan memohon kekuatan dari-Mu
Rabb..
Mohon diberikan berjuta sabar
dan ikhlas dalam menjalani amanah ini
Tuntun selalu dalam kebenaran
Engkau sebaik-baik penjaga Ya Allah..
:(
ReplyDeleteAku juga kadang nggak sabar mba ngurus bocah. Ini gmn ya hiks
bagus bgt Bu
ReplyDeleteHmmmmm, apa ini teh?? Curhatan kah? Hehehe... Bisaan
ReplyDeleteAku suka ini, teh... Menyentuh sekali. :)
ReplyDelete