Hati-hati Bullying di Sekitar Kita
Suatu sore, Za
pulang main dari lapangan dekat rumah sambil menangis keras. Di belakangnya,
seorang sepupu dan teman Za bercerita dengan mata berkaca. Mereka bilang,
mereka ditendang oleh sekelompok anak. Anak-anak tersebut ingin main bola dan
meminjam bola milik sepupu Za. Namun sepupu Za menolak karena mereka hendak
pulang, hari sudah mau gelap, sebentar lagi magrib. Mungkin mereka tidak terima
dan berusaha merebut bola. Za dan sepupu serta seorang teman berusaha merebut
bola mereka kembali. Mereka sepertinya masih tidak terima dan melakukan kontak
fisik. Katanya, Za yang sudah terjatuh ditendang-tendang. Salah satu teman Za
yang juga memakai kacamata, kacamatanya terlepas saat mereka berusaha melawan,
untungya sih tidak pecah.
Setelah Za dan
teman-temannya minum air putih supaya sedikit tenang, saya keluar rumah.
Sekelompok anak-anak yang diceritakan Za dan sepupunya sudah tak ada di
lapangan. Kata sepupu Za, mereka sudah pergi. Belakangan, saya dapat informasi
kalau salah satu anak ituputus sekolah dan sudah sering membuat ulah yang
kurang baik di lingkungan.
Sepupu Za dan
temannya pamit pulang. Za naik ke atas ranjangnya, memunggungi saya, masih
menangis diam-diam. Kata sepupu Za, Za paling keras tangisannya. Hati Za emang
lembut, cenderung penurut, dan belum terlalu berani (semoga Za semakin berani,
terutama berani menyuarakan kebenaran). Ke kamar mandi saja, saya harus menunggu
dekat-dekat kamar mandi. Dulu kalau saya marahi, tidurnya jadi gelisah dan
mengigau.
simpleacts,org |
Saya biarkan Za
tenang dan menghabiskan tangisnya. Setelah tangisnya agak reda, baru deh saya ‘ceramah’.
Saya bilang, ini pengalaman berharga buat Za. Tidak semua orang di dunia ini
baik. Jadi kita harus selalu siap dengan kekecewaan dan sakit hati. Saya juga
bilang, sudah bagus Za membela diri walau tetap menangis. Membela diri itu
perlu agar kita tidak dirugikan oleh orang lain. Dan jika suatu saat terjadi
hal seperti ini lagi, teriak saja dan adukan pada orang dewasa di sekitar.
Orang dewasa seharusnya bisa lelbih bijak dan menjadi penengah jika ada 2
kelompok anak yang bertikai.
Lalu saya
ceritakan, kalau saya dulu waktu kecil pernah menjadi korban bullying. Untuk
kasus Za, semoga sih bukan bullying, hanya konflik biasa karena terjadi pada saat
itu saja. Menurut para ahli, bullying itu perilaku agresif disengaja dengan
menggunakan kekuatan dominan, dilakukan berulang-ulang dengan tujuan mengganggu
anak lain atau korban yang lebih lemah.
Saya masih ingat
betul, saat SD ada 2 anak yang selalu membuat ulah kurang baik di kelas dengan
mengganggu anak lain sampai menangis, berkata kasar, dan sebagainya. Saya pun
tak luput dari gangguannya. Suatu hari, karena tak tahan saya pun melawan.
Akibatnya, sebuah tendangan dari salah satu anak ‘istimewa’ ini mendarat di
perut saya. Rasanya sakit, tapi saya tak mau terlihat menangis. Saya menahan
air mata dan mengadu sama bapak di rumah. Karena sudah berkali-kali mendapat
perlakuan kurang menyenangkan dari anak ini, bapak pun mengadu ke guru sehingga
guru bertindak dengan memperingatkan sang anak dan orangtuanya.
Diajak bicara
seperti ini, kakak Za sedikit demi sedikit jadi lebih baik dan tangisnya
semakin tak terdengar.
Saya pikir,
orangtua dan guru perlu belajar masalah ini, karena bullying kerap terjadi di
sekolah juga (karena itu juga saya dan suami rela sedikit berpayah-payah
menyekolahkan anak di sekolah islam karena berharap anak memiliki akhlak mulia).
Menurut sebuah artikel di terapianak.com, anak (dan orang dewasa) perlu diajari
kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengenali emosi diri dan orang lain.
Anak berusaha mengenali, memahami, melabel, mengungkapkan dan mengatur emosi.
Mengabaikan pendidikan emosional pada anak beresiko menjadikan anak yang tidak
memiliki belas kasihan. “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan
pendidikan sama sekali”, begitu tulis seorang ahli.
Kalau saya sih memang udah makanan harian waktu kecil dulu memang sering kena bully.
ReplyDeletekalo liat bullying model disinetron jadi gemezz deh
ReplyDeleteDuh Sabar nya teh Nia. Faiz juga hati nya lembuuut banget. Kalau disenggol temennya gt, sedih, nangis sendiri dan mendendam sendiri
ReplyDeleteBullying memang tidak akan bisa dihindari teh, dimana saja pasti ada, hanya saja kita berusaha untuk meminimalisir agar tidak berlarut-larut.
ReplyDeleteHal paling utama adalah tentu saja diperlukan peran serta orang tua untuk mendidik anak-anaknya sebaik mungkin di rumah, dan di sekolah kita serahkan sama guru.
Ini Za yang tempo hari liat penampakan bukan ya, hehehe...
yah itulah kerasnya di dunia yang kuat melecehkan yang lemah, sebagai orang tua hendaknya kita selalu perhatikan karakter anak-anak kita, dan yang lebih penting lagi anak mendapatkan pendidikan moral oleh orang tuanya
ReplyDelete