Waspadai Makanan Rumah The Silent Killer
Assalaamualaikum teman,
Sebagai ibu rumah tangga, saya sering merasa khawatir akan kesehatan keluarga, terutama anak-anak. Kita sering dengar berita di televisi tentang jajanan anak dan makanan di luar rumah yang kurang sehat. Ada permen dengan kandungan narkoba, tempat jajan yang dikerubungi lalat, masakan catering yang terlalu banyak garam dan berminyak, dan sebagainya. Makanya saya lebih sering memasak sendiri di rumah, dengan anggapan lebih sehat dan lebih hemat.
Sebagai ibu rumah tangga, saya sering merasa khawatir akan kesehatan keluarga, terutama anak-anak. Kita sering dengar berita di televisi tentang jajanan anak dan makanan di luar rumah yang kurang sehat. Ada permen dengan kandungan narkoba, tempat jajan yang dikerubungi lalat, masakan catering yang terlalu banyak garam dan berminyak, dan sebagainya. Makanya saya lebih sering memasak sendiri di rumah, dengan anggapan lebih sehat dan lebih hemat.
Tapi, ternyata masakan rumah pun tak selamanya sehat karena bisa menjadi silent killer bagi kesehatan keluarga.
Bagaimana bisa? Ternyata banyak hal
yang membuat masakan rumah di juluki The
Sillent Killer, salah satunya dalam hal pemilihan minyak goreng. Masih ada persepsi di
masyarakat bahwa semua minyak goreng itu sama saja, padahal penggunaan minyak
goreng yang berulang-ulang dalam pengorengan itu membuat masakan rumah menjadi The Sillent Killer. Keluarga muda
sekarang cenderung memilih yang serba praktis dalam menata hidup keseharian.
Demikian juga halnya dalam hal memilih minyak goreng yang akan dipakai di
rumah. Terbatasnya waktu dan padatnya kegiatan menjadikan ibu rumah tangga
seperti saya jarang sekali memperhatikan kriteria minyak goreng yang baik untuk keluarga.
Penjelasan tentang makanan rumah yang
bisa menjadi Silent Killer ada di simposium yang saya hadiri hari Rabu, 25
Januari 2017 kemarin. Simposium bertema "Masakan Rumah, The Silent
Killer" itu diselenggarakan di Auditorium Rumah Sakit Pusat Pertamina
(RSPP) oleh Minyak Goreng Sunco dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional.
Setelah makan siang, acara dimulai dengan moderator adalah bapak M.Zulkifli
Msi.
Simposium menghadirkan beberapa
narasumber di bidang kesehatan. Narasumber pertama yang berbicara adalah Dr.
Entos Zainal, DCN, SP, MPNM yang merupakan Sekjen Persagi. Menurut beliau, gizi
sangat diperlukan pada usia awal pertumbuhan manusia. Karena jika gizi tidak
terpenuhi, maka resikonya adalah sebagai berikut.
- Gagal tumbuh, berat lahir rendah, kecil, pendek, dan kurus.
- Hambatan perkembangan kognitif terjadi, misalnya nilai sekolah dan keberhasilan pendidikan terganggu.
- Menurunkan produktivitas pada usia dewasa
- Gangguan metabolik (lemak, karbohidrat, protein) merupakan resiko utama penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa. PTM sendiri berupa diabetes type II, stroke, penyakit jantung, kanker dan lain-lain.
Gizi amat berperan dlm proses
pertumbuhan dan perkembangan otak. Zat gizi makro (energi, protein, lemak) dan
mikro (vitamin dan mineral) merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Gizi makro sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan otak. Gizi
makro berpengaruh terhadap struktur anatomi otak yang mempengaruhi sel-sel
syaraf dan sel-sel pendukung (sel Glia), juga terhadap kimia otak dan fisiologi
otak. Sumber energi karbohidrat yang dibutuhkan sebanyak 1 gr 4 kkal, protein 1
gr 4 kkal, dan lemak 1 gr 9 kkal. Sumber energi lemak sendiri berupa nabati (misal
minyak sawit) dan hewani. Hmm, ternyata minyak goreng yang kita pakai itu bisa
menjadi salah satu sumber lemak ya, sahabat Za dan Ra.
Menurut narasumber berikutnya yaitu ibu Theresia Irawati, SKM, M. Kes yang
merupakan Kasi Kemitraan Subdit advokasi dan kemitraan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI, gaya hidup kita sehari-hari
bisa mempengaruhi kesehatan loh. Penelitian mengungkap bahwa penyakit tidak
menular (PTM) disebabkan oleh hal berikut ini.
- 26,1% kurangnya aktivitas fisik
- 36,3% karena merokok (1,9% nya anak lelaki usia 10 taun lebih sudah mulai merokok)
- 93,5% usia > 10 tahun kurang konsumsi buah, sayur, serta terlalu banyak mengonsumsi gula, garam, dan lemak.
- 4,6% usia > 10 tahun minum minuman beralkohol
- 63 juta penduduk Buang Air Besar (BAB) tidak pada tempatnya.
Riset kesehatan dasar tahun 2013
menunjukkan bahwa 26,2% penduduk Indonesia mengonsumsi garam berlebih (naik
dari tahun 2009 sebanyak 24,5%) dan lemak berlebih44,7% (naik dari tahun 2009
sebanyak 12,8%). Padahal, konsumsi gula, garam dan lemak harus dibatasi dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Gula/orang/hari sebanyak 50 gr (4 sdm)
- Garam sebanyak 2000 mgr natrium/sodium 15 gr (1 sdt)
- Lemak sebanyak 67 gr (5 sdm)
PTM harus dicegah melalui Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GerMas) yang digagas oleh Kemenkes, misalnya dengan melakukan aktivitas fisik selama 30
menit sehari serta mengonsumsi buah dan sayur dalam menu sehari-hari.
Menurut Dr. Tita Prawita Sari, walaupun
tinggi konsumsi lemak merupakan salah satu penyebab PTM, namun produk seperti
minyak kelapa itu tidak berbahaya bagi kesehatan. Justru sebaliknya, minyak
kelapa baik untuk kesehatan. Yang perlu diwaspadai adalah lemak trans. Lemak
trans adalah lemak yang terbentuk dari lemak cair dibuat menjadi lemak padat
dengan penambahan atom hidrogen pada molekulnya.
Banyak restoran cepat saji menggunakan
lemak trans untuk menggoreng makanan karena minyak yang mengandung lemak trans
dapat digunakan berulang kali. Meski lemak trans dapat dimakan, namun
konsumsi lemak trans meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dengan
meningkatkan kadar lipoprotein berdensitas rendah (LDL) dan menurunkan
lipoprotein berdensitas tinggi (HDL).
Menghindari lemak trans bisa dilakukan
dengan cara:
- Mengurangi konsmsi makanan yang telah diproses
- Memilih menggunakan butter daripada margarin
- Memilih olive oil/minyak kelapa daripada minyak sayur
- Untuk menggoreng, pilih minyak kelapa/sawit daripada minyak lain
- Baca dan teliti label pada kemasan makanan
Pada dasarnya minyak diperlukan dalam gizi yang
seimbang, Lemak/minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan
jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A,D,E dan K serta menambah lezatnya
hidangan. Menurut Ibu Mulina Wijaya, Deputy
Marketing Manager Sunco, agar terhindar dari penyakit berbahaya, pastikan
jangan gunakan minyak secara berulang-ulang. Jika minyak sudah berubah warna
akibat sisa makanan, sebaiknya ganti dengan minyak yang baru. Selain itu,
hindari penggunaan suhu terlalu panas saat memasak, karena dapat membentuk
radikal bebas yang merugikan kesehatan dan merusak kandungan vitamin dalam
minyak goreng.
Mengonsumi lemak berlebih
akan menyebabkan obesitas dan penyakit degeneratif, seperti kanker, penumpukan
lemak di hati, dan yang paling populer yaitu jantung koroner. Jadi kandungan
lemak yang masuk ke dalam tubuh harus dijaga betul, menggunakan minyak goreng baik yang #DikitNempel
di makanan sangat baik untuk makanan
yang digoreng.
Memilih #MinyakGorengBaik perlu dilakukan karena
minyak goreng merupakan salah satu sumber lemak. Minyak goreng yang baik bisa
dilihat dari ciri-ciri berikut:
- Warnanya bening. Perubahan warna pada minyak goreng adalah salah satu tanda minyak mulai mengalami kerusakan / oksidasi. Menghindari penggunaan minyak goreng yang sudah rusak dapat membantu menghindari resiko penyakit kanker
- Memiliki tingkat kekentalan yang menyerupai air (lebih encer). Minyak goreng yang lebih encer membuat minyak yang menempel di makanan menjadi lebih sedikit, otomatis lebih sedikit juga minyak yang terkonsumsi
- tidak mudah beku, yang berarti mempunyai kandungan lemak jenuh yang lebih sedikit.
- Jika diminum, tidak ada rasa atau menyebabkan gatal. Kita bisa membuktikannya dengan tes organoleptic, yaitu dengan cara mengecap sejumlah minyak goreng (kira-kira 1 sendok). Jika tanpa ada rasa atau rasanya seperti air, itu adalah salah satu juga tanda #MinyakGorengBaik
Suatu kenyataan konsumsi minyak goreng sudah menjadi
kebiasaan dan kebutuhan umum untuk menggoreng dan meningkatkan kelezatan
makanan, misalnya untuk membuat gorengan, sambal, tumisan, salad, dan
lain-lain. Meskipun demikian, ibu-ibu rumah tangga harus pandai dan punya
informasi yang jelas untuk memilih minyak goreng yang baik untuk kesehatan
keluarga dan jangan lebih mementingkan harga murah saja tapi harus memilih
minyak goreng baik.
Minyak goreng Sunco bisa menjadi pilihan tepat bagi kita sebagai ibu rumah tangga yang juga koki keluarga untuk digunakan di rumah. Minyak Sunco memenuhi kriteria #MinyakGorengBaik dengan keempat ciri yang disebutkan di atas.
Kesegaran yang terus dijaga dari
kelapa sawit itu adalah adalah parameter SunCo dalam proses produksi.
Pengolahan dimulai tidak lebih dari 24 jam setelah buah sawit dipetik dari
pohonnya. Dengan Buah Kelapa Sawit segar yang langsung diolah, membuat
SunCo menjadi minyak goreng dengan minyak jenuh terendah dibanding minyak yang
lainnya. Oleh karena itu, minyak goreng SunCo tidak mudah beku dan meminimalkan
peningkatan kolesterol. Test Dilakukan di Climacell (alat pendingin) dengan
suhu 2 ºC dengan waktu 1 jam 41 menit 36 detik, terbukti SunCo tidak mudah beku
dibanding Minyak Goreng ber-merk lainnya.
Warna minyak Sunco yang lebih bening
karena melalui 5 tahapan yakni 3 kali proses penyaringan dan 2 kali proses
pemurnian. Semakin bening minyak goreng maka saat digunakan untuk menggoreng,
minyak tidak cepat menjadi hitam / teroksidasi, sehingga meminimalkan resiko
timbulnya kanker pada tubuh manusia.
SunCo
adalah minyak goreng pertama dengan For tifikasi Vitamin A dari Jerman, dimana
Vitamin A tidak hilang pada waktu dipanaskan. Ini bisa dibuktikan dengan alat
uji (teknologi dari Jerman). Vitamin A dalam minyak goreng SunCo mengandung
nutrisi penting bagi tubuh, yang berfungsi meningkatkan imunitas tubuh sehingga
mencegah terkena penyakit. Tidak heran, pada Januari 2012 SunCo menerima
penghargaan Peduli Gizi 2012
Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Goreng sebagai “Produk minyak goreng bebas
lemak trans, mengandung 57% asam lemak tidak jenuh dan difortifikasi vitamin A
30% AKG”.
Oh ya, dalam simposium juga ada demo masak, kegiatan
yang memang diminati ibu-ibu seperti saya. Sunco berbagi salah satu resep
berbahan dasar minyak goreng Sunco, yaitu resep Mayonaise ala Sunco.
Bahan-bahan:
·
500 cc minyak goreng SunCo
·
1 sdt garam halus
·
2 sdm susu kental manis
·
2 sdm gula pasir
·
3 kuning telur ayam
·
1 sdm cuka dapur
·
2 sdm sari jeruk nipis
Cara membuat:
1.
Kocok kuning telur, garam, dan gula pasir, dengan
mixer kecepatan 2
2. Ambil 200 cc minyak goreng SUnCo, tambahkan secara
bertahap 1 sdm sampai terbentuk campuran yang halus dan menebal kental.
3. Masukkan sedikit-sedikit cuka sampai habis, sari
jeruk dan susu kental. Lalu tambahkan secara bertahap lagi sisa minyak 300 cc.
Setiap penambahan masing-masing 2 sdm.
4.
Kocok terus sampai berbentuk mayonnaise yang halus.
5. Sisihkan dan siap dipakai. Oh ya, untuk membuat
salad sayuran, pada mayonnaise bisa ditambahkan1 sdt merica bubuk serta 2 helai
daun bawang yang diiris halus sebelum pengocokkan.
Memilih
minyak goreng yang baik itu berbanding lurus dengan pilihan untuk hidup
sehat. Generasi yang sehat berawal dari makanan, begitu kata orang bijak.
Jadi, jangan salah pilih minyak goreng ya, sahabat! Kunjungi website Sunco dan fanspage Sunco
untuk informasi yang lebih lengkap.
pakai minyak zaitun aja mbak, ternyata simposium ini khusus tentnag memilih minyak goreng ya, kalau dipikir2 iya juga. kaka saya tuh m asih kebiasan, siap menggoreng, minyaknya dipakai lagi buat menggoreng yg lain, namanya minyak jelantah
ReplyDeleteMba Kania, awalnya ragu juga apa benar masakan rumah bisa jadi silent killer? Teryata alasannya tepa banget. JAdi waspada nih mba. Makasih sudah berbagi
ReplyDeleteDilema bgt emang kalau minyak goreng dipake sekali atau dua kali itu, padahal mah udh ga bagus
ReplyDeleteAku juga pake sunco. Makasih nih artikelnya, nambah ilmu banget. Harus lebih hemat biar 2 kali pake udah buang deh :)
ReplyDeleteSuka Sunco dari dulu ..
ReplyDeleteMinyak yang paling rekomen ya pake minyak olive tapi mehong banget :D Saya sesekali nggoreng pake Olive Oil mbak.
asyik acaranya dan banyak manfaatnya
ReplyDeleteThx for sharing mba,,aku pernah nyobain minum sunco dan ternyata ga lebgket lo di tenggorokan.
ReplyDeleteLangsung pilih Sunco aku MBak,
ReplyDeleteseneng bisa dateng ke acara kemarin. dapat tambahan ilmu tetnang minyak goreng yg sehat :)
ReplyDeleteJadi semakin encer minyak, semakin baik ya karena kemungkinan minyak yang nempel di makanan lebih sedikit. Wah pantas minyak goreng kiloan kental-kental semua, malah semakin lama didiamkan semakin kental :D
ReplyDeleteiya terkadang kita menganggap remeh meski hanya urusan minyak goreng padahal hal itu sangat penting apalagi buat kesehatan. makasih sharingnya mbak.
ReplyDeleteanggiputri.com
Minyak yang dipakai untuk menggoreng berkali kali ternyata memang nggak baik ya. Niatnya hemat malah berujung sakit.
ReplyDeleteTerima kasih banyak sudah sharing soal ini ya mba. Duuu ... makanan rumahan aja bisa jadi silent killer lho ternyata.
Aku mulai akhir tahun 2016 kemarin mulai rajin masak sendiri, Mbak. Lebih ribet dan makan waktu sih, apalagi kalo rasa masakan yang dibuat agak failed, rasanya pengen beli ayam goreng di depan gang kost aja. Huhu. Tapi kalo beli, aku gak bisa jamin minyak gorengnya masih bagus, mending ribet sebentar tapi ngefek buat kesehatan jangka panjang. Thanks sharingnya Mbak :)
ReplyDeleteSkrg tiap hari ngga pwrnah alpa dari namanya minyak goreng. Harus bner2 jeli milih bahan masak ya, Mbak.
ReplyDeleteSebagai orang yang sering masak, jadi nambah ilmu banget ya dari SunCo dan para narasumber :)
ReplyDeleteWah ini symposium sekaligus promosi, hehehe
ReplyDeleteKadang-kadang aja untuk menggoreng mbak, lebih prefer ke masakan rebusan. hidup sehaaaattt!!1
ReplyDeleteSee me on nopipon(dot)com