Kelebihan Anak Pertama
“Mi, aku nggak
mau jadi anak pertama…”
Deg. Jantung
saya sesaat seperti berhenti mendengar kakak Za bilang demikian. Tak
benar-benar berhenti, hanya kiasan untuk menggambarkan kalau saya kaget.
Berarti ada sesuatu yang membuat kakak Za bilang demikian.
“Mengapa begitu,
memangnya ingin jadi anak keberapa?” Tanya saya berusaha memancing alasan yang
melatari timbulnya pernyataan kakak Za.
“Maunya jadi
anak kedua, atau yang di tengah-tengah.” Jawab Za sambil tertawa.
Saya langsung
sedih, karena merasa jadi ibu yang tak sempurna. Saya langsung ingat kalau saya
suka beberapa kali memarahi kakak Za karena ia membuat adiknya menangis.
Padahal sih kadang-kadang adik Ra yang memulai pertengkaran. Dicolek dikit sama
kakaknya, Ra marah dan memukul atau menangis.
“Tapi kan anak
pertama itu anak yang dinanti-nanti kak..” Saya berusaha memberikan kata-kata
yang menenangkan, yang bisa membuat kegundahan kakak Za berkurang. Dan
mendengar kata-kata saya demikian, kakak Za diam sambil meneruskan mainnya.
Ya, memang benar.
Anak pertama itu biasanya anak yang dinanti-nanti orangtuanya dalam sebuah
keluarga. Saat anak pertama datang ke dunia, semua orang begitu bahagia
menyambutnya. Tak hanya orangtua, namun juga kakek nenek dan semua keluarga
besar. Saat kakak Za lahir, bukan hanya keluarga besar yang datang, tapi
tetangga kiri kanan di kampung orangtua saya juga ikut menjenguk.
Anak pertama
juga biasanya memiliki jiwa penyayang terhadap adik-adiknya. Perasaan itu
timbul secara alami mengingat adik adalah saudara yang lebih kecil dan perlu
dilindungi. Walaupun kakak Za suka usil sama Ra, tak jarang juga beberapa kali
saya lihat ia mengelus kepala adiknya. Duuh, antara terharu dan geli.
Keuntungan lain
dari anak pertama adalah memulai semuanya duluan. Misalnya saja, sekolah
duluan, yang kadang-kadang membuat sang adik iri karena ingin pergi sekolah
juga. Kakak yang duluan punya barang-barang bagus seperti baju, sepatu, dan
yang lainnya, membuat adik hanya bisa menerima lungsuran barang-barang kakak
(Alhamdulillah sih, lungsuran bisa membuat ibu berhemat hehe). Hmm, tapi untuk
urusan nikah, bisa jadi adik duluan nih karena adiknya Za perempuan. Ngga
ding, saya ngga tau kalau urusan nikah mah, karena itu rahasia Allah. Lagian, anak
baru 9 dan tahun kok udah bicara nikah! ><
Ah, pokoknya,
kakak Za jangan sedih lagi. Anak pertama dan kedua, umi sayang keduanya. Doakan
umi selalu adil pada kalian berdua!
Hihihi, iya ya. Anak pertama memang sesuatu. Dulu apapun aku pantengin mbak. Sekarang beda sama yg kedua :)
ReplyDeleteSama mbak.. Anak sulung ku gitu juga. Alasannya anak pertama selalu disuruh ngalah sama adeknya..☺
ReplyDeleteI feel you kaka Za, sebagai anak pertama dulu eprnha nyesel bgt jadi anak pertama he he he he
ReplyDelete