Saat Hal Kecil Begitu Berharga
"Kak, bangun..bangun..!"
Rutinitas pagi hari selalu membuat saya sedikit kalang kabut. Selain menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membangunkan Za dan Ra yang akan berangkat sekolah juga menjadi salah satu tantangannya.
Za membuka mata. Seperti biasa, saya sodorkan segelas susu padanya agar dia mau bangun untuk wudhu. Urusan adiknya nanti deh, karena sekolahnya lebih dekat. Setelah beberapa kali meminta kakak Za bangun, akhirnya ia mau berdiri dan pergi wudhu. Saya menyuruhnya bergegas makan dan mandi, karena mobil jemputan sekolahnya selalu datang pagi sekali.
Hari itu hari spesial buat kakak Za karena ia mau class performance, tampil di depan para orangtua membuka class performance dengan membaca Surat Alburuj. Tema kostumnya pakaian adat dan kakak Za memakai kostum adat sunda. Selagi saya pakaikan kain sarungnya, eh mobil jemputannya keburu datang deh. Duuh, sampe gemeteran karena panik, akhirnya saya minta kakak Za pergi sekolah dan minta bu guru nanti membetulkan ikatan kainnya yang masih belum kencang.
Kakak Za berangkat, giliran adik Ra yang harus disiapkan. Untung keperluan fun cooking nya sudah disiapkan dari kemarin. Ra dimandikan, disuapi, dan diantar ke sekolah. Lalu saya melaju ke sekolahnya kakak Za untuk melihatnya tampil. Pulang dari sekolah kakak Za, ada email-email yang harus dibalas, sampe lemes, ga sempat makan siang dan menjelang jam 3 sore baru dapat 'hidayah' buat makan siang. Itupun sambil ga tenang karena memikirkan ide untuk satu PR tulisan.
Haduuh, saya teh siapa kok rasanya sibuk bener ya. Ibu-ibu mah udah lah ngurus keluarga aja. Ehem, iya sih dengan ngurus keluarga dengan ikhlas sudah cukup untuk mendapatkan surga-Nya, itu juga kalau dapat. Tapi, ga salah juga kan jika saya memanfatatkan waktu saya untuk menggeluti minat saya dalam menulis, asalkan hal itu tidak mengganggu tugas utama saya sebagai ibu rumah tangga.
Cape? Iya sih memang, tapi saya merasa waktu saya bermanfaat dan dapat digunakan dengan maksimal. Tidak ada yang sia-sia, insyaallah. Tidak ada waktu untuk berkeluh kesah. Bahkan, menulis bisa menyalurkan energi negatif saya ke dalam kegiatan yang positif.
Lelah itu terbayar saat penampilan kakak Za lancar. Lelah itu berkurang saat adik Za pulang dengan senyum lebar sambil membawa hasil masakannya berupa jus jeruk dan donat mini, lalu menawarkannya sama saya untuk dicicipi. Lelah itu terbayar saat tugas-tugas satu demi satu selesai. Lelah itu berkurang saat tetiba sore harinya pada hari itu saya mendapat surat cinta plus bingkisan dari sebuah platform dimana saya beberapa kali pernah bekerjasama.
"Dear Kanianingsih,
Lewat review produk makanan dan produk untuk tumbuh kembang anak, kamu sudah berbagi cerita pengalaman kamu ke banyak pembaca yukcoba.in di tahun 2016. Kami berharap kamu bisa terus berbagi cerita dengan lebih banyak pembaca yukcoba.in di tahun ini.Ini tanda terima kasih dari kami untuk menemani kamu yang sibuk mengurus rumah tangga & si buah hati, sambil tetap menyempatkan berbagi cerita di yukcoba.inWith love,Tim Yukcoba.in "
Surat cinta yang manis, datang di saat yang tepat. Tauuu aja hari itu luar biasa. Setiap hari bagi ibu-ibu paati luar biasa ya. Menyiapkan keperluan keluarga kadang mengorbankan keinginan dan kebutuhan pribadi. Dan hal-hal kecil seperti senyuman anak serta pertolongan kecil dari anggota keluarga lain, begitu berharga. Jadi, mari kita hargai hal-hal kecil di sekitar kita. Karena kita tak pernah tahu hal kecil itu akan sangat berharga buat orang lain bahkan buat diri kita sendiri.
Semoga lelahnya menjadi Lillah ya, Mbak Nia. Aamiin :)
ReplyDeleteBener deh, lelahnya kalo kayak gitu langsung bablas yo Mbak :) dan surat cintanya.. bikin mupeng mbak :)
ReplyDeletejadi terharu ......
ReplyDeletesemangat bunda, untuk terus membimbing generasi penerus bangsa dan agama !