Petualangan Za & Ra

Duluuu banget, saya suka menulis fiksi. Saya suka mengungkapkan pemikiran lewat sebuah cerita. Ya, dulu. Sekarang, saya menulis sesuai kata hati saja. Ah, bilang saja malas, katanya mau jadi penulis buku. Hehe, mungkin itu juga. Menulis buku butuh focus dan focus saya kemana-mana, ngurus anak dan rumah yang berantakan. Jadi, nulisnya yang membuat h appy aja deh.

Kedua anak saya, Za dan Ra, masih bersekolah di Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak. Tapi, yang namanya orangtua, selalu memikirkan hal yang terbaik untuk masa depan anak. Saya mulai memikirkan akan dimana nanti Za dan Ra menempuh pendidikan menengah dan perkuliahan. Ternyata, bukan saya saja yang berfikir demikian. Sebagian besar orangtua pasti demikian. Bahkan, ada yang sampai berfikir, nanti anak menikahnya sama siapa ya. Duh, kejauhan sih itu mikirnya ya. Karena urusan jodoh mah rahasia Allah SWT. Tapi kalau urusan pendidikan bisa direncanakan dari sekarang sesuai minat dan kemampuan anak. Banyak orang berfikir kalau menempuh pendidikan di Jurusan Teknik itu keren. Ambil salah satu contohnya, yaitu Jurusan Teknik Informatika.

Assalaamualaikum… Hari kamis kemarin, saya menemani Ra mengikuti kegiatan field trip daei sekolahnya ke Taman Wisata Matahari. Baru kali ini saya berkunjung ke sini. Jadi, cukup membuat penasaran. Walau sedang agak batuk pilek, saya berusaha mengumpulkan semangat untuk menemani adik Ra. Berangkat sekitar jam setengah tujuh dari Bintaro, rombongan bus sekolah Ra sampai di Taman Wisata Matahari sekitar jam 9 pagi. Taman ini terletak di Jalan Raya Puncak, Bogor dan merupakan tempat rekreasi keluarga yang mempunyai moto “ Recreational and educational Park ”. Tiket masuknya sebesar 25 ribu rupiah setiap orang, sudah termasuk gratis beberapa permainan seperti dan diskon 10% makan di Restoran Sunda Express.

Hari Sabtu lalu, saya mengajak Za dan Ra mengikuti Ta’lim Anak di Musholla Al Ikhlas, Puri Bintaro, Tangerang Selatan. Acara ini memang digelar secara rutin. Kali ini temanya tentang praktek shalat yang dipandu oleh Ustadz Agus Salim. Shalat menurut bahasa adalah doa, karena memang di dalam shalat banyak sekali doa0doa yang kita panjatkan pada Sang Pencipta. So, shalat harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh supaya doa kita juga sampai pada-Nya. Cara melakukannya pun harus benar. Oleh karena itu, anak harus diajarkan melakukan shalat dengan benar sejak dini agar menjadi kebiasaan yang baik.

Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, karena nutrisi yang terkandung di dalamnya sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir. Oleh karena itu, World Health Organization (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk bayi selama 6 bulan dan selanjutnya ASI dan MPASI sampai 2 tahun. Jauh sebelum WHO, Allah SWT dalam Alquran sudah menganjurkan para ibu untuk menyusui anaknya.

“Kakak lebih pinter dong!” Begitu ledek Za kalau saya sedang mengajari adik Ra membaca huruf atau berhitung. Saya yakin ia Cuma bercanda, mengerjai adiknya. Tapi walau begitu, kadang-kadang berhasil menyulut emosi adik Ra, sehingga ia marah atau menangis. “Kakak, tak boleh gitu dong. Kakak kan lebih tua, sudah belajar lebih dulu , makanya lebih pintar. Lagipula, setiap orang pintarnya beda-beda. Tidak ada yang bodoh. Ada yang pintarnya baca Alquran, ada juga yang pintarnya matematika. Ada yang pintar hal lainnya.” Saya berusaha memberi pengertian sama kakak Za. “Oh iya ya..” Kakak Za terlihat berfikir dan mencerna kata-kata saya. Lalu ia cerita tentang teman-temannya di kelas yang kepintarannya di macam-macam bidang.

Jalan-jalan ke suatu daerah, sudah pasti pulangnya ingin membawa oleh-oleh. Untuk keluarga, teman, atau tetangga. Walaupun bukan suatu keharusan membawa oleh-oleh sepulang dari perjalanan, kita seringkali punya perasaan tidak enak hati sama orang yang minta dibawakan oleh-oleh. Kadang-kadang, membawa oleh-oleh juga sebagai bukti kalau kita pernah mengunjungi daerah tersebut. Minimal, pernak-pernik berukuran kecil atau makanan khas yang terjangkau harganya, kita bawa pulang sebagai oleh-oleh.