Ngabuburit di Masjid At Tin Jakarta
Ngabuburit adalah istilah yang kita
kenal untuk berbagai kegiatan yang dilakukan selama menunggu waktu berbuka
puasa. Dulu saat masih kecil, saya sering diajak teman untuk ngabuburit dengan
jalan-jalan keliling kampung. Tujuannya sih selain menunggu waktu berbuka, ada
juga yang hendak cari pacar, ups. Soalnya tak jarang ketika jalan-jalan itu
muda mudi saling bertemu dan saling suka. Hmm, terus puasanya bagaimana tuh
kalau tidak jaga hati, hehe?
Seiring bergulirnya waktu, saya lebih
suka ngabuburit di rumah saja bersama keluarga sambil menonton acar televisi,
baca Alquran atau baca buku, serta membantu ibu menyiapkan menu berbuka. Saat ini,
Za dan Ra lagi belajar berpuasa. Alhamdulillah kakak Za sudah mampu berpuasa
sampai Maghrib, sebaliknya adik Ra puasanya setengah hari atau sesuai
kemampuannya saja. Kami banyak menghabiskan waktu ngabuburit di rumah saja
dengan membaca, nonton dan menyiapkan menu berbuka.
Tapi hari Minggu kemarin, kami pergi
ke luar rumah untuk mengantar kakak Za yang hendak menjalani Pesantren Alquran
Ramadhan di Daarul Hasanah, Bogor. Pagi-pagi sekali selepas Subuh kami sudah
ada di jalanan menuju Masjid At Tin, Jakarta, tempat meeting point untuk peserta pesantren yang akan berangkat ke Bogor.
Saya tak lupa membawa bekal secukupnya sebagai antisipasi jika harus ngabuburit
di Masjid At Tin atau berbuka di jalan.
Benar saja, kakak Za tidak langsung
berangkat ke Bogor. Ada hal-hal yang harus disiapkan sebelum semua peserta siap
berangkat. Jadi kami menggunakan kesempatan saat itu untuk ngabuburit di Masjid
At Tin.
Ini adalah kali pertama saya menginjakkan
kaki di Masjid At Tin. Sebelumnya hanya lewat saja dan melihat bangunan megah masjid
dari luar. Masjid yang ada di area Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ini mulai dibangun pada April 1997 dan selesai pada tahun 1999 lalu dibuka secara umum
pada tanggal 26 November 1999. Masjid
ini menempati area tanah seluas 70.000
meter persegi dengan kapatas sekitar 9.000 orang di dalam masjid dan 1.850
orang di selasar tertutup dan plaza.
Sambil
menunggu peserta yang lain datang, saya duduk di dekat pohon kurma di depan masjid.
Di sekeliling pohon itu ada ubin yang bisa kita duduki sambal membaca Alquran,
buku, atau sekedar melepas lelah saat berpuasa. Ternyata itu bukan satu-satunya
pohon karena ada beberapa pohon kurma lainnya yang berdiri di sekitar itu dalam
jarak tertentu.
Za dan
Ra berlarian kesana kemari. Rasa haus dan lapar mereka lupakan sementara karena
antusias mendapati area yang luas di depan masjid untuk bermain. Kadang mereka
berlari menghampiri burung yang mencari makanan di halaman masjid. Kadang mereka
berlari ke arah tempat wudhu yang tersebar di depan masjid. Kadang juga mereka
mengejar kucing yang lewat di halaman masjid. Menunggu bukan lagi momen yang
meresahkan buat mereka karena ada sarana untuk bermain dan belajar.
Oh ya, mengunjungi masjid megah tak lengkap jika
tidak mengetahui sejarahnya. Menurut Wikipedia, nama Mesjid At Tiin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang
diterima oleh Nabi Muhammad SAW,
atau surah ke-95 dalam urutan penulisan Al Qur‘an. Nama surat itu adalah At Tin
yang berarti sejenis buah yang sangat manis, lezat, dan penuh gizi. Buah ini
dipercayai mempunyai manfaat yang banyak, baik sebelum matang maupun
sesudahnya.
Selain
terinspirasi dari surat Al Qur‘an, pemberian nama At Tin juga merupakan upaya
untuk mengenang jasa istri mantan Presiden Soeharto
yaitu Ibu Tien atau Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Pendirian
Masjid At-Tin sejak awal merupakan usaha keturunan Presiden Soeharto untuk
mengenang ibu dan nenek mereka dibawah Yayasan Ibu Tien Soeharto yang merupakan
yayasan milik keturunan Ibu Tien Soeharto.
Arsitek masjid ini adalah Fauzan Noe'man dan Ahmad
Noe'man. Gaya arsitektur masjid ini berusaha menonjolkan lekukan bentuk anak
panah pada dinding di hampir semua sudut dan ornamen yang menghiasinya. Lekukan
anak panah terlihat secara jelas pada bagian muka masjid dari arah pintu masuk.
Bentuk anak panah tersebut memiliki makna agar umat manusia tidak pernah
berhenti mensyukuri nikmat Allah.
Masjid At Tin memiliki berbagai
fasilitas pendukung seperti warung makan, ruang rekreasi, ruang internet,
perpustakaan, rumah dinas Imam Besar, mess muazin, rumah penjaga, ruang
kegiatan, ruang kelas, dan lahan parkir yang dapat menampung 100 sepeda motor,
8 bus, dan 350 mobil. Masjid At Tin juga sering menyelenggarakan kegiatan
seperti diskusi tema khutbah sebelum salat jumat, kuliah Ahad Duha yang berbentuk
ceramah dan diskusi, pengajian tafsir Al-qur‘an setiap Minggu pagi, pengajian
karyawan, seminar keagaman, tablig akbar, dan peringatan hari besar Islam.
Pada saat kami kesana pun sedang
berlangsung acara pengajian pagi. Namun karena saya sedang mempersiapkan kakak
Za, jadi tidak bisa benar-benar mendengarkan kajian. Beberapa hari ke depan kami
akan mengunjungi masjid At Tin lagi untuk menjemput kakak Za. Sampai jumpa lagi di
sana…
Asiknya, aku belum pernah sampai ana Mbak. Jauh :)
ReplyDeleteRa cantik banget pakai hijab. AKu sudah pernah ke Masjid At-Tin teh, tempatnya asyik buat anak lelarian
ReplyDeleteSaya pernah sekali sholat disini sekitar tahun 2000an, Masjid nya memang bagus, adem dan bersih... Sekarang belum pernah kesitu lagi nih
ReplyDelete