Tiga Kelakuan Anak Ini Mengingatkan Saya Akan Perjuangan Ibu
Menjadi ibu itu
adalah cita-cita setiap wanita yang sudah menikah. Namun menjadi ibu juga tidak
mudah karena anak-anak yang lahir sebagai titipan Allah SWT, harus dijaga dan
dididik. Setelah memiliki anak, saya kadang suka berfikir. Oh ternyata begini rasanya
jadi ibu, mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik anak-anak. Pekerjaan
yang tidak mudah, tapi ibu kita selalu ada untuk kita anak-anaknya dalam
kondisi apapun.
Merebahkan Kepala di Paha Ibu
“Mi, mual…” Kata
adik Ra sambil menyandarkan kepalanya di paha saya. Ya, setiap kali naik mobil
baik perjalanan dekat maupun jauh, adik Ra selalu merasa mual. Padahal sih dia tidak muntah. Kemarin, saat di
perjalanan menuju rumah kakek dan neneknya di sebuah kota kecil di Jawa Barat
dan saat pulang lagi ke daerah Tangerang, adik Ra hanya tiduran di mobil sambil
merebahkan kepalanya di paha saya.
Tak hanya saat
di perjalanan saja, di rumah pun saat saya ingin menikmati me time dengan selonjoran di lantai sambil menonton televisi atau
menikmati secangkir kopi atau sambil membaca buku, adik Ra mengambil kesempatan
itu untuk merebahkan kepalanya di paha saya.
Ingin saya
berkata, “Nak, umi minta waktunya untuk istirahat karena umi jadi tidak leluasa
bergerak”. Tapi kadang-kadang saya menahan diri mengingat inilah waktu bagi
adik Ra bermanja-manja sama saya ibunya. Inilah waktu bagi adik Ra dan saya
menjalin ikatan. Inilah waktu yang baik bagi saya jika ingin memberikan sugesti
positif pada adik Ra, saat suasana santai dan tanpa beban.
Saya juga jadi
teringat, waktu saya kecil, saya seriiiing banget mengganggu ibu saya dengan
menyandarkan kepala saya di paha ibu. Begitu ibu berbaring karena ingin istirahat
siang, saya langsung ikut berbaring dan menyandarkan kepala saya di pahanya
yang gemuk. Padahal siapa yang tahu kalau ibu sedang kecapean. Ia bangun dini
hari untuk menyiapkan kebutuhan keluarga, pergi ke pasar lalu melayani pembeli
di warung sepanjang hari. Begitu juga ketika menaiki mobil di perjalanan, saya
tak tahan untuk berbaring di pangkuan ibu karena merasa mual. Persis! Kelakuan
adik Ra ini persis banget saya waktu kecil ke ibu.
Entahlah,
berbaring di paha ibu dan merasakan hangat tubuhnya terasa nyaman dan
terlindungi. Itu yang saya rasakan saat kecil. Mungkin hal ini juga yang
dirasakan adik Ra saat ‘nempel’ ke saya. Jadi, saya biarkan adik Ra memuaskan
rasa nyamannya. Karena ibu, saya belajar untuk tetap memberikan hak anak
walaupun lelah seringkali mendera. Seperti ibu, saya juga melakukan semua tugas
rumah tangga sendirian tanpa asisten rumah tangga, serta sedikit membantu
keuangan keluarga. Kalau ibu berjualan apa saja di warungnya, sedangkan saya
menulis di berbagai media seperti blog dan buku.
me & mom |
Susah Makan
Saya ingat,
waktu kecil saya ini termasuk susah makan. Kalau makan, nasinya sedikit sekali,
sehingga membuat ibu saya gemas. Semua ibu tentunya ingin anaknya makan dengan
lahap supaya sehat. Padahal beliau sudah masak menu kesukaan saya. Salah satu
menu kesukaan saya adalah sayur kacang merah buatan ibu. Saya bisa nambah kalau
makan nasi dengan sayur kacang merah buatan ibu.
Eh ternyata adik
Ra juga demikian, makannya termasuk yang suka pilih-pilih, berbeda dengan kakak
Za yang apapun dimakan dengan lahap. Apa mungkin karena anak perempuan ya,
lebih moody? Saya suka dibuat gemas
kalau adik Ra hanya mau makan beberapa suap saja. Tapi syukurlah, adik Ra tidak
selalu minta yang mahal. Dia suka sekali walau makan nasi dan telur ceplok
dengan diguyur saus kecap. Bahkan kadang-kadang ia minta tambah telur ceploknya
dan saus kecapnya.
Persis! Kelakuannya
ini mirip dengan saya saat kecil. Saya sangat suka sekali makan nasi dengan
telor ceplok diguyur saus kecap. Saya jadi ingat ibu yang sering menyuapi saya
dan kedua kakak serta seorang adik saya di pagi hari saat mau berangkat ke
sekolah, sambil beliau melayani pembeli di warungnya. Satu persatu kami
disuapinya, supaya kami berangkat ke sekolah dengan perut kenyang dan bisa
konsentrasi belajar.
Seringkali ada
sisa sayur atau lauk hari itu, sayang sekali jika tidak dihabiskan karena akan
basi esok harinya. Nah, biasanya selepas Isya, ibu akan membawa mangkuk isi
sayur atau lauk tersebut dan menawarkannya pada saya. Saya yang malas makan,
akhirnya ibu suapi. Saya masih ingat, itu dilakukan ibu sampai saya besar,
sampai kira-kira SMA kali ya. Waduh, ampun deh ya, saking malasnya makan atau
memanfaatkan makanan yang ada, ibu sampai menyuapi saya.
Karena ibu, saya
jadi belajar untuk kreatif memberikan menu makan pada anak agar mereka mau
makan, serta menghargai makanan yang ada.
Ngeyel Dengan Pilihan Sendiri
Adik Ra ini
sudah mulai punya pilihan sendiri. Misalnya saja, saat main di rumah, inginnya
pakai baju yang agak bagusan. Eh, giliran mau ke acara yang lebih formal,
maunya pakai baju main. Kalau saya bujuk, ia akhirnya menuruti apa yang saya katakana
tetapi dengan muka yang cemberut.
Persis! Saya juga
suka ngeyel dengan pilihan sendiri, terutama saat menjelang remaja. Ibu saya
ingin saya berpenampilan baik karena saya anak gadis satu-satunya. Kalau saya punya
barang yang sudah rusak, sudah, tidak usah dipakai. Tapi dasar saya, suka
memakai barang sampai belel saking cintanya pada barang tersebut.
Atau, ibu ingin
saya sedikit memakai bedak kalaupun di rumah karena muka saya yang berminyak
cepat sekali mengilat. Ibu suka gemas kalau saya cuek banget dengan penampilan
walau di rumah. Dan saya seperti tak mempedulikan omongan ibu, cuek bebek aja. Namun
karena sekarang sudah bersuami, mau tak mau ya harus menjaga penampilan dan belajar
berdandan.
Karena ibu, saya
belajar menerima apa adanya anak dan tidak memaksakan kehendak saat menghadapi
adik Ra. Biar saja selama masih wajar. Karena dari pengalaman yang didapat,
anak bisa belajar sendiri. Pada akhirnya ibunya akan selalu jadi tempat anak
bertanya. Walaupun kesannya cuek, anak sebenarnya mendengar dan menyerap
perkataan orangtuanya.
Nah, bagaimana
dengan anda? Ada tidak tingkah anak atau tingkah anda sendiri yang menyadarkan
anda betapa jadi ibu itu butuh perjuangan mengelola emosi dan tenaga? Walaupun tak
mudah, semoga semua ibu bisa menjalaninya dengan penuh cinta. Karena semua hal
yang dilakukan dengan cinta, insyaallah akan menjadi ringan dilakukan. Semoga.
Hahahah sukanya ngeyel kyknya sama dengan saya sifatnya mbak
ReplyDeletesaya juga :D
DeleteCerita tentang ibu emang ngga akan ada habisnya ya mbak . Terlalu banyak sampe ngga bisa diungkapin kata-kata :)
ReplyDeleteSalam kenal
Diah
www.diahestika.com
salam kenal juga
DeleteHi..hi, soal susah di dandanin.. ini nurun ke anakku juga mba. Alya.
ReplyDeleteSampe sekarang nggak pernah mau dikasih asesoris rambut, susah pke rok (sukanya kaos+celana). Perhiasan, anting aja..
Dan tak pikir2.. itu nurun ibunya. Dulu saya kecil pernah ngambek, lebaran di suruh pake kalung..dan nggak mau.
Alya udah punya pilihan sendiri ya :)
Deletekebiasaan aku denagn ibuku selalu tidru di perut ibuku dan mendengarkan suara yg ada di perutnya itu bikin nyaman banget
ReplyDeleteiya, nyamaaaaan banget
DeleteDan skrg kita ngerasain apa yg kita lakukan dulu waktu kecil ya mbk. Jd ibu mmg sesuatu. Dan terutama berkali kali bikin sadar gmn perjuangan ibu kita waktu ngedidik kita dlu ya mbk.
ReplyDeleteiyaaaa :)
DeleteKalau kata mamah saya, dulu saya kalau belum diajak keliling 7 gang belum habis makanannya hehehe. Saya juga termausk yang susah makan. Entah sejak kapan akhirnya jadi suka makan :D
ReplyDeletehehe harus sambil main ya makannya ..
DeleteDuh, kemarin abis ngusir jav wkt tiduran di paha saya, hiks...
ReplyDeleteemang kadang kita pengen me time juga ya, hehe
DeleteKebiasaan si kecilku adalah minta dipangku. Tapi bbrp kali aku "menolaknya" dengan mengatakan bahwa ia sdh besar dan bisa duduk sendiri. Padahal yg dia butuhkan sebenarnya kedekatan dg ibunya. Terima kasih mbak kan ia, tulisan ini telah mengingatkan saya.
ReplyDeletewww.renidwiastuti.com
sama2 mba, mengingatkan diri sendiri
DeleteRebahan gitu kesannya sepele, ternyata ada perjuangan juga, ya.
ReplyDelete