Banyak Barang Bekas di Rumah, Diapain Ya?
Suatu hari di
lingkungan kami, saya mendengar ada orang yang membuang tumpukan sampah kain di
sungai di belakang komplek perumahan kami. Tidak tanggung-tanggung, kira-kira
ada 3 kardus kain bekas baju tak terpakai yang dibuang. Salah satu warga yang
kesal mempertanyakan, kenapa baju-baju bekas itu tidak diberikan saja pada
pemulung yang setiap hari lewat di komplek perumahan kami?
Masalah sampah
ini menjadi permasalahan yang pelik buat kita. Kalau melihat berita di televisi
tentang sampah-sampah di tempat penampungan sampah, kok rasanya sedih ya.
Sampah-sampah itu setiap hari bertambah terus menjadi gunungan yang bukan tidak
mungkin suatu saat akan ‘mengubur’ tempat tinggal kita sendiri dalam arti
kiasan. Misalnya saja sampah plastik yang sulit terurai akan menyumbat saluran
air dan menyebabkan banjir ke lingkungan kita.
Mulai sekarang,
ada baiknya kita mengurangi sampah dari rumah kita. Belakangan ini malah sedang
berkembang tren hidup minimalis dengan sedikit barang. Fumio Sasaki, seorang
editor berusia 36 tahun yang hanya memiliki tiga kemeja, empat celana, empat
pasang kaus kaki, dan apartemen yang hampir kosong tanpa isi. Mereka yang
menjalani minimalisme merasa hidup mereka lebih tenang dan tak lagi khawatir
akan kekurangan.
Mungkin yang
bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah adalah salah satunya dengan
memanfaatkan barang bekas di rumah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat,
misalnya:
Kakak dan teman-teman saat berjualan di sekolah. Yuk semangat jualannya yaa.. |
- Menjual Barang Bekas di Rumah Yang Masih Layak
Kata siapa
barang bekas itu tidak bisa dijual? Bisa kok, asal tentu saja masih berfungsi
dan dalam kondisi baik. Banyak orang yang mencari barang bekas karena biasanya
harganya lebih murah dibanding barang baru. Kita bisa mencari barang bekas
berkualitas di pasar-pasar barang bekas atau di berbagai toko online seperti
Tokopedia dan yang lainnya.
Beberapa waktu
yang lalu, di sekolah anak saya, kakak Za, ada event Market Day. Event ini diadakan rutin setiap tahun di tiap
level. Siswa akan diminta membawa barang yang akan dijual seperti makanan, alat
tulis dan barang bekas. Pembelinya, ya teman-teman mereka sendiri. Dalam event ini, biasanya siswa akan diminta
untuk mencatat modal dan laba yang mereka peroleh.
Dalam event ini, kakak Za kebagian untuk
menjual barang bekas yang masih layak dijual. Seperti biasa, kalau ada event di sekolah, ibunya juga sibuk
membantu menyiapkan. Saya memberi saran ini itu dan mengusulkan ini itu. Kakak
Za menyiapkan sendiri beberapa mainan bekas yang akan dia jual. Saya juga
menitipkan beberapa barang seperti buku dan barang dari goodie bag acara blogger
yang tidak saya pakai. Mm, awalnya sih kakak Za keberatan dan galau gitu,
soalnya barang-barang yang saya titipkan untuk dijual sangat girly. Dia malu dan saya berusaha
memahami perasaannya. Tapi akhirnya mau juga sih, termasuk jual
sepatu anak perempuan punya adiknya.
barang bekas masih bisa bernilai jual jika kondisinya masih bagus :) (pixabay.com) |
“Mi, ternyata begini ya kalau ayah kerja”
Begitu kata kakak Za sepulang dari event
Market Day.
“Begini bagaimana?” Tanya saya.
“Susah, harus menawarkan kesana kemari”
Jawab Kakak Za lesu, namun tak lama kemudian dia sumringah lagi. “Tapi kakak Alhamdulillah bisa menjual banyak
mi, karena kakak bawa banyak barang. Teman kakak ada yang bawa sedikit barang,
jadi dia hanya mendapat uang sedikit.”
“Alhamdulillah” Saya pun turut senang
karena kakak Za senang. Selain belajar menghitung, di event market day ini kakak belajar arti kerja keras.
Menjual barang
bekas merupakan usaha yang minim modal. Jangan berkecil hati dengan kata
‘bekas’, barang bekas kan bisa sesuatu yang nilainya besar seperti rumah,
kendaraan, atau peralatan elektronik. Jangan salah, kita tentu pernah mendengar
ada pemulung yang penghasilannya besar karena menjual barang bekas potensial.
- Mendonasikan barang bekas di rumah Untuk mereka yang membutuhkan
Hidup tidak
melulu tentang uang. Kita juga perlu melakukan sesuatu untuk akhirat kita agar
hidup seimbang. Misalnya dengan mendonasikan barang bekas di rumah untuk mereka
yang membutuhkan. Namun jangan mentang-mentang untuk donasi, kita memberikan
barang yang jelek. Tidak usah berfikir jauh, jika baju anak-anak sudah
kekecilan, pisahkan dan kumpulkan, lalu berikan pada saudara atau tetangga yang
kurang mampu, atau ke pemulung yang lewat di depan rumah.
pixabay.com |
Senengnya di
sekolah kakak Za suka ada program donasi dengan barang bekas. Barang bekas yang
terkumpul biasanya didonasikan ke yang membutuhkan atau dijual, hasil
penjualannya tetap untuk kegiatan sosial. Saya jadi terbantu untuk mengurangi
isi lemari yang penuh dengan baju anak-anak yang kekecilan.
- Mendaur ulang
Daur ulang
adalah proses menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan
mencegah adanya sampah. Biasanya sampah yang didaur ulang adalah kaca, batere, plastik,
barang elektronik, dan sebagainya. Untuk keamanan, mereka yang bekerja mendaur
ulang di industri perlu memakai kacamata goggle, yaitu kacamata yang bisa melindungi mata
mereka dari bahan-bahan berbahaya sampah barang bekas.
Kacamata goggle
berbeda dengan kacamata biasa, karena biasanya memiliki pelindung yang
mengelilingi area mata untuk mencegah obyek masuk dibawah atau di sekitar
kacamata. Harga
kacamata goggle sendiri bervariasi. Di toko online seperti Tokopedia,
kacamata goggle mulai dari harga 40 ribu sampai ratusan ribu.
kacamata google (pixabay.com) |
Selain barang
bekas yang disebutkan di atas, barang lain yang bisa didaur ulang adalah sampah
organik, kain, dan sebagainya. Kita bisa mendaur ulang sampah organik seperti
sampah dapur, sampah daun, dan kotoran hewan menjadi kompos yang menyuburkan tanaman.
Kain-kain bekas baju atau perca bisa dimanfaatkan untuk membuat berbagai barang
baru seperti tas, bantal, selendang, dan lain-lain.
Nah, kalau untuk
proses daur ulang, saya masih dalam tahap membuat baju boneka untuk anak dari
baju bekas hihi. Bagaimana dengan teman-teman, barang bekas di rumah biasanya
diapain? Share yuk, siapa tau menginspirasi saya dalam memanfaatkan barang
bekas.
Masalah banget nih dengan penumpukan barang di rumah, sepertinya harus belajar untuk hidup mininalis.
ReplyDeleteTipsnya ok mba, bisa saya praktekkan untuk mengurangi timbunan barang di rumah.
iya bener nih pengen hidup minimalis juga pusing banyak barang
Deletebarang bekas di rumah? dijualin doonk, hahaha. Kalau udah kebanyakan, biasanya suamiku gelar lapak di depan rumah, bikin garage sale. Kadang, aku bikin garage sale online, jual baju-baju bekas atau barang2 bekas, atau hasil ngumpulin sisa goodie bag
ReplyDeleteaku jg lagi jualin buku bekas nih mba
DeleteWalah barang bekas juga kalo di daur ulang bisa dijadikan barang yang bermanfaat ya mba,
ReplyDeleteKalau baju2 bekas gitu biasanya aku kasih ke pemulung atau tetangga sih. Ini juga walau udah di sortir baju di lemati tetep aja numpuk hehe.
ReplyDeletesayang banget baju bekas sampe 3 dus dibuang gitu aja, kalau saya pasti pilih2 dulu mbak yang bagus2 masih bisa dikasih keponakan, malah yang ga terpakai bisa jadi keset dan kain lap instan.. dijual juga opsi yang bagus tuh, paling ga jangan sampai barang bekas yg masih ada nilainya langsung berakhir di tempat sampah
ReplyDeleteWaah, ini PR aku juga mba, mertua aku tuh bajunya banyaak banget, dan yang dipakai sedikit. Tapi kalau dikasih orang kaya belum rela. Yaa, ngalah duluu deh
ReplyDelete