Innalillahi wa inna ilaihi raajiun
Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Semalam mendengar kabar dari ibu bahwa salah satu sahabat almarhum bapa yang sama-sama suka ke mesjid meninggal. Minggu lalu, sahabat anak saya yang sama-sama belajar Alquran di mesjid meninggal. Dan tak lama kemudian, keponakan yang merupakan ayah muda beranak 1 menghadap Allah SWT karena sakit demam berdarah.
Ya Allah, berutut-turut mendengar berita dukacita membuat merasa sangat kehilangan dan bersedih. Kita tak pernah siap ditinggalkan orang-orang yang kita kenal dan sayangi. Tapi tentu saja, doa lebih utama dipanjatkan agar mereka yang berpulang bisa diterima di sisi Allah SWT dan dimasukkan ke surganya, aamiin.
Kematian, ia datang tak pandang usia. Tua dan muda bisa saja dipanggil oleh-Nya kapan saja, dengan berbagai cara, dalam keadaan apapun. Kebetulan, sahabat bapak dan sahabat anakku yang disebutkan di atas meninggal karena sakit terlebih dulu. Sahabat anakku itu, menurut anak saya, sakit jantung. Anak yang baik dan soleh, selalu menyapa saat bertemu dan sering mengajak anak saya main. Saya bersaksi, keduanya adalah orang-orang yang baik.
Ilustrasir: pixabay |
Bicara tentang kematian, selalu ada rasa takut yang datang. Takut ketika ia datang ketika kita sedang melakukan maksiat. Takut ketika ia datang bekal kita tak cukup untuk menghadap Sang pencipta. Takut ia datang dengan rasa sakit yang luar biasa. Takut ini dan itu. Lalu apa? Hanya bisa berdoa agar Dia memberikan waktu akhir kita dalam keadaan baik dengan proses yang baik, husnul khatimah.
Semua yang datang dari Allah SWT, akan kembali pada Allah SWT. Sudah sunnatullah, hukum alam seperti itu. Namun tetap saja terasa perih saat ditinggalkan. Kematian itu sungguh nyata dan dekat. Kita ini hanya sedang menunggu giliran, sambil menyiapkan perbekalan.
Turut berduka cita mba. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah.
ReplyDeleteKematian itu pasti terjadi terhadap siapapun maka kita harus bersiap diri dan berlapang dada menerima takdir